Gadis itu menatap jam tangannya berkali-kali.
Ia merapihkan poni rambutnya dan menatap ke sekeliling dengan cemas.
Para mahasiswa berlalu-lalang dengan cepat. Lampu taman membantu gadis itu melihat ekspresi jenuh dan lelah yang mendominasi di wajah mereka. Maklum, sekarang adalah jam pulang di Seoul National University.
Meskipun jam kuliah sudah tidak diperbolehkan lagi, aneh rasanya bagi kami jika pulang sebelum matahari terbenam. Oleh karena itu, jam tujuh malam adalah saat dimana gerbang pintu universitas ini sangat ramai oleh mahasiswa.
Sementara semua orang pulang, gadis itu duduk di salah satu bangku taman.
Ia menghela napas, sudah hampir satu jam dirinya duduk disana. Matanya terus menatap layar handphone, menunggu seseorang untuk menghubunginya.
Kemudian, gadis itu menyandarkan badannya di kursi. Ia membuka cardigannya dan meletakkannya tepat diatas rok pendek putihnya. Menghalangi udara dingin yang mulai terasa menusuk di kaki gadis itu.
Ia menyetel sebuah lagu dan memasangkan headset di telinganya. Mata gadis itu tertutup perlahan, bibirnya membentuk senyum tipis saat mendengar suara bernada tinggi Idol favoritnya, Park Jimin.
Mulutnya mulai bergerak, menggumamkan lagu kesukaannya. Meskipun gadis itu terlihat ayu dan lembut, siapa yang menyangka bahwa ia lebih suka mendengarkan lagu BTS yang keras daripada lagu cinta yang mendayu-dayu?
Setelah tiga lagu habis terputar, seseorang mencolek pundaknya. Gadis itu seketika membuka matanya dan menoleh kebelakang.
Ia tersenyum lebar dan berdiri dengan cepat, "Akhirnya!" Serunya dengan penuh rasa syukur.
Seorang gadis lain yang berambut hitam lurus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat sekarang berdiri di hadapannya. Ia mengenakan masker hitam untuk menutupi wajahnya yang tersenyum.
"Mian Hee Young-ah, aku terlambat setengah jam." Ucap gadis bermasker tersebut dengan nada menyesal. (Maaf)
Gadis yang bernama Hee Young itu mengenakan cardigannya kembali, "Sudah kubilang, lebih baik aku saja yang pergi ke kampusmu. Itu akan lebih cepat."
Gadis bermasker itu terkekeh, "Aku tidak berada di kampusku seharian ini. Ibuku sudah mengurus kepindahanku."
"Ah.. Geurae." Ia diam sejenak, lalu melanjutkan, "Geundae, Hyeri-ah, kau akan mengajakku kemana?" (Ah.. Begitu. // Tapi)
Gadis yang ternyata bernama Hyeri itu membuka maskernya dan menunjukkan senyum lebarnya kepada Hee Young, "Kau akan terkejut!"
Hyeri meraih pergelangan tangan Hee Young. Kemudian, mereka berjalan bersama kedepan pintu gerbang kampus.
Kedua orang sahabat itu berjalan dalam diam ke halte bus. Keduanya memiliki pikiran masing-masing.
Hee Young, gadis berambut cokelat tua itu duduk di kursi halte dengan menatap kedua tangannya yang terpangku di pahanya.
Dua hari lagi, gadis yang duduk disampingnya akan pergi meninggalkannya dan Ara. Hyeri akan pindah ke Indonesia. Jujur saja, gadis itu masih tidak rela. Tapi bagaimanapun, ini semua permintaan Ibu Hyeri. Tidak ada jalan keluar.
Kemudian, sebuah bus berhenti di halte tersebut. Hyeri berdiri dan menatap Hee Young dengan senyumannya, "Kaja!" (Ayo!)
Mereka berdua naik di bus dan duduk di kursi paling belakang.
Beberapa saat kemudian, bus mulai berjalan. Mata Hee Young memandangi jendela yang menunjukkan jalanan kota Seoul dengan tatapan kosong.
Lalu, ia mendengar gadis disebelahnya menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night.
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] Kejadian malam itu membuka mata Hee Young dan membuatnya menyadari bahwa mimpi serta angan-angannya memang dapat mejadi nyata. Tanpa ragu sedikit pun, gadis itu bertekad untuk meraih satu-satunya bintang yang menyinari hidupnya...