Saat kita merindukan seseorang, maka sakit karna kecewa di hati kita akan tertutup untuk beberapa saat, digantikan oleh rasa sakit menahan rindu.
☀☀☀
Mario memutar-mutar ponsel di sela-sela jarinya. Matanya fokus menatap dinding kamarnya yang bernuansa abu-abu tersebut. Pikirannya melayang memikirkan siapa Rio yang dimaksud oleh Fira. Ia tidak ingin merasa terlalu percaya diri karena, Rio adalah nama panggilan Fira untuknya. Mario takut jika faktanya, bukan Rio-nya lah yang dimaksud Fira.
"Mar, gua yakin Rio itu lu, bukan Rio yang lainnya," ucap Dika berusaha menghibur Mario.
Andre mengusap wajahnya gusar. Melihat Mario yang diam dan tidak bersemangat adalah hal yang paling dihindarkan oleh Dika dan Andre. Mereka rela bila harus menjadi pelampiasan marah Mario. Tapi mereka tidak akan rela jika mereka dijadikan tempat mengadu Mario.
Mereka ingin Mario melupakan dan menghilangkan perasaan itu. Perasaan sayang. Bertahun-tahun lamanya, Fira membuat Mario menunggu. Dan sekarang, Fira datang seolah-olah memberikan Mario kesempatan.
Senyuman, gelak tawa, dan emosi Fira kepada Mario akhir-akhir ini, berhasil membuat Mario mengharapkan kesempatan kedua.
"Rio itu lu, Mar," ucap Dika.
Mario menggeleng dan membuang napas lelah. "Semoga," ucapnya.
Andre berjalan menghampiri Mario yang duduk di tepi ranjang. "Hubungi dia,"
Andre duduk di samping Mario. Tangannya mulai menari-nari di atas layar ponsel. Ia sedang berbalas pesan dengan Emily.
Dika melipat lengannya di depan dada, bersandar di pintu kaca dan memperhatikan Mario. Dika tersenyum. "Setidaknya gua tahu, dia hanya takut. Takut untuk jatuh cinta dan kembali terluka," ucapnya.
Mario menoleh ke arah Dika. Senyum tipis terukir di bibir Mario. "Dan luka itu belum sembuh seutuhnya," ucapnya seraya tertawa.
Andre menoleh sebentar ke arah Mario lalu kembali fokus ke ponsel di genggamannya. Beginilah teman, terkadang mereka membutuhkan waktu juga. Di saat teman sedang sedih dia terkadang asik dengan dunianya sendiri. Namun, merekalah pendengar yang baik. Mereka diam bukan berarti tidak peduli, tapi mereka diam karena tidak ingin kita semakin terluka.
Dika melangkah maju mendekati Andre yang sedang tersenyum-senyum menatap layar ponsel. Dika memberikan satu jitakan di kepala Andre.
"Temen sedih bukannya dihibur, malah asik menghibur diri sendiri," ucap Dika sedikit menyindir.
Andre terkekeh. "Mar, lo lebih milih gua diam tapi mendengarkan apa gua bicara tapi hanya sekedar mengatakan kalimat penenang?" tanya Andre.
Mario menoleh ke kiri melihat Andre dan Dika yang berdiri di samping Andre.
"Diam tapi mendengarkan," ucap Mario lalu kembali menatap dinding.
Dika menepuk jidatnya. "Setidaknya tunjukin rasa simpati lo, kalau diam tanpa suara mah sama aja bodo amat sama teman," ucap Dika.
Perdebatan dimulai.
"Bener juga," ucap Mario.
Andre meletakkan ponselnya di samping kanan. "Diam bukan berarti saat teman lo cerita lo diam aja. Tapi saat dia sedang merenung, kita cukup diam dan membuktikan bahwa kita ada di sampingnya memberikan dukungan secara batin. Bukan dukungan dengan kata-kata penenang," ucap Andre.
"Kalau dia merenung gak mau cerita? Lo bakalan tetap diam aja?" Dika memancing emosi Andre.
Andre menarik napas dalam lalu membuangnya. "Kalau dia gak mau cerita ya lo tanya dia punya masalah apa? Nah, kalau dia udah cerita cukup kasih solusi dan biarkan dia memikirkan tindakan apa yang dia ambil. Ketika dia cerita dan kita memberikan saran maka dia akan merenung, bukan karena sedih tapi karena berpikir,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END] ✔
Novela JuvenilKarena kesalahan di masa lalu, semua berubah. Lima orang remaja yang awalnya sedekat nadi menjadi sejauh langit. Fira bertingkah seolah tidak mengenal Mario. Sedangkan Andre, Dika dan Emily hanya dapat diam memperhatikan jalan cerita yang dibuat Fir...
![Speranza [END] ✔](https://img.wattpad.com/cover/74496491-64-k741843.jpg)