Part 4 - Pertengkaran (1)

90.1K 4.7K 34
                                    

Terlihat kelas yang tidak terlalu ribut kini terlihat riuh karena teriakan siswi-siswi yang yah biasalah jika melihat laki-laki tampan.

"Hei lihat tuh, Julian ganteng banget parah. Ah nambah suka gue sama dia." terdengar salah satu siswi yang bercuap-cuap dengan temannya.

"Benar banget, ada untungnya kita sekelas dengan dia." ucap temannya membalas.

Dan seperti itulah setiap hari apabila seorang Julian masuk kekelasnya dipagi hari.

Julian pun yang baru memasuki kelas langsung mendudukan diri di kursinya bersama Brandon salah satu sahabatnya. Julian didalam kelas memiliki 4 sahabat . Brandon Julio, Stevano, Dimas Christian dan Dylan Pratama.

Julian langsung mengeluarkan ponselnya. Ia melihat tidak ada notif satupun diponselnya, ia merasa aneh karena biasanya Angela akan mengirimi ia pesan 5 atau lebih pesan dalam sehari. Lalu ia pun mengirimi Angela pesan.

To: Angela
Pulang sekolah sama gue.

1 menit kemudian terdengar balasan.

From: Angela
Nggak perlu, gue bisa sendiri. Thanks btw.

Raut wajah Julian langsung berubah datar ketika melihat balasan dari Angela. Kemudian dibalasnya lagi.

To: Angela
Gue gak nerima penolakan.

From: Angela
Gak usah nanya gue kalo gak nerima penolakan -_-

Melihat balasan dari Angela, Julian pun tersenyum.

***
Hari ini Julian ngechat gue lagi, dia bilanh mau nganter gue balik, sudah sekitar 2 minggu ini gue selalu ngehindarin dia, tapi setelah gue pikir-pikir kayanya gue harus ngomong sama dia buat nyelesain ini, gue cuma bisa berharap dia nggak mutusin gue. Tapi kalo memang harus putus gue pasrah aja deh, daripada gue sakit hati terus.

Sekitar 30 menit kemudian bel pulang sekolah berbunyi. Gue sudah keluar dari kelas dan sebelun itu gue udah ngomong ke Diana kalo gue pulang duluan.

Tak lama Julian mendatangiku.

"Yuk" ucapnya menarik tanganku pelan.

Gue cuma bisa menatap tangan gue yang dia genggam, rasanya kaya ada ribuan kupu-kupu diperut gue rasanya mengelikan, ah benar bukan? Efek keberadaan Julian terlalu besar buat gue, bahkan sangat besar, dengan dia hanya mengenggam tangan gue aja udah membuat reaksi gue kaya gini.

Gimana bisa gue mutusin dia?
Dan akhirnya setelah menaiki motornya dan dia mengantarku pulang, tidak ada lagi hal yang gue ucapin ke dia, dan rencana yang gue buat daritadi buat ngomong kedia untuk nyelesaiin masalah akhirnya malah nggak jadi.

***
Keesokkan harinya.

Terlihat Angela dan Diana sedang berjalan menuju kelasnya sehabis dari kantin. Terdengar suara Diana yang cempreng sedang bercurhat ria, memang seperti itulah kegiatan Diana dan Angela setiap harinya, saling curhat dan mendengarkan lalu memberi saran. Awalnya memang Angela menyimak apa yang dikatakan oleh Diana, namun langkah Angela terhenti ketika ia melihat pemandangan yang ada didepannya.

Diana yang telah berjalan lebih dahulu mendadak berhenti juga karena melihat Angela tidak berada di sampingnya, kemudian refleks ia menoleh kebelakang dan sedikit berlari menghampiri Angela yang sedang berdiri terdiam.

"Angela... kenapa? Lo sakit? Muka lu pucat banget. Ayo gue bawa lo ke uks." Ucap Diana sambil memegang dahi Angela untuk memeriksa keadaan Angela.

Terlihat buliran cairan bening meluncur dari mata Angela yang membuat Diana semakin panik, namun akhirnya Diana mencoba mencari apa sebenarnya yang membuat Angela tiba-tiba seperti ini, detik berikutnya Diana menoleh ke arah pandangan mata Angela sekarang . Otomatis mata Diana melotot melihat pandangan didepannya.

