01|| Dia ☀

13.9K 804 370
                                    

Kalau sudah sayang, terkadang sulit untuk melupakan.

☀☀☀

Fira menatap ke arah lapangan, di sana terlihat jelas seorang laki-laki yang sedang sibuk men-dribble bola berwarna orange. Keringat yang membasahi wajahnya menambah kesan cool pada dirinya. Ingin rasanya Fira melangkah mendekati dia dengan membawa sebotol air minum dan juga handuk kecil. Tapi, Fira langsung menepis keras keinginannya begitu ia tahu, itu bukanlah hal yang seharusnya ia lakukan.

Fira tersenyum tipis ketika teringat manisnya sikap dia dulu. Dia adalah laki-laki di masa lalunya. Laki-laki yang selalu ia hindarkan karena sebuah luka yang masih membekas. Luka yang selalu ingin Fira sembuhkan.

Lamunan Fira tentang masa lalunya terpaksa harus berhenti ketika Gilang selaku pelatih basket di SMA Taraka duduk di samping Fira.

"Ciee... Senyum-senyum, udah mulai suka, nih, sama Mario?" ledek Gilang membuat Fira sebal.

Fira hanya diam, merapatkan bibirnya. Fira sangat tidak suka jika ada orang yang membahas Mario di hadapannya, apalagi jika membahas langsung dengannya. Baginya, mendengar nama Mario dapat membuat lukanya terbuka semakin lebar.

"Mario! Kumpul dulu, nanti lanjut main lagi!" teriak Gilang ke arah laki-laki yang masih berkutat dengan bola orange. Laki-laki yang sejak tadi diam-diam diperhatikan oleh Fira.

Fira bangkit berdiri lalu melangkah maju ke arah murid yang sudah berbaris di lapangan dengan seragam basket. Gilang hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Fira dan Mario yang tidak pernah berubah, selalu mendiamkan tapi mendengarkan.

Gilang menyusul Fira dan murid lainnya yang sudah berdiri rapih membentuk barisan. Gilang terkekeh tertahan ketika melihat Mario dan Fira yang berdiri bersampingan. Ingin rasanya Gilang mengatakan bahwa mereka cocok, tapi ia teringat sifat keduanya, maka dengan berat hati ia mengurungkan niatnya.

"Selamat siang semua,"

"Siang, Kak,"

"Selamat datang dan selamat bergabung untuk murid kelas sepuluh. Semoga kalian dapat mengembangkan bakat, kemampuan, dan juga belajar menjadi yang terbaik ketika sudah bergabung lebih lama lagi dengan kami. Sebelum saya, menjelaskan mengenai jadwal latihan, izinkan saya memperkenalkan diri," Gilang menarik napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Nama saya, Gilang Pramadani Aksara, kalian bisa memanggil saya, Kak Gilang. Saya merupakan mahasiswa semester tiga di Universitas Negeri Jakarta jurusan musik. Jika kalian bertanya mengapa saya memilih menjadi pelatih basket sedangkan saya adalah mahasiswa jurusan musik, maka jawabannya, karena basket adalah salah satu kegemaran saya. Saya menjadi pelatih basket karena saya merasa saya mampu, dan layak menjadi pelatih basket. Oleh karena itu, cobalah kalian melihat segalanya dari segala sisi, terkadang manusia tidak hanya memiliki satu kemampuan tapi bisa saja lebih. Dan, jangan pernah jadikan latar belakang pendidikan sebagai sesuatu yang diutamakan, karena bakat terpendam terkadang tidak sesuai dengan pendidikan yang mereka pilih," Gilang menghentikan ucapannya saat ia melihat Mario dan Fira yang sudah memasang wajah malas.

Gilang tahu jika ucapannya terdengar sangat membosankan bagi mereka berdua.

"Oke... Saya rasa perkenalan mengenai diri saya cukup sampai di sini, sekarang ketua dan wakil ketua tim basket yang akan memperkenalkan dirinya. Baik tim putra maupun tim putri. Saya mulai dari tim putra. Silahkan Mario dan Petra maju ke depan!" ucap Gilang tersenyum menatap anak didiknya.

Speranza [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang