Harry terus menarik tanganku melalui lorong-lorong. Aku tersenyum dalam hati, ia begitu semangat dan aku tak pernah melihatnya seperti ini. Sampai akhirnya sesuatu yang tak di inginkan muncul. Dari jarak yang tak terlampau jauh, kami melihat Julian serta Ricela berjalan ke arah kami. Mereka tertawa dengan tangan Ricela yang terkait di lengan Julian, dan aku rasa mereka tak menyadari apa yang berada di hadapan mereka saat ini.
Harry menegang di tempatnya yang sontak membuat langkahnya berhenti. Tubuhnya berkeringat. Satu tanganya yang menggenggam tanganku kini lebih keras mencengkram membuatku sedikit meringis. Nafasnya memburu, ia nampak ingin meledak-ledak sekarang. Oh tidak, jangan sekarang. Penyakit Harry akan kambuh.. oh shit!
"Harry."
Ia tak menjawab melainkan terus melihat Julian yang kurasa sudah menyadari kehadiran kami.
"Harry please.. look at me."
Aku menolehkan wajahnya dengan tanganku lalu mengelus lembut pipi serta rahangnya yang sudah di penuhi sedikit bulu-bulu halus. Aku melihatnya penuh simpatik dan memohon agar ia dapat menahan emosinya. Harry menatapku nanar, nampak sekali di wajahnya ia sudah tersulut emosi saat melihat Julian serta Ricela di hadapanya. Aku masih tak mengerti dengan apa yang ia alami dengan mereka sehingga Harry begitu membenci apapun yang di lakukan mereka. Baik atau buruk, benar atau salah, semua tetap salah di mata Harry.
"Shh.. its okay. Aku ada disini Harry."
Wajahnya berkeringat dan terus menatap kedua bola mataku. Aku tersenyum lembut untuk menghantarkan sedikit ketenangan untuknya. Hingga akhirnya tanpa sadar, Julian dan Ricela sudah berada di hadapan kami. Lantas kami menoleh dan Aku langsung menampakan senyumku kepada Julian begitu pula ke arah Ricela. Julian membalas senyumku namum tidak dengan Ricela. Ia hanya meliriku sekilas lalu tersenyum miring. Oh sialan.
"Alice, sudah lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu?"
"Baik Mr. Styles. Terimakasih sudah bertanya." Aku tersenyum.
"Dan Harry, bagaimana denganmu, terakhir kali kami bertemu saat makang siang saat itu benar?"
Aku meremas tangan Harry yang masih menggegam tanganku. Harry tak menjawab melainkan melengos tak berminat sedikitpun menjawab pertanyaan Julian. Aku tersenyum, miris. Ini lebih baik dari pada ia harus berteriak dan meledak-ledak.
Suasana menjadi canggung karena sikap Harry. Tanganya masih terus ku genggam tak sedikitpun terlintas untuk melepaskanya. Ricela sejak tadi hanya diam seraya melihat tanganku dan Harry yang saling berkaitan. Sekilas aku melihatnya mengernyitkan dahi lalu melengos membuang muka.
"Well, Alice. Kapal sebentar lagi akan berlabuh. Aku akan memberitahu tempat pelabuhanya kepada semua karyawan besok malam di restoran. Dan aku meminta kehadiranmu disana. " Ujar Julian menatapku.
Aku mengangguk lalu tersenyum. "Aku akan hadir Mr. Styles." Julian tersenyum lalu menoleh ke arah istrinya.
"Sayang, ada yang ingin kau sampaikan kepada Harry?" Julian bertanya membuat Harry menggeram.
"Ayo Alice, kita pergi."
Sebelum sempat mengatakan sesuatu kepada Julian, Harry sudah menarik tanganku menuju lorong yang sudah kita lewati. Aku tak berniat menoleh sedikitpun ke belakang. Rasa tidak enak bercampur gelisah menyampur jadi satu di kepalaku. Astaga, bagiamanapun Julian adalah seseorang yang sedang menyewa kapal ini. Dan aku harus bersikap sopan kepadanya!
Aku menghentikan langkahku lantas membuat Harry menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan mengernyitkan dahi kepadaku. Aku meneguk berat ludahku. Oh tuhan, mengapa lidahku menjadi kelu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar Disorder [h.s]
Fiksi Penggemar[24 Mai 2016]"Bipolar Disorder adalah jenis gangguan Jiwa/psikologis yang penderitanya mengalami perubahan Mood yang sangat extrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua k...