Masalah ada untuk diselesaikan bukan untuk dilupakan. Oleh karena itu, melupakan masalah hanya bersifat sementara, cepat atau lambat kita akan kembali mengingat masalah tersebut dan menyelesaikan masalah itu dengan tepat.
☀☀☀
Fira menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi dengan hiasan bintang yang akan terlihat bersinar saat lampu dipadamkan. Ada hal yang mengganggu pikiran Fira saat ini, ia ingin sekali tidak melupakan masalah itu begitu saja. Tapi, Fira harus mencari kesempatan untuk menyelesaikannya.
Fira menghela napas panjang, lalu mengeluarkannya secara perlahan dari mulut, batinnya sangat lelah.
Handphone Fira bergetar menandakan pesan masuk. Fira menoleh ke nakas, handphone-nya ternyata menyala. Fira mengambil handphone dengan case bergambar tokoh kartun Jepang, Doraemon.
2 Panggilan tak terjawab.
Itulah yang terlihat di mata Fira saat ia menyalakan ponselnya. Fira membuka log panggilan, dan ternyata itu panggilan tak terjawab dari Mario.
Fira berusaha berpikir apa yang ingin Mario bicarakan sampai ia menelpon tengah malam seperti ini. Handphone Fira kembali bergetar, dan di sana tertulis panggilan masuk dari Mario, tanpa pikir panjang Fira mengangkat.
"Malam, Fir,"
Fira terdiam untuk beberapa saat, ia kembali teringat dengan ucapan Emily tadi sore, 'lupakan masalah lu sama Mario, biar hati lo tenang, tunggu waktu untuk menyelesaikan semuanya,'.
"Iya?"
Mario menghembuskan napasnya pelan, ia tidak menyangka Fira masih saja cuek.
"Kenapa belum tidur? Udah malem Fir," ucap Mario.
"Udah tadi," jawab Fira malas.
Fira mengulas senyum tipis. Hatinya bergetar merasakan apa yang dirasakan setiap remaja saat orang yang disukai menelpon.
"Belajar bohong sama siapa Fir? Dua tahun jauh dari gue, jadi pinter bohong lu, ya, sekarang,"
Mario terkekeh, Fira mendengarnya. Fira lagi-lagi tersenyum, hatinya menghangat mendengar suara Mario, suara yang selalu ia rindukan tanpa sengaja.
"Sotau banget sih, orang tadi udah tidur kok, makanya telepon lu enggak gua angkat tadi, lagian ngapain sih nelpon malem-malem gini, gabut banget, ya, lo, haha."
Pipi Fira merona merah, ia tidak menyangka ia berubah hanya karena percakapan tadi. Itu adalah kalimat panjang pertama Fira untuk Mario setelah sekian lama bungkam.
"Sejak kapan lu tidur lampunya nyala, Fir?" ucap seseorang di seberang sana seakan-akan menghapal segala kebiasaan Fira.
Fira terkejut saat menyadari yang bicara bukanlah Mario lagi, melainkan Dika.
"Heh! Lagi di mana lo? Kok malah suara Dika yang gua denger,"
"Kalo gue bilang gua lagi main, lu marah enggak sama gue, terus nyuruh gua pulang enggak?" ucap Mario meledek.
Fira yakin Mario saat ini sedang menyeringai puas. Fira menoleh ke arah jam dinding di depannya. Matanya terbuka lebar saat melihat jam.
"LO GILA!" Suara Fira meninggi, "Udah jam dua pagi, tapi masih main? Pulang sana!"
Deg.
Fira menjauhkan ponsel dari telinga, ia tidak ingin mendengar jawaban Mario saat ini. Detak jantung berpacu lebih cepat, setelah sekian lama Fira tidak merasakan ini kepada Mario. Akhirnya malam ini Fira merasakan lagi, dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Ficção AdolescenteKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...