Bagaimana tidak? Terlihat Julian sedang bersama seorang perempuan yang Diana ketahui bernama Carra sekaligus orang yang sama dengan yang Angela ceritakan kemarin dan kemarinnya lagi, mengenai peristiwa Julian memeluk dan dekat dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah Carra.

Diana sangat kesal sekarang. Bagaimana tidak? Sahabatnya itu sekarang terlihat sedih melihat pemandangan didepannya itu.

Didetik berikutnya Diana kembali memelototkan matanya. Bagaimana tidak? Sekarang terlihat Carra yang seperti mensengajakan diri jatuh dan ditangkap oleh Julian, dan kemudian menariknya agar berdiri lagi.

Merasa Julian care  terhadapnya membuat Carra dengan genitnya bergelayut sok manja pada tangan Julian. Terlihat Julian diam saja tanpa melakukan perlawanan sama sekali.

"Tsk, genit banget sih dia, pasti jatohnya tadi pura-pura doang biar Julian nangkep. Dasar Julian, ngapain juga sih dia nangkep? Harusnya biarin jatoh aja." Kesal Diana sambil mengomel.

Bukannya Diana berburuk sangka, tapi memang Carra terkenal dengan kegenitannya karena terus menerus mendekati Julian. Bahkan menurut gosip yang didengarnya, setiap hari ketika disekolah, Carra selalu mengikuti Julian kemanapun kecuali toilet.

Diana yang sudah sangat gerah melihat sahabatnya yang menangis pun  langsung menarik Angela kembali kekelas melewati Julian dan Carra yang sedang berdua, Angela dengan cepat menghapus air matanya dan menundukkan kepalanya. Julian yang melihat Angela pun otomatis menghentikan langkah Angela dan Diana.

Terlihat Angela yang masih menundukkan kepala tanpa melihat kearahnya pun membuat Julian terdiam dan melepas gelayutan manja dari Carra dengan cepat . Memang tidak ada yang tahu jika Angela dan Julian berpacaran selain Diana dan ke-4 sahabat Julian. Itulah sebabnya Carra selalu menempel pada Julian seperti perangko.

"Minggir lo, bagusnya lo putusin Angela kalo memang lo nggak suka sama dia, buat apa lo pacaran sama dia tapi lo terus jalan sama cewek genit ini." geram Diana yang sudah tidak tahan melihat kelakuan pacar sahabatnya ini.

"Hei, lo jangan sembarangan kalau ngomong, Julian masih single, dia nggak punya pacar, dan juga siapa yang lo maksud genit hah?" ucap Carra tidak terima.

"Siapa lagi? Ya lo lah. Mending lo diem, lo ga tau apapun. Tahu darimana lo kalo dia single?" Ucap Diana lagi.

"Kemarin Julian yang ngomong ke gue." ucap Carra

"Kapan gue ngomong kaya gitu ke lo? Jangan asal ngomong deh." ucap Julian pada Carra yang tidak terima.

"Mending kita lewat jalan lain Di, jangan ganggu kemesraan mereka." ucap Angela akhirnya.

"Angela, ini nggak seperti yang lo lihat dan dengar. Lo salah paham" ucap Julian.

"Maaf Jul, gue lagi nggak pengen ngomong sama lo." ucap Angela berlalu pergi. Sebelum Diana pergi dia sempat ngomong ke Julian.

"Mending lo ambil tindakan sebelum lo kehilangan dia, asal lo tau sebenernya udah dari kemarin dia pengen mutusin lo cuma dia tahan, tapi dari persepsi gue, gue yakin seratus persen setelah ini dia bakal beneran mutusin lo, tapi kalo lo emang dari awal cuma pengen mainin Angela, mending ga usah ngelakuin apapun dan biarin dia yang mutusin lo, tapi sebaliknya ya kalo emang lo suka dia perjuangin dia dan jauhin cewek gila ini, just it " ucap Diana lalu berjalan menyusul sahabatnya itu. Sedangkan Julian, dia hanya menatap punggung Angela yang bergetar dan diyakininya jika Angela menangis dengan tatapan yang sulit diartikan.

Thanks for read. Hehe.

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang