Sahabat yang memiliki tingkah laku konyol adalah sahabat yang paling setia.
☀☀☀
Fira mengulas senyum tipis dengan mata fokus menatap langit malam. Memorinya kembali memutar kenangan indah yang pernah ia alami. Sebuah kebersamaan yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan kembali.
Fira berlari mendekat ke arah pagar rumah Emily. Fira terkekeh mengingat pesan yang dikirimkan oleh Emily beberapa saat lalu. Hanya karena Emily sendirian, Emily meminta Fira untuk datang menemani malam sepinya.
Tanpa perlu memanggil sang pemilik rumah, Fira membuka pagar besi abu-abu itu dengan tangannya sendiri. Fira menutup kembali pagar tersebut ketika ia berada di garasi rumah Emily.
"EMILY ADA ANDRE, NIH, DI LUAR!" teriak Fira berdiri di depan pintu coklat.
Pintu terbuka dan wajah Emily berubah masam. Fira berbohong untuk hari ini.
"Hai," ucap Fira dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Hai," susul suara di belakang Fira.
Emily dan Fira lantas menoleh ke sumber suara. Ternyata, di sela-sela pagar yang terbuka terlihat Andre, Mario dan Dika sedang mengintip.
"Anjir, ngapain lo ke sini?" tanya Emily menatap mereka curiga.
Andre tersenyum seraya menggaruk tengkuk. "Tadi ada yang nyebut nama gua, jadi gua ke sinin deh,"
Emily melotot tajam ke arah Fira tentu saja hal tersebut dapat dilihat oleh Andre, Mario dan Dika. "Lo mendingan tutup mulut lo, Fir. Sekali ngomong panjang, malah bikin gua malu," ucap Emily ketus.
Fira terkekeh. Mata Fira bergerak melirik tiga laki-laki yang masih bertahan dengan posisi mereka. "Masuk!" ucap Fira layaknya ia pemilik rumah.
Emily menggeleng tidak percaya. Seorang Fira dapat bertingkah semena-mena. "Heh! Di rumah gua kosong! Cowok enggak boleh masuk," ucap Emily seraya merentangkan tangannya menutup jalan tiga temannya.
Dika menurunkan tangan kiri Emily, lalu Andre menurunkan tangan kanan Emily. Emily terdiam. Sentuhan kecil mampu membuat tubuhnya bergetar ringan. Emily gugup, interaksi dengan lawan jenis bukanlah sesuatu yang sering ia lakukan.
"Kita mau main UNO di teras, udah sana masuk!" ucap Andre seraya memutar tubuh tegang Emily ke arah pintu.
"UNO?" Fira membeo.
Dika mengangguk seraya menepuk-nepuk saku celana kanan dan kirinya. "UNO tersimpan aman di dalam kantung berharga Dika," ucap Dika lalu duduk lesehan di lantai berwarna krem.
Andre dan Mario menyusul, mereka duduk hampir menyerupai segitiga. Dika menepuk paha kirinya. "Fira mau dipangku babang Dika?" ucap Dika seraya tersenyum lebar.
Mario memberikan tatapan tajam. "Lo ada niat mati?"
Dika terkekeh. "Mario dan yang lainnya tahu, siapa pemilik hati ini," ucap Dika seraya menepuk dada kiri.
"Tata seseorang," ucap Fira melangkah mendekat ke arah laki-laki itu.
Dika tersenyum. Andre terkekeh. Dan Emily terdiam, ia bingung harus apa. Sentuhan Andre beberapa menit lalu masih begitu membekas. Hingga akhirnya, Emily memilih mengabaikan Fira dan tiga teman laki-lakinya. Emily memasuki rumahnya dan beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa mangkuk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Dla nastolatkówKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...