32 || Kenangan Kita ☀

3.3K 264 28
                                        

P.s. : kalau menemukan typo tandai ya:)) Happy Reading💙

🌹🌹🌹

Semua tentang waktu.
Waktu kapan aku dan kamu siap.
Siap untuk terluka atau siap untuk bahagia.

🌹🌹🌹

Fira menghirup udara malam hari, ia berdiri menghadap langit dari balkon kamarnya. Rambut panjang yang ia gerai bergerak mengikuti arah angin. Baju kebesaran yang Fira pakai bergerak ke kanan ke kiri mengikuti terpaan angin.

Fira mengulas senyum tipis mengingat seberapa manis perlakuan Dika padanya hari ini. Mulai dari menemaninya di kantin serta mengantarkan dia pulang. Awalnya Fira menolak keras diantar oleh Dika, tapi melihat Nabila dan Mario pulang bersama itu membuat Fira ingin mengiyakan ajakan Dika.

Andre dan Emily seakan sibuk dengan dunia mereka. Berusaha memberikan waktu untuk Fira sendiri, dan membiarkan Dika menghiburnya.

Dika sangat setia menemani Fira mengobrol dan bercanda gurau. Fira paham, dari dulu hanya Dika dan Emily lah yang mampu menaikkan mood-nya. Setidaknya saat bersama Dika, Fira berhasil melupakan kepergian Mario.

"Semakin lu membenci gue, gue pastikan lu akan semakin sayang sama gue."

Fira menghembuskan napasnya saat perkataan Mario beberapa bulan lalu terngiang di kepalanya. Fira tersenyum sedih menatap langit.

"Gua menyayangi orang karena sayang bukan karena benci!"

"Nyatanya lo selalu memikirkan gua, 'kan? Karna lo benci sama gue."

Fira terkekeh saat mengingat beberapa kejadian di kepalanya. Kejadian saat Mario dan Fira sedang berlatih untuk kejuaraan Basket antar sekolah saat mereka menduduki bangku kelas sepuluh.

Saat itu Fira sedang duduk di kursi panjang di pinggir lapangan, Mario yang baru saja latihan langsung duduk di samping Fira. Wajah datarnya tidak berubah, ia tetap menunjukkan sisi cueknya saat di dekat Fira.

"Gua seneng kalau rasa benci lu berubah jadi cinta." tidak ada angin tidak ada hujan, Mario berbicara seperti itu tepat di samping Fira.

Fira hanya diam tidak merespon apapun sebagai jawaban.

"Gue benci setiap kali lo menghindar, Fir," suaranya terdengar parau.

Mario menegakkan tubuhnya lalu menatap langit senja yang sedikit mendung.

"Semakin lu membenci gue, gue pastikan lu akan semakin sayang sama gue," lirihnya.

"Gua menyayangi orang karena sayang bukan karena benci!" akhirnya Fira mengeluarkan suaranya, walaupun ketus tapi berhasil membuat Mario menarik bibirnya ke samping membuat lengkungan yang sangat manis.

"Nyatanya lo selalu memikirkan gua, 'kan? Karna lo benci sama gue."

Fira mengernyit, "Gua benci sama lo, saking bencinya gua enggak ingin lihat lo lagi!"

Fira bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju lapangan. Namun, belum sempat ia melangkah lebih jauh dari Mario. Tiba-tiba saja hujan mengguyur lapangan.

Speranza [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang