Karena sahabat tidak dapat dibeli dengan uang.
☀☀☀
"Kertasnya ada di tangan gue!" ucap Mario lantang.
'Mampus gue.'
Fira bangkit berdiri dan membalikkan tubuhnya menatap tiga laki-laki yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Fira cemas sekaligus takut Mario menjadi salah paham dengan tulisan tersebut. Memang itu untuk Mario, tapi itu curahan hati Fira, seharusnya tidak ada satu orangpun yang tahu.
Emily juga bangkit berdiri, ia berkacak pinggang layaknya jagoan dengan dagu di angkat seakan menantang laki-laki di hadapannya. "Sejak kapan kalian di sana?" tanya Emily berusaha mengabaikan tentang kertas.
"Sejak kalian melamun," jawab Andre seraya tersenyum.
Dika bangkit dari kursi penonton lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Fira dan Emily. Perasaan kesal kepada dua wanita di hadapannya tiba-tiba saja datang. Dika tersenyum sinis.
"Mulut bisa berbohong tapi mata, enggak bisa. Gue tahu, kalian masih punya perasaan itu, tapi kalian terlalu gengsi untuk mengakuinya," Dika melirik Fira. "Terutama lo, Fir."
"Apa?" tanya Fira cepat.
Nyali Dika ciut mendengar nada ketus dari Fira, jika ia salah bicara satu kata saja mungkin ia akan dibuat menyesal ratusan kali. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyadarkan Fira.
"Lo sayang Mario, 'kan?"
Dika membungkam mulutnya rapat-rapat saat mulutnya tanpa sengaja mengucapkan kalimat tersebut. Dika kembali teringat tentang Fira yang suka sekali mengacak-acak barang Dika setiap kali Dika salah bicara. Dika tidak ingin barang-barang kesayangannya harus bernasib sama seperti kecebong yang ia ambil susah payah. Saat itu kecebong kesayangan Dika, dibuang oleh Fira hanya karena Dika salah bicara.
Saat itu, Emily, Dika, Andre, Mario, dan Fira sedang berkumpul bersama di rumah Dika. Mereka mengobrol, bercanda gurau, menonton film, sampai makan malam bersama. Dan disinilah mereka sekarang, setelah menikmati makan malam, mereka hanyut dalam pembicaraan ringan.
Awalnya mereka terlihat senang dan baik-baik saja, namun saat Andre dan Mario merubah topik pembicaraan menjadi tentang sepeda mood Fira langsung terlihat berubah. Dan lebih parah lagi, saat Dika dengan frontalnya meledek seseorang yang tidak bisa mengendarai sepeda.
Fira yang memang tidak bisa mengendarai sepeda merasa tersindir karena ucapan Dika, ucapan-ucapan ketus mulai terlontar dari mulut Fira dan akhirnya perdebatan antara Dika dan Fira pun terjadi.
"Sumpah ya malu-maluin, orang udah gede kok gak bisa bawa sepe---" ucapan Dika terpotong saat menyadari lirikan Andre tepat ke arah Fira.
Fira melempar bantal sofa ke arah Dika dan mendarat tepat di wajahnya. "Gua enggak bisa mengendarai sepeda ada alasan, jadi enggak usah, deh, lu ngerendahin orang yang enggak bisa!"
"Ya, tapi gua enggak ngomongin lo, Fir, kok, lo yang sensi, sih?!" Dika membalas ucapan Fira, dan itu membuat Fira naik pitam.
"Lu ngomongin orang yang enggak bisa mengendarai sepeda! Lu sadar enggak, gue juga enggak bisa mengendarai sepeda, Dik!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Novela JuvenilKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...