Aku berbohong jika aku mengatakan aku tidak merindukanmu. Aku berbohong jika aku mengatakan aku tidak peduli padamu. Aku berbohong jika aku mengatakan aku tidak mengharapkanmu kembali. Aku berbohong setiap kali aku mengatakan, "Aku benci kamu."
Itu semua adalah kebohongan yang diciptakan oleh lisanku.
Aku sadar. Bahkan sangat sadar, jika sebenarnya aku masih menginginkan kamu. Menginginkan kehadiranmu yang menemani hari-hariku.
Tapi maaf, egoku terlalu tinggi untuk mengakui itu semua. Kekecewaan masa itu membekas begitu indah di hati ini. Seakan tak ada obat untuk menyembuhkannya.
Maaf jika sampai saat ini, aku harus terus membohongi diriku sendiri, dan juga dirimu.
Maaf jika sampai saat ini, aku belum bisa mendengarkan penjelasan dari mulutmu.
Maaf jika aku masih menutup rapat telingaku, mataku, dan hatiku, untukmu.
Pahamilah aku, pahami keinginanku. Biarkan aku menyembuhkan lukaku terlebih dahulu. Tiga tahun seakan tidak cukup untuk menghilangkan bekas luka itu.
Aku mohon ... sabarlah. Tunggu aku, jangan pergi. Aku butuh waktu.
"Ck," Fira mengumpat kesal saat menyadari apa yang baru saja ia tulis.
Hari ini pelajaran dikosongkan karena dewan guru serta jajaran staff sedang mengadakan rapat. Setiap kelas terdengar sangat bising namun tidak sampai berteriak-teriak seperti halnya yang terjadi kemarin.
Banyak murid yang sudah beranjak meninggalkan kelas saat mengetahui pelajaran hari ini dikosongkan. Tapi berbeda dengan beberapa murid yang lebih memilih untuk tinggal di kelas untuk beberapa jam ke depan.
Seperti saat ini, di kelas XI-IPA 1. Ada sekumpulan wanita yang sedang nonton drama korea, sekumpulan laki-laki di pojok kelas sibuk memainkan game online mereka, ada yang sibuk dengan mimpi indahnya, ada yang sibuk membaca novel, ada pula yang mendengarkan musik dan beberapa yang lain sudah berada di luar kelas duduk di balkon, dengan alasan 'Wifi-nya lebih kenceng.'.
Fira dan Emily tetap berada di kursinya, enggan beranjak kemana-mana. Kaki dan tubuhnya seakan berat untuk meninggalkan kelas.
"WOI! Enggak ada yang ke kantin?"
"Belom istirahat, nanti ajalah. Cabut kantin nanti aja siangan,"
"Fir, mau ke lapangan indoor gak?" tanya Emily pelan.
Fira menegakkan tubuhnya. "Males."
Emily menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Gue bosen di kelas, lu dari tadi sibuk curhat sama buku. Lah, gue ngelihatin doang,"
Fira tersadar begitu mendengar ucapan Emily tentang buku, dengan cepat Fira merobek lembar yang baru saja ia tulis lalu dibuat menjadi satu gumpalan. Emily tersenyum melihat tingkah Fira. "Salah nulis?"
Fira menggeleng.
Alis Emily terangkat satu. "Terus? Jelek kata-katanya?"
Fira menggeleng lagi.
Emily tersenyum sumringah dan langsung menegakkan tubuh kemudian ia dekatkan ke Fira, jari telunjuknya terangkat menunjuk Fira. "Lo flashback, ya?" ucapnya penuh menggoda.
"Enggak," balas Fira cepat.
Emily terkekeh saat melihat pipi Fira yang merona. "Udah ayo ke lapangan indoor, biar puas flashback-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Подростковая литератураKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...
![Speranza [END] ✔](https://img.wattpad.com/cover/74496491-64-k741843.jpg)