31|| Semua Telah Berbeda ☀

2.9K 295 26
                                    

Fira menoleh ke belakang tepat ke arah sekelompok laki-laki mengumpul dan menatap ke arah layar laptop. Mario ada di sana, bersama Bimo, Devan, Ilham, Leo, Ikhlas dan yang lainnya. Tidak biasanya Mario berkumpul dengan mereka.

Fira tersenyum tipis menyadari ada beberapa perubahan dalam diri Mario hari ini.

Baju yang tidak serapih biasanya,  sepatu berwarna dan rambut yang diwarnai menjadi dark brown. Ingin rasanya Fira menegur Mario, namun niatnya selalu tidak terwujud ketika teringat ucapan Mario semalam melalui Line.


Fira merutuki dirinya sendiri, bukan ini yang Fira inginkan. Fira menginginkan Mario terus ada di sampingnya, Fira ingin Mario terus memperhatikannya. Tapi semua telah terlambat, Mario menjauh karena pilihan yang Fira berikan.

Sebuah pilihan yang Fira pikir akan ditolak mentah-mentah oleh Mario.

"Mar," ucap Andre berdiri di depan kerumunan laki-laki.

Mario terlihat tidak peduli dan memilih fokus ke layar laptop. Andre yang diacuhkan merasa tidak terima, ia menutup laptop tanpa pikir akan rusak.

"Heh! Banci!" ucap Andre kencang, dan itu berhasil menarik perhatian seisi kelas.

Devan sang pemilik laptop tidak berani menegur Andre, karena mendengar nada tidak bersahabat dari mulut Andre.

"Lo kerjaannya ngusik hidup orang terus, ya?!"  Mario berdiri dari tempat duduknya.

Fira hanya mampu memperhatikan semuanya dalam diam begitupun dengan Dika dan Emily.

"Lo bisanya kabur dari masalah, ya?!" sindir Andre.

Mario menatap tajam ke arah tempat duduk Fira, hal itu membuat Fira salah tingkah. Fira langsung bangkit dari kursinya dan melangkah keluar kelas seorang diri.

Mario kembali menatap Andre di depannya. "Enggak usah ikut campur, lo enggak tahu apa-apa." ketus Mario.

Devan berusaha melerai keduanya, namun sepertinya ucapan Devan diabaikan oleh mereka berdua.

"Mar! Masalah ada untuk kalian selesaikan! Bukan untuk kalian hindarkan dan abaikan!" Andre benar-benar 'tak menyangka melihat ekspresi Mario yang nampak tenang.

"Ya, ya, ya," sahut Mario tidak peduli dan kembali duduk lalu membuka laptop itu kembali.

Andre lagi-lagi menutup paksa laptop itu. "Gue ngomong sama lo! Bukan sama bayangan lo!"

"Woi! Ini ada apaan, sih? Lo, Dre, ngapain sih, datang langsung marah-marah enggak jelas gini. Lo juga, Mar, hargai Andre yang lagi ngomong sama lo!" Bimo 'tak sanggup lagi menahan kekesalannya menyaksikan dua sahabat yang sedang cek-cok di hadapannya.

"DIAM!" balas Andre dan Mario serempak.

Dika bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati meja yang dipenuhi anak laki-laki tersebut. Dika merangkul bahu Andre dan membawa Andre keluar kelas, berusaha mengabaikan tatapan bingung teman sekelasnya.

Mario kembali duduk lalu meraup wajahnya kasar.

Devan menepuk bahu Mario pelan. "Lo berubah, Mar." bisiknya lalu melenggang pergi.

Speranza [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang