Bukan cinta yang salah, tapi kamu. Kamu salah dalam memilih cinta.
☀☀☀
Fira tersenyum kala melihat Emily berlari ke arahnya sembari membawa dua payung di tangannya. Sudah tiga puluh menit lamanya, Fira menunggu Emily di kantin.
Hujan yang tiba-tiba saja mengguyur lapangan membuat aktivitas tim basket terhenti, semuanya menepi ke kantin untuk menghindari air hujan dan juga untuk mengganjal perut yang kosong. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, itu menandakan bahwa seharusnya Fira pulang setengah jam yang lalu, namun karena hujan, Fira terpaksa menunggu.
Beruntunglah Emily masih ada di sekolah dan membawa payung dua, jadi Fira bisa pulang bersama Emily tanpa harus menunggu hujan benar-benar berhenti dan tanpa menembus hujan.
Emily tersenyum saat duduk di hadapan Fira. "Untung aja masih ada gue di sini,"
Fira mengangguk. "Iya,"
Emily memberikan satu payung yang berwarna biru kepada Fira. "Punya lu ternyata ketinggalan di rumah gue, tadi di kelas lupa mau balikin," ucap Emily sembari tersenyum lebar.
"Iya, makasih,"
Emily masih menampilkan senyumannya, ia tidak pernah lelah mengajak Fira berbicara walaupun ia tahu Fira akan menjawab satu atau dua kata saja. Emily bukanlah orang yang gampang menyerah, ia akan terus berbicara sampai Fira berbicara panjang lebar, seperti saat Fira sedang memberikan pengarahan kepada anggota tim basket.
"Tadi basket ngapain aja?" Emily masih berusaha memancing Fira.
"Biasa,"
Alis Emily menyatu, ia bingung dengan arti kata biasa yang Fira ucapkan. "Biasa itu kayak apa? Ngobrol doang atau main basket?"
Fira memutar bola matanya malas. "Pengarahan."
Emily mengangguk-anggukkan kepalanya. "Emang pengarahan di tim basket itu biasa, ya?" tanyanya.
Fira yang gemas dengan Emily langsung menggerakkan tangannya maju dan melayangkan satu jitakan tepat di kening Emily. "Yang namanya hari pertama latihan, ya, pasti pengarahan lah!" ucap Fira kesal.
Emily mengelus-elus bagian kening yang dijitak oleh Fira. "Ih! Gak usah dijitak juga kali,"
Fira mendengus sebal. "Lo lemot!"
"Lo ambigu!" jawab Emily tidak terima dibilang lemot. Walaupun kenyataannya ia memang lemot.
"Lemot!"
"Ambigu!"
Fira memilih untuk diam dan meminum kembali jeruk hangat yang sempat ia pesan sembari menunggu hujan reda. "Gue laper," ucap Fira setelah meminum jeruk hangatnya.
Emily menggeleng pelan. "Yaudah makan dulu, habis makan kita pulang."
Fira mengangguk dan berdiri, ia melangkahkan kakinya menuju stan Mbak Kira, di mana stan tersebut terdapat banyak aneka rasa mie instan dari berbagai merek. Emily yang melihat Fira memesan mie instan hanya dapat menggelengkan kepala. "Kalau hujan gini, tuh, anak selalu aja, makan mie instan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Teen FictionKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...