Chapter 9

4.6K 467 52
                                    

"My room Alice?"

Oh No.

Dengan cepat aku mendorongnya dan menurunkan kakiku yang melilit di pinggulnya. Harry menatapku bingung, nafasnya tak beraturan dan tubuhnya menegang. Kerutan dahinya semakin tampak ketika ku merapihkan seragam pelayanku dan membuang muka darinya. Tidak. Ini salah. Tidak seharusnya aku melakukan ini dengan Harry.

"What's wrong?"

"Maaf Harry. Aku, aku--"

"Fine! Forget it!"

Aku menunduk dan melihatnya mendengus kesal. Kepalan tanganya ia sembunyikan kedalam sakunya. Ia menjilat bibir bawahnya seraya memejamkan matanya. Aku masih bergeming di tempatku tak berani meninggalkanya. lagi-lagi keheningan meyelimuti kami.

Cukup lama kami terdiam dan Tak lama Harry mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ia mengambil satu batang rokok dari bungkusnya dan menghampit di antar bibirnya. Harry membakar ujungnya sehingga mengeluarkan asap. Ia menghisapnya perlahan masih tak berbicara satu kata pun padaku. Lautan nampak tenang di temani rembulan. Cahayanya seperti sengaja menyorot kami dan menjadi saksi bisu dengan apa yang telah terjadi.

Aku menegakan wajahku seraya memandangnya. Setiap hal yang ia lakukan terlihat sangat menarik di mataku. Aku memang perempuan bodoh yang naif, aku menolak Harry saat ia menginginkanku. Tetapi saat aku mengingat Harry adalah putra Julian membuat diriku tertampar keras jika semua ini salah. Aku tidak bisa.

"Harry, Aku--aku minta maaf." Gumamku masih dapat terdengar olehnya. Aku menutup mataku seraya menghirup nafas panjang.

Ia tak menjawabku, melainkan seringaian yang menghiasi wajahnya. Ia menghisap kembali nikotinya lalu menghembuskanya cepat dan tersenyum remeh. Brengsek.

"Lupakan, Itu tidak penting."

"Tidak penting?"

"Ya. I can have sex with many women more sexy than you, Alice."

"What!?" Pekikku keras dan hanya membuatnya tersenyum miring. Sialan!

"I dont need your fucking flat body." Serunya lalu mematikan nikotinya sama seperti yang Sean lakukan.

"A--apa?"

Harry menoleh dan melihatku. Senyum remehnya masih menghias di wajahnya. keringat dingin membasahi wajahku. Hatiku sakit, tubuhku lemas. Aku tak mengerti apa yang membuatnya begitu jahat padaku. Ingatanku jatuh saat Harry membentak Ricela, harusnya aku tahu, ia hanyalah bajingan gila yang akan terus menyakitiku.

"Fine! go to hell bastard!"

Aku meninggalanya lalu membating pintunya dengan keras. Beberapa orang dalam restoran memandangku dengan tatapan aneh. Bendungan air yang ku tahan sejak tadi akhirnya tumpah membasahi kulit pipiku. Harry brengsek. His stole my frist kiss and his say not important! His just fucking crazy!

"Alice, Are you fine?" Aku menoleh dan melihat Harry menyangkal tanganku. Apa dia sudah gila! Dia menanyakan keadaanku di saat ia sudah menjatuhkanku. Ya tuhan, sebenarnya siapa Harry ini!

"Kau masih menanyakan keadaanku di saat kau sudah berhasil memalukanku?! Great! Kau memang bajingan Harry! Semenit tadi kau mengiginkan ku dan sekarang, Kau mengatakan jika kau bisa bercinta dengan banyak perempuan yang lebih sexy dariku! So why!? Kenapa kau masih mengejarku seakan kau peduli denganku Harry!" Ucapku diiringi air mata sialan yang terus mengalir. Aku tidak suka saat seseorang melihatku seperti ini. Dammit!

"Menginginkanmu? Heh, aku tidak mengatakan jika aku benar-benar menginginkamu, Alice. Aku hanya ingin sedikit bermain denganmu. Dan lihat, kau yang akhirnya membalas ciumanku."

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang