Chapter 31

4.4K 377 55
                                    

Tak terasa sudah 5 hari kami menetap di Jepang. Tak banyak yang kami lakukan di sini. Hanya berjalan-jalan beberapa blok dari sini untuk mencari makanan. Aku belum tahu menahu mengenai negara ini. Dan Ini sedikit terasa asing.

Aku tinggal bersama Harry selama di penginapan. Julian dan Ricela belum menampakan batang hidungnya di tengah-tengah kami sampai saat ini. Mungkin mereka sedang sibuk mengurusi seseuatu hal yang bersangkutan dengan kapal.

Kami sedang bersantai di dekat perapian kamar kami. Harry menduduki tepat di belakangku dengan tangan yang memeluku. Kepalanya di taruh di bahuku dengan mata yang terpejam. Mengingat sebentar lagi malam natal, Salju turun semakin lebat. Dan seringkali hal ini membuat tubuhku menggigil karena kedinginan.

"Harry?"

"Hmm."

"Kau tahu dimana yang lain? Selama kita berada di sini aku tak melihat mereka. Bahkan aku juga tak melihat Anna." Tanyaku lalu mendongah melihat langit-langit kamar kami.

"Mungkin mereka menepati tempat menginapan yang lain."

Aku mengernyit. Itu tidak mungkin. Tempat ini sudah di sewa Julian untuk para pegawai dan beberapa penumpang. Tetapi jika perkataan Harry benar, untuk apa mereka melakukam hal itu.

"Memangnya ada yang salah dengan tempat ini?"

"Kurasa tidak."

"Lalu?" Harry tak langsung menjawab melainkan menciumi leherku dan mengigitnya. Sekuat tenaga aku tak mencoba mendesah dan terus menunggu jawaban darinya.

"Harry jawab aku."

"Astaga Alice, aku tidak tahu!" Ujarnya sedikit membentak. Aku tersentak dan Harry langsung beranjak dari tempatnya dan berlalu keluar begitu saja. Sial. Apa aku salah bicara? Kurasa tidak.

Denga begitu aku ikut beranjak dan memasuki kamar mandi. Sejak tadi aku hanya memakai kimono khas Jepang yang tersedia di kamar ini. Aku membukanya dan mengganti dengan baju hangat dan celana panjang yang sudah tergantung di belakang pintu. Setelah selesai, aku membasuh mukaku dan menatap pantulan wajahku di cermin.

Sekelibat bayangan masa lalu terbayang di fikiranku. Tentang Pertama kali aku bertemu dengan Harry dan menjadi pelayan pribadinya, tentang teman-temanya, tentang Julian dan Ricela, tentang masa lalunya Dan juga, tentang penyakitnya yang belakangan ini sudah mulai membaik. Aku tidak menyangka jika hidupku akan serumit dan seindah ini ketika bertemu dengan Harry. Kukira aku tidak akan bertahan lama dekat-dekat denganya. Namun takdir berkata lain. Dan aku harus berterimakasih dengan Ms. Ellen karena berkatnya lah aku dan Harry dapat di pertemukan, walaupun secara tidak langsung.

Aku mengerjapkan mataku dan kembali ke dunia nyata. Teringat ini sudah malam aku memutuskan untuk mengajak Harry keluar untuk mencari makanan bersama. Semoga saja ia mau. Kalau tidak, ia tidak akan makan.

Aku membuka pintu kamar mandi dan berlalu keluar. Saat aku ingin keluar kamar, aku mengurungkan niatku melihat ranjang kami yang cukup berantakan karena---you know, tadi pagi kami sempat sedikit bermain-main di atas ranjang.

Setelah selelsai aku langsung berlalu keluar untuk menemui Harry. Aku tak melihatnya di manapun, namun saat aku ingin memasuki dapur, aku mendengar suara Harry sedang berbicara dengan seseorang. Dan ternyata benar, aku melihatnya memunggungiku dengan ponsel di telinganya. Ia sedang menduduki kursi pantry tanpa mengenakan baju dan hanya memakai boxer hitam. Apa ia tidak kedinginan? dan sejak kapan ia mempunyai ponsel?

"Bagaimana? Kau sudah membeli semuanya?"

"Ya. Jika kurang akan ku transfer malam ini."

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang