Kalau tidak bisa sekarang, maka jangan menunggu nanti. Karena keputusan harus diambil segera.
☀☀☀
Rendi melangkah cepat menaiki anak tangga, semangat dalam dirinya berkobar hari ini. Tidak memikirkan seberapa buruk hari ini padahal ia akan melaksanakan upacara bendera.
Jika biasanya Rendi datang mendekati bel, berbeda dengan hari ini. Rendi datang tepat pukul setengah enam pagi. Alasannya hanya satu, ingin menemui Vino.
Teman sebangkunya, sahabat karibnya, dan juga Adik sepupu Fira. Ibu Vino adalah adik dari Ibu-nya Fira. Lantas Vino memanggil Fira dengan sebutan Kakak, karena biar bagaimanapun juga dalam keluarga, derajat Fira lebih tinggi.
"RENDI!"
Rendi menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan Vino dari belakangnya. Kepalanya memutar melihat Vino. "Lah anjir! Gua kira udah di kelas,"
"Ketiduran gua di pos satpam, lo, sih, nyusahin banget! Ngajakin berangkat pagi tapi bangunin orang jam tiga dini hari," ucap Vino kesal seraya menyusul langkah Rendi.
Rendi terkekeh. "Lo 'kan kebo Vin, jadi gua bangunin jam tiga, lumayan 'kan, bisa shalat Tahajjud dulu, terus baru deh shalat Subuh,"
Vino memukul kepala Rendi dengan topi yang berada di tangan kanannya. "Tapi enggak sampe sepagi itu juga, Ren!"
Rendi tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal sekaligus mengantuk sahabatnya. "Taro tas, cuci muka, terus turun, deh, godain dede gemes," ucap Rendi kembali melangkah naik.
"TUNGGUIN GUA, WOI!" teriak Vino yang sudah tertinggal jauh oleh Rendi.
Rendi terkekeh mendengar teriakan Vino. Langkahnya terhenti saat menyadari lampu koridor lantai tiga ternyata ada yang sudah dimatikan, Rendi menoleh ke arah kiri tepat ke dalam kelas XII-IPS 1. Rendi bergedik takut saat menyadari keadaan kelas masih gelap gulita.
"VINO BURUAN ANJIR! INI SEKOLAH KENAPA JADI MENCEKAM GINI!" Rendi berteriak sangat keras sembari menoleh ke tangga.
Bulu kuduk Rendi berdiri saat menyadari matahari belum menampakkan dirinya. Sepertinya hari ini akan turun hujan.
"VINO! BURUAN AN---" Rendi kembali berteriak lalu memutar tubuhnya ketika merasa ada yang meniup leher belakangnya.
Rendi menatap horror Vino yang menyalakan layar ponselnya dan di arahkan ke wajahnya sendiri, sehingga membuat wajahnya bercahaya.
Dugh!
Rendi memukul keras wajah Vino dengan telapak tangannya. Vino yang terkejut tidak sempat menopang tubuhnya, ia terjatuh dengan posisi duduk dan ponselnya tertekan oleh tangannya sendiri.
Krak!
"RENDI HP GUA RETAK!!!" teriak Vino kencang saat menyadari ia terjatuh dengan ponsel yang ia tindih dengan tangannya yang digunakan sebagai menahan tubuhnya.
"Mampus lo!" Rendi tertawa terpingkal-pingkal sampai ia harus memegangi perutnya.
Vino mengabaikan gelak tawa Rendi, tangannya sibuk membolak-balik ponselnya berharap tidak ada kerusakan parah. "Ren, layarnya retak!"
"Ganti," jawab Rendi santai.
Vino tidak habis pikir dengan Rendi, seenak jidat memukul wajah seseorang hanya karena terkejut. Kemana kesan cool seorang ketua tim futsal SMA Taraka, dengan gelap saja takut. Terkadang Vino heran, kenapa Kakak sepupunya sempat menyukai Rendi yang jelas-jelas memiliki sifat yang aneh.
"LO YANG GANTI!" teriak Vino.
Seorang wanita yang baru menaiki anak tangga terkejut dengan kehadiran Vino dan Rendi di lorong depan kelas XII-IPS 1. Untuk pertama kalinya, ia melihat Rendi dan Vino datang sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Teen FictionKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...