46|| Yang Sebenarnya☀

2.8K 281 37
                                    

Jika esok sudah tidak waktu untukku meminta maaf, maka izinkan aku mendapatkan maaf darimu hari ini.

☀☀☀

Sore hari sebelum kecelakaan.

Fira tersenyum lepas menatap langit senja sore itu. Suasana komplek nampak sepi hari itu. Tidak ada teriakan anak-anak yang sibuk bermain dengan teman-temannya. Tidak ada ibu-ibu yang sibuk membicarakan sesuatu di taman komplek. Dan tidak ada lagi remaja laki-laki yang berkumpul riang di Ran's Resto.

Fira melangkah menelusuri komplek Flamboyan seorang diri. Saat itu Fira ingin berbelanja di supermarket yang tidak jauh dari komplek. Di depan supermarket ia bertemu dengan seseorang yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. Dia adalah Nabila. Karena kehadiran Nabila yang tidak pernah ia duga sebelumnya, akhirnya Fira menghentikan langkah kakinya untuk melihat apa yang Nabila lakukan di sini.

Nabila menyerukan namanya, dan tanpa pikir dua kali Fira langsung membuang wajahnya enggan menatap Nabila. Fira sempat melihat wajah Nabila sekilas, ada guratan kekecewaan yang nampak di wajah Nabila.

"Fir," panggilnya lemas.

Tentu saja suara yang keluar dari mulut Nabila itu mampu menarik perhatian Fira. Fira akhirnya menolehkan kepalanya ke arah Nabila, menatapnya penuh tanda tanya. Fira mengangkat alisnya satu menandakan bahwa ia sedikit bertanya.

"Bilang sama gue kalau lo sama Dika itu cuma pura-pura, 'kan?!" ucap Nabila dengan serius.

Fira mundur satu langkah, ia sangat terkejut dengan apa yang ditanyakan oleh Nabila. Fira tidak ingin menjawab pertanyaan Nabila.

"Bilang sama gue! Kalian cuma pura-pura, 'kan?!" ucap Nabila begitu serius dengan nada yang hampir membentak.

Nabila berlari menghampiri Fira yang terdiam di tepi jalan. Nabila berhenti tepat di hadapan Fira. Nabila diam untuk beberapa saat, memperhatikan ekspresi wajah Fira. Bahkan ia sampai mengikuti pergerakan kepala Fira yang berusaha menghindar dari tatapannya.

"Mau lo apa?!" tanya Fira.

Nabila hanya diam memperhatikan mata Fira. "JAWAB GUE, FIR!!!" teriaknya di hadapan Fira. "Lo sama Dika cuma pura-pura, 'kan?" sambungnya.

"Maksud lo apa?"

Nabila tersenyum miring. "Kenapa gak bisa jawab? Gue bener, 'kan?" ucapnya.

Fira terkekeh. "Minggir! Gue buru-buru,"

Nabila menggelengkan kepalanya. "Jawab pertanyaan gue!"

Fira  mengabaikan ucapan Nabila dan kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dan tentu saja hal tersebut membuat Nabila ingin terus mengejar Fira.

"FIRA! MARIO CUMA SAYANG SAMA LO!"

Fira menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang tanpa membuka suaranya. Nabila tersenyum karena ternyata kalimat itu yang mampu menarik perhatian Fira.

Nabila mendekati Fira, tangannya terulur untuk memegang kedua bahu Fira dan sedikit mencengkramnya. "Gue mohon lo jujur sama gue, lo sama Dika cuma pura-pura, 'kan?" ucapnya dengan suara serak.

Fira tersenyum tipis. "Ada hak apa lo ngurusin hidup gue?" balas Fira.

"Lo tahu, bahwa satu kejujuran yang lo ucapkan itu bisa membuat keadaan membaik,"

"Lo sebenernya mau ngomong apa sama gue?" tanya Fira sudah kesal.

"Gue udah gak kuat Fir, berada di Mafir Zone membuat gue merasa tersiksa secara tidak langsung. Gue mundur dari permainan kalian,. Gue emang ada di samping Mario, tapi yang ada di hati dan pikiran Mario hanya ada lu, Fir. Gue juga udah capek harus memaksakan hati gue untuk suka sama Mario, padahal orang yang gue suka sebenarnya adalah Rendi," ucap Nabila begitu cepat.

Speranza [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang