Meskipun ada kalanya waktu melesat dengan cepat bagaikan peluru, ada kalanya juga waktu berjalan sangat lambat bagaikan berhenti bergerak.
Begitulah aku menjalani dua hari belakangan ini.
Hanya satu yang ada di pikiranku. Park Jimin.
Hari ini, Jimin memintaku untuk datang ke Big Hit Ent. Sejak bangun pagi hingga saat ini, aku selalu melirik jam di handphoneku setiap 15 menit sekali. Aku merasa kalau hidupku hanya tertanam pada waktu janji ketemu dengan Jimin pukul lima sore nanti.
"Ya."
Aku menoleh. Mendapati Dawon menatapku dengan bingung.
"Hmm?" Mataku membesar sedikit sembari menatapnya.
Ia mendecak, "Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Aku? Memangnya kenapa?" Aku mendengus tidak mengerti.
"Kau menggodaku." Ucapnya sembari melirik ke arah lain.
Aku menyikut lengannya, "Ya! Kau pikir itu menggoda? Woah. Heol. Kau benar-benar aneh."
Dawon menoleh ke arahku dan membulatkan matanya kepadaku, "Ireohke haejanha!" Lalu ia mendekat kepadaku lagi dengan mata melotot. (Kau melakukannya seperti ini)
Aku mendorongnya agar menjauh dariku, "Ani! Aku tidak begitu."
Ada-ada saja anak ini. Mungkin dia sangat lelah sehingga otaknya memikirkan yang tidak-tidak.
Kini, Dawon tertawa terbahak-bahak, "Kau lucu sekali."
Aku mendengus, "Diamlah. Ini tidak lucu."
"Aigoo, saat marah kau lebih lucu." Sekarang ia malah mencubit pipiku.
Aku menjauh dari tangannya yang berusaha menjangkau pipiku.
"Hajima." Ucapku dengan ketus, "Lagi pula, kau tidak ke FNC?" (Berhenti)
Begitu mendengar perkataanku, Dawon berhenti dalam sekejap. Matanya menatapku antusias, "Memangnya sekarang sudah jam berapa?"
Aku mengecek jam di handphoneku lagi karena hari ini aku lupa memakai jam tangan.
"Jam empat lewat tujuh belas menit." Ucapku.
"Kalau begitu aku harus pergi, kelas Bahasa Jepang mulai jam lima." Dawon berkata sembari berdiri dan mencari tasnya.
Aku mengamati Dawon yang berjalan mengelilingi ruang tengah apartemenku dengan santai, "Apakah di kelas itu kalian juga akan direkam?"
Ia mendapatkan tasnya di samping sofa dan memakainya, "Eoh. Itu juga masuk di program Dance or Band."
Aku mengangguk lalu berdiri, "Tunggu aku. Kita pergi bersama saja."
"Eodi ga?" Tanya Dawon yang kembali duduk di sofa karena aku telah memintanya untuk menunggu. Ia mengeluarkan masker hitamnya dari tas dan mengenakannya. (Pergi kemana?)
Aku yang sedang berada di depan pintu kamarku kemudian berhenti. Tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku akan ke Big Hit Ent. Kutatap Dawon yang setengah wajahnya telah ditutupi oleh masker. Melihatnya seperti ini membuatku semakin sadar bahwa ia sudah mulai terkenal. Aku pun mengalihkan pembicaraan, "Kau mulai memakai masker keluar rupanya."
Ia mengangguk, "Eoh. Orang-orang mulai mengenaliku. Aku bahkan sudah punya fansite."
Aku yang kaget setengah mati sontak hampir meloncat keluar kamar, "Jinjja?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night.
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] Kejadian malam itu membuka mata Hee Young dan membuatnya menyadari bahwa mimpi serta angan-angannya memang dapat mejadi nyata. Tanpa ragu sedikit pun, gadis itu bertekad untuk meraih satu-satunya bintang yang menyinari hidupnya...