Anymore

106K 9.7K 1.6K
                                    

Aku menatap gedung Big Hit Ent dengan saksama.

Ini bukanlah kalinya pertama aku kesini. Aku pergi ke tempat ini beberapa kali bersama teman-teman ARMY ku. Meskipun hanya untuk sekadar lewat dan sebagainya.

Namun, meskipun dengan tujuan jelas.. Aku sangat canggung dan merasa aneh untuk memasuki gedung itu. Ditambah lagi dengan tas besar yang kubawa bersamaku.

Aku menggerakkan kakiku.

Tidak. Aku tidak mungkin berdiri disini selamanya.

Kuhela napasku dan aku mengetik sebuah pesan untuk Jimin.

HeeYoung: Aku takut masuk.. Kau diatas?

Aku mengirim pesan tersebut dan tidak menerima balasan hingga beberapa menit kemudian.

Karena pegal, aku berjalan sedikit dan mencari tempat yang bisa di duduki. Akhirnya aku menemukan tembok yang memiliki sedikit semen tambahan di depannya.

Setelah duduk, aku memangku tasku dan menatap layar handphoneku dengan harap-harap cemas.

Apakah Jimin sibuk?

Mungkin dia sedang latihan.

Lalu, aku memasang headset di telingaku dan memutar lagu-lagu BTS.

Aku bersandar dan menutup mataku sembari menggumamkan lirik lagu yang sedang terputar.

Beberapa menit kemudian, headset yang terpasang di telinga kananku terlepas.

Aku membuka mata dan langsung mendapati sepatu sneakers hitam yang terletak kurang dari satu jengkal di depan sepatuku.

Kuangkat kepalaku. Dan kedua mata kami terkunci.

Jimin sedang berdiri didepanku dengan menggunakan masker hitamnya. Membuat mata hitamnya (yang merupakan kesukaanku) semakin menonjol.

Kemudian, Jimin menundukkan kepalanya lagi. Berusaha melihat layar handphoneku yang menampilkan nama lagu yang terputar. Tentu saja, lagu BTS.

Aku dapat merasakan ia sedang tersenyum tipis di balik masker itu.

Let me see your smile.

Kemudian, ia menurunkan masker tersebut ke dagunya.

Thanks God.

"Aku tahu. Suaraku bagus." Ucapnya.

Dasar. Dia menyombongkan diri.

Tapi anehnya, aku semakin suka dengannya.

Aku menyunggingkan senyum, "Tidak baik menyombongkan diri didepan fansmu sendiri."

Lalu aku menatap kaki Jimin yang sangat dekat dengan kakiku. Dia harus mundur segera. Jika aku berdiri, maka posisi kami akan persis seperti saat pertama kali kami bertemu.

Jimin terkekeh, "Geurae, maja. Jadi, apakah setelah ini kau akan mengganti bias karena aku sombong?" (Ya, benar)

Kini mataku bertemu dengannya lagi, "Tidak semudah itu mengganti bias."

Mataku melirik kakinya lagi.

Mundurlah sekarang, Park Jimin. Jika tidak, aku akan berdiri dengan beraninya dan- tidak. Lupakan saja. Aku masih waras.

Jimin seakan mengerti gelagatku karena ia berkata, "Wae? Kau ingin aku mundur?" (Kenapa?)

Aku mencerna situasiku dengan penuh pertimbangan. Aku bisa saja memutar tubuhku dengan cepat dan berdiri disampingnya.

That Night. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang