06|| Terbukanya Luka ☀

6.2K 497 119
                                    

Jatuh cinta lebih dari satu kali itu wajar, tetapi jika terluka lebih dari sekali maka itu salah.

☀☀☀

Fira terdiam di kelas, memperhatikan guru Fisika yang sedang menjelaskan materi di depan. Pikirannya sedang tidak fokus untuk mencerna rentetan kalimat dan angka yang ia lihat di papan tulis. Fira sudah berulang kali mencoba untuk memfokuskan pikirannya ke pelajaran, tapi ternyata kejadian hari ini dapat menganggu konsentrasinya.

Fira bangkit berdiri dan menghampiri Bu Pita selaku guru Fisikanya. Fira meminta izin untuk ke kamar kecil dan Bu Pita mengizinkannya. Fira berjalan menuju pintu dengan mata yang terus menatap lantai. Bahkan bisikkan Emily yang menanyakan ia ingin kemana saja dihiraukan oleh Fira.

Fira terus melangkah menelusuri lorong lantai dua dengan kepala yang menunduk. Hati dan pikirannya sedang perang dingin. Hatinya mengatakan mendekat, tapi pikirannya selalu menyuruhnya menjauh.

Pilihan yang sangat sulit bagi Fira bila harus memihak pada salah satunya.  Fira sangat ingin mendekatkan dirinya lagi dengan Mario, namun, apa yang sudah terjadi di masa lalu membuatnya merasa harus menjauh. Bukan karena ia membenci masa lalu, tapi ini karena akibat dari masa lalunya.

Hatinya masih terasa sakit setiap kali melihat wajah Mario. Hatinya masih tidak terima dengan sebuah kenyataan yang terlalu pahit. Dan hatinya masih belum rela menjauh darinya, itulah yang lebih menyakitkan dari segalanya. Ketika Fira ingin menjauh, hatinya selalu ingin dekat dengan Mario, hal yang sangat sulit untuk dilakukan.

Fira meneteskan air matanya tanpa sadar mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Sekelebat ingatan mengenai tawa Mario, tawa Andre, dan tawa Emily hari ini membuatnya merasa bersalah. Sudah sejak lama ia melenyapkan tawa mereka. Tawa yang biasa ia dengar ketika mereka bersama, harus hilang bersamaan dengan keputusan sepihak Fira.

Fira bersyukur karena hari ini ia dapat mendengar gelak tawa mereka lagi. Tapi, Fira tahu itu bukanlah sesuatu yang baik untuk masa yang akan datang. Fira harus memegang teguh pendiriannya untuk menjaga jarak dengan mereka. Fira harus memperkuat pertahanannya.

Tapi, apakah hatinya rela kehilangan senyum bahagia sahabat-sahabatnya? Jawabannya adalah tidak. Fira tidak pernah rela kehilangan senyum sahabatnya, terutama Emily.

Fira mendudukkan dirinya di atas kloset duduk yang tertutup. Kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya. Fira menumpahkan kesedihannya melalui air mata.

"Fir! Fira!" teriak seseorang yang diperkirakan Fira berasal dari depan toilet wanita.

Fira langsung buru-buru mengusap wajahnya, menghapus jejak air mata. Fira bangkit berdiri dan menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Fira mendesah pelan ketika melihat waktu yang ternyata berlalu begitu cepat.

"Sepuluh menit gue nangis," gumam Fira lalu diiringi kekehan kecil.

Fira membuka pintu bilik kamar mandi secara perlahan, ia takut jika ada orang di depan bilik kamar mandi yang ia masuki tadi. Fira membuang napas lega karena tidak ada orang di sana. Tapi, lagi-lagi suara seseorang di luar toilet wanita terdengar jelas di telinga Fira.

"Fir, lu enggak apa-apa, 'kan?" ucapnya dengan suara yang terdengar khawatir.

Fira tahu siapa pemilik suara itu, suara seseorang yang ingin ia hindari saat ini. Fira melangkah mendekati cermin, Fira menatap pantulan dirinya di cermin yang berukuran besar di hadapannya. Fira yang melihat matanya sembab lantas langsung membasuh wajahnya dengan air yang keluar dari wastafel.

Speranza [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang