Froze

65.8K 6.6K 1.6K
                                    

Dunia seakan lebih cepat berrotasi saat dia tidak ada.

Rasanya baru kemarin ia merengkuhku ke dalam pelukannya. Padahal, hal itu sudah terjadi tiga hari yang lalu.

Jimin tidak diberikan free time karena persiapan comeback. Kami hanya berbicara melalui chat, terkadang juga telepon.

"Kau memikirkannya?" ucap Ara tiba-tiba.

Aku tersenyum tipis, "Sepertinya begitu."

Lalu aku mengangkat cangkir berisi latte yang ada di hadapanku, kemudian kuseruput dengan pelan.

Aku dan Ara sudah ada di sini sejak dua jam yang lalu. Kebetulan, kami sama-sama tidak memiliki kelas hari ini.

Ara menghela napas, "Kau yakin Jimin serius kepadamu?"

Seketika kopi yang kuminum semakin pahit. Kuletakkan cangkir tersebut pelan di meja besi berwarna hitam itu.

Mataku menerawang ke sudut ruangan, "Kuharap begitu. Tanpa kusadari, aku sudah terlanjur berharap banyak padanya." Lalu aku melirik Ara yang menatapku penuh keraguan.

"Sebaiknya kau berhati-hati, Hee Young-ah." saran Ara.

Lalu aku memicingkan mata, "Ada apa denganmu? Padahal waktu itu kau yang menyarankanku untuk mengejarnya."

Ara mendesis, "Itu benar. Tapi semakin lama aku makin ragu dengannya. Apalagi dia dekat dengan.. saudara tirimu."

"Sudahlah, jangan membahas dia." aku menggeleng-geleng.

Ponselku bergetar.

ParkJimin: Eodi? (Dimana?)

HeeYoungx: Cafe, kau?

ParkJimin: Dorm. Akhirnya aku ada free time.. Haha

ParkJimin: Aku ingin bertemu denganmu.

Aku tersenyum tipis.

"Ya. Kenapa kau tersenyum?" Ara menatapku penasaran. "Seolma.. Jimin?" (Jangan-jangan)

Kuanggukkan kepalaku, "Eoh." Lalu kusodorkan ponselku kepadanya.

"Heol. Daebak. Dia membalas 'Kau di cafe mana? aku akan kesana'" ucapnya sembari membaca pesan di ponselku itu.

Lalu ia mengetik sesuatu di ponselku, "Aku.. di cafe dekat.. Lotte World.. Ppalli.. Wa.. Oppa... Send." lalu ia tertawa dengan puas. (Cepatlah.. Datang.. Oppa.. Kirim.)

Aku mengulurkan tanganku kepadanya, "Aigoo. Kau puas? Sini kembalikan."

Ia mengembalikannya, masih dengan tawa bahagianya, "Setidaknya aku pernah chat dengan Jimin."

Kugelengkan kepalaku, lalu ikut terkekeh.

---

Setengah jam kemudian, Jimin datang.

Ia mengenakan celana jeans biru muda, sneaker hitam, jaket warna army, serta masker hitam di wajahnya. Matanya yang indah menatap ke arahku sejak masuk di cafe hingga tiba di hadapanku.

Kini, ia melirik ke arah Ara dan kembali ke arahku dengan tatapan bingung.

"Ah, dia sahabatku." ucapku memperkenalkan Ara.

Lalu Ara membungkuk 90 derajat lalu tersenyum sopan, "Annyeonghaseyo, Choi Ara imnida. Aku sahabat Hee Young dan Hyeri. Kau bisa mempercayaiku." (Halo, nama saya Choi Ara)

That Night. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang