Chapter 25

5K 436 79
                                    

"Harry, Julian akan melabuhkan kapal ini lusa." Seru Zayn sambil menyantap makananya.

"Ya. Aku sudah tahu. Bagaimana dengan Nathan, apa ia sudah siap?" Tanya Harry dan Zayn menggeleng.

Aku tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Aku tahu jika kapal ini akan berlabuh lusa. Namun, apa hal ini penting untuk mereka?

"Sudah lima hari ini aku tidak bertemu denganya."

Harry mengkerutkan kening. Aku berusaha tak peduli dengan percakapan mereka, hingga akhirnya Anna ikut membuka suara."Kurasa Nathan akhir-akhir ini sedang sibuk mengurusi beberapa hal dengan Julian."

Kali ini aku yang mengekerutkan dahi. "Kau mengenal Nathan?"

Dengan ragu Anna mengangguk." Ya. Beberapa kali aku pernah berbincang denganya."

Aku menganggukkan kepalaku mengerti. Ada sesuatu yang janggal di fikiranku akhir-akhir ini. Aku ingin sekali mengatakan kepada mereka mengenai pembunuhan yang terjadi di ruang mesin kendali kapal. Namun, ada sedikit keraguan di hatiku untuk membicarakanya kepada mereka. Tetapi, Astaga. Persetan dengan Ms. Ellen! Aku bukan agent CIA ataupun FBI yang handal dalam hal ini. Aku hanyalah seorang pelayan pribadi dari pria Bipolar yang sekarang berpindah hulu menjadi kekasiku. Oh god! Apa yang harus ku lakukan. Atau.. Ya--mungkin mengatakanya bukanlah ide buruk.

"Uhm, Ada yang ingin aku bicarakan kepada kalian."

Mereka mengalihkan pandanganya kearahku. Dengan suara yang sudah ujung kerongkongan, akhirnya aku memberitahu mereka. "Aku di beri tahu oleh Ms. Ellen jika kemarin di kapal ini terjadi kasus pembunuhan."

Mereka merespon dalam diam. Harry dan Zayn nampak biasa saja saat mendengar ucapanku, lain halnya dengan Anna. Aku bisa melihat jika tubuhnya sedikit menegang dan mengeluarkan keringat.

"Ka-kau serius? Ka-pal ini terjadi kasus pembunuhan?"

Aku mengangguk. "Ya. Dan Ms. Ellen menyuruhku untuk mencari tahu siapa pembunuhnya."

Harry menghentikan kunyahanya lalu menatapku tajam. Ia seakan tak suka dengan kata terkahir yang ku ucapkan. "Kau apa?" Tanyanya lalu menelan abis makanan yang masih tersisa didalam mulutnya.

"A-aku ditugaskan Ms. Ellen untuk mencari tahu siapa pembunuh itu, Harry."

"Fuck!" Harry langsung membanting sendok yang sedang ia genggam ke arah piring. Suara dentinganya membuat beberapa pasang mata melihat ke arah kami.

Tanpa sepatah kata lagi, Harry beranjak dari duduknya dan berlalu keluar dari restoran. Seketika atmosfir di ruangan ini menjadi canggung. Aku menelan kunyahan terakhir makananku lalu meminum setenggak air putih dan langsung pamit untuk mengerjar Harry.

"Tunggu Alice." Aku menoleh melihat ke arah Zyan.

"Ya Zayn?"

"Jangan buat ia betambah marah."

Oh.. "Tentu."

Aku langsung berlalu keluar restoran untuk mengejar Harry. Aku menoleh kesana kemari mencarinya. Hingga akhirnya, aku menemukan tubuh Harry yang sedang berjalan di lorong dengan tempo yang lumayan cepat. Dengan kilat aku mengerjarnya dan berusaha keras untuk memikirkan kata-kata yang tepat agar ia tidak meledakan amarahnya. Sial, aku tidak siap melihatnya terluka lagi.

"Harry Stop!"

Ia terus berjalan tak memperdulikan panggilanku. "Harry! I say Stop!"

Harry sudah menghentikan langkahnya. Ia diam dan tak kunjung membalikan tubuhnya untuk melihatku. Kami berada si tengah lorong panjang dengan sisi kapal tanpa dinding. Aku bisa merasakan angin malam yang berhembus kencang di lorong ini. Dan salju pun kini nampak semakin jelas terasa kehadiranya.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang