Worst

62.4K 6.9K 1.6K
                                    

Tepat saat aku membuka mata, aku segera mencari ponselku.

Dengan cepat, aku membuk aplikasi NAVER dan melihat pencarian terbanyak untuk hari ini.

Mataku membaca dari nomor satu hingga sepuluh. Bersih. Tidak ada nama Jimin maupun Hyeon Ji di sana.

Kulepaskan ponselku kembali dan bernapas lega.

Tidak ada artikel hari ini.

Aku bisa tenang hari ini.

Mataku kembali tertutup, seketika aku merasa bantal empuk ini berusaha membawaku kembali ke alam mimpi.

Pikiranku mulai memudar, oke. Aku akan tidur lagi. Hari ini aku tidak ada jam kuliah.

Tepat sebelum aku terlelap, ponselku berdering.

Mataku terbuka seketika. Aku menoleh ke arah ponselku dan langsung menyambarnya begitu aku melihat nama Jimin terpampang di layar.

Aku berdeham, mengetes suaraku. Setelah itu aku mengangkat teleponnya.

  "Selamat pagi," ucapnya dengan nada semangat.

Aku tersenyum tipis, "Pagi," ucapku sembari menatap kearah jendela kamarku.

  "Kau baru bangun?", tanyanya.

"Eoh, maja." aku duduk dengan pelan, lalu menyibak gorden jendelaku dan menyipitkan mataku begitu cahaya mulai memasuki ruangan. (Ya, benar)

  "Oneul mwohae?" tanyanya dengan menaikkan nada suaranya di akhir. (Hari ini kau akan melakukan apa?)

Kugerakkan badanku, meregangkan otot dan sendiku, "Tidak melakukan apa-apa, kenapa? Kau ingin bertemu?"

  "Hmm," gumam Jimin mengiyakan, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Tapi tempatnya cukup jauh,"

Alisku terangkat, "Geurae? Eodi?" (Benarkah? Dimana?)

  "Busan," jawabnya.

Busan? Tempat lahirnya?

"Memangnya kau dibolehkan pergi ke tempat yang jauh seperti itu?", mengingat perjalan kesana akan membutuhkan waktu yang lama, aku ragu ia diberi izin oleh Big Hit.

  "Eoh, hari ini dan besok kami dibebaskan. Setelah itu kami harus fokus untuk persiapan comeback selanjutnya." jawabnya.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi idol, "Pasti melelahkan.." ucapku menyuarakan pikiranku.

  "Apakah kau bisa pergi hari ini? Jika tidak, tidak apa-apa." ia mengembalikan pembicaraan kepada topik semula.

"Ah, benar. Tidak, tidak, aku bisa. Ibuku pasti membolehkan," ucapku.

  "Jinjja?", tanyanya memastikan.

Aku mengangguk tipis, "Eoh, jam berapa kita berangkat?"

  "Jam 1 siang aku akan menjemputmu, lalu kita akan naik KTX agar lebih cepat," jelasnya secara singkat. (KTX: Korean Train Express)

That Night. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang