Keberadaannya disisiku membawa kehangatan dalam diriku.
Aku tidak berhenti menatap wajahnya. Betapa inginnya aku berkata bahwa aku merindukannya.
"Hee Young-ah, kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya sembari tersenyum.
Ah. Senyuman itu.
Aku ikut tersenyum, "Memanfaatkan waktu yang ada. Sudah lama aku tidak melihat wajahmu secara langsung."
Ia terkekeh. Kelopak matanya mengerut hingga kedua matanya tak terlihat lagi.
There is 7 billion smiles but yours is my favorite.
"Aku juga merindukanmu." ucapnya bahagia, lalu ia menyodorkan sebuket bunga yang sedari tadi ia genggam. "Tolong jangan dicabuti lagi kali ini."
Kuraih bunga-bunga kecil yang berwarna kuning tersebut, lalu tersenyum memandanginya. Aku kembali menatap Jimin, "Jika aku tahu kau yang memberikannya, aku tidak akan mencabutnya. Kau tahu."
Ia tertawa. Kemudian ia menatapku sedikit lebih serius kali ini, "Kau sudah baikan?"
Aku memegang bunga-bunga tersebut sembari mengangguk dengan senyum yang terukir di wajahku, "Eoh. Besok pagi aku sudah bisa pulang." Lalu aku menatapnya sembari tersenyum tipis.
"Jaldwaessda!" ia kemudian mengelus rambutku pelan. (Baguslah)
Aku tidak tahu harus berkata apa. Bahkan dengan mengekspresikannya dengan cara seperti 'ASDFGHSJKL' tidak akan cukup.
Dan akhirnya aku tersenyum lebar.
"Bagaimana dengan rumormu? Tidak ada hal buruk yang terjadi 'kan?" tanyaku tulus tanpa niat lain.
Jimin menatap lantai, "Eoh, ternyata rumor itu cepat mereda. Responnya tidak separah kasus Taehyung, jadi Bang PD berpikir kami tidak usah membuka mulut."
Kuanggukkan kepalaku, aku ingin bertanya lebih lanjut tetapi pada akhirnya kuurungkan niatku.
Dari sudut mataku, aku dapat melihat bahwa matahari sudah mulai tenggelam.
"Sudah mulai gelap, aku akan masuk. Biar kutebak, kau akan pulang?" ucapku.
Ia ikut melihat kearah matahari dan kemudian menatapku, "Sayangnya, kau benar. Aku akan kembali ke Big Hit untuk latihan. Kau tahu 'kan, kami akan comeback minggu depan?"
Aku mengangguk tipis, "Tentu saja. Bagaimanapun, aku ini fans mu."
Lantas, aku berdiri, "Pulanglah. Aku tidak mau kau dimarahi oleh managermu."
Ia ikut berdiri, "Arasseo. Berjanjilah untuk membalas chatku kali ini."
"Ah, selama di rumah sakit aku tidak menggunakan ponselku. Ibuku yang melarang, mungkin besok ia akan mengembalikannya." jelasku.
"Pantas saja. Kupikir kau membenciku.." ucapnya pelan.
Ajari aku cara membencimu.
Aku tersenyum tipis, "Tentu saja tidak. Kalau begitu aku masuk sekarang. Pakailah masker agar kau tidak dikenali disini."
Lalu aku berbalik arah dan berjalan pelan sembari mendorong tiang infusku.
"Hee Young-ah." ucap suara Jimin dari belakang.
Aku berhenti dan menoleh, "Wae?" (Kenapa?)
Ia berjalan pelan kearahku. Setelah tiba di hadapanku, ia berlutut.
Aku menatapnya dengan bingung.
Lalu, ia mengikat tali sepatu kananku. Aku sudah menyadari bahwa tali sepatuku terlepas sedari tadi, tapi aku tidak peduli. Toh jika aku memperbaikinya, tali itu akan terbuka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night.
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] Kejadian malam itu membuka mata Hee Young dan membuatnya menyadari bahwa mimpi serta angan-angannya memang dapat mejadi nyata. Tanpa ragu sedikit pun, gadis itu bertekad untuk meraih satu-satunya bintang yang menyinari hidupnya...