Chapter 16

4K 416 48
                                    

Aw thankyou for 600+ vote nya dear :)
Sorry for late update :(
.
.
.

"Dimana Harry?"

"Dia ada di dalam, Silahkan masuk Nona." Aku merapatkan tubuhku pada daun pintu memberinya ruang untuk masuk. Tak ada seulas senyum yang terukir di bibirnya untukku. Wajahnya datar tanpa sepatah katapun saat melewatiku. Aku tergelak miris, apa ia begitu membenciku sehingga ia bersikap dingin seperti itu? Padahal, sekalipun kami tidak pernah berbicara.

Saat aku hendak keluar, ia menyetuh pudakku membuatku kembali menoleh melihatnya. Ia membenarkan sedikit kacamatanya lalu tersenyum miring padaku.

"Ada apa nona?" Tanyaku seramah mungkin. Ricela mendengus geli dan memerhatikan ku dari ujung kepala hingga ujung sepatuku. Tatapan remeh ia tunjukan saat melihat penampilanku. Oh sialan.

"Jadi, kau yang bernama Alice?" Ricela bertanya.

"Ya. Saya Alice, nona."

"Bisa kita bertemu saat makan siang? Ada yang ingin ku bicarakan padamu." Ujarnya membenarkan sedikit tali tas yang ia gunakan.

"Tentu, dimana kita akan bertemu?"

"Di restoran. Aku akan menunggumu disana. Sampai jumpa." Ia langsung menutup pintu kamarku secara sepihak. Aku mengumpat dalam hati terhadap perlakuanya. Pantas saja Harry membencinya, selain ia adalah istri dari Julian, ia juga menyebalkan.

Memutar tumit, aku berlalu menuju-entahlah aku juga tidak tahu aku akan pergi kemana setelah ini. Kamarku telah di ambil alih oleh Harry dan nenek lampir pirang itu. Selama perjalananku melalui lorong, Sedikit rasa cemas menghantui fikiranku. Bagaimanapun juga Harry baru sadar setelah ia pingsan semalaman. Dan kurasa emosinya belum stabil dan masih perlu di jauhkan dengan orang-orang yang, entahlah--mereka dapat membuat Harry marah tanpa sebab yang jelas. Oh semoga saja Harry dapat mengendalikan dirinya dan tak kembali mengamuk lalu menghancurkan barang-barang di dalam kamarku. Ya semoga saja.

"Alice!" Aku menoleh dan mendapati Niall yang berlari kecil ke arahku. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku singkat padanya. "Hai Ni."

"Kau mau kemana?" Tanya Niall.

"Uh entahlah, aku tidak ada tujuan." Aku menggidikan bahu.

"Kalau begitu ikut denganku saja." Tawarnya.

"Memangnya kau mau kemana?"

"Ke kamar Zayn."

"Sepagi ini?" Tanyaku memastikan.

Niall mengangguk dan menggaruk tengkuknya. Aku menyetujui dan memilih ikut denganya dari pada harus berjalan tanpa tujuan.

"Bagaimana keadaan Harry?" Niall bertanya.

"Dia baik."

"Dia tidak marah? Maksudku, apa ia memarahimu saat terbangun tidak di dalam kamarnya." Ujarnya seraya memasukan tangan kedalam saku.

"Um tidak, kurasa ia tidak terlalu mempermasalahan hal itu."

Niall mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Kami berjalan beiringan melewati lorong-lorong untuk sampai dikamar Zayn. Aku berfikir, bukankah kamar Niall bersebelahan dengan kamar Zayn? Lalu untuk apa sepagi ini ia sudah berkeliaran sejauh ini--maksudku, kamarnyakan lumayan jauh dari letak kamarku.

Kami sudah sampai di depan kamar Zayn. Niall mengetuk pintunya dan tak lama Zayn membukakan pintunya dengan keadaan shirtless. Aku membuang pandanganku dan Zayn nampak biasa saja saat melihat kedatanganku bersama Niall. Ia tersenyum malas dan menyuruh kami untuk masuk.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang