JULIAN POV
Sekarang gue disini, di taman depan rumah Angela, sambil memegang balon dan sebuket rangkaian bunga. Ini semua adalah ide konyol dari mereka berempat, siapa lagi jika bukan sahabatku itu. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa dimaafkan oleh Angela.
Gue berani bersumpah gue gak ada hubungan apa-apa sama tuh cewek genit Carra, dia aja yang nempel mulu dengan gue, sebenernya gue risih banget malah sama dia, cuma gue kasihan aja kalau gue bentak. Lagian dia juga cewek dan prinsip gue gak bakalan bentak atau pun ngasarin cewek karena mom gue juga cewek.
Jadinya gue cuma nyuekin tuh cewek maksudnya biar dia sadar kalau gue gak suka sama dia, eh malah ngelunjak dan akhirnya buat Angela salah paham. Sebenarnya juga memang salah gue sih. Gak tegas sama dia. Tapi mau gimana lagi, nasi udah jadi bubur. Dari dulu gue sebenernya udah suka sama Angela. Malahan gue pengen banget bilang ke semua orang kalau dia cewek gue, milik gue dan gak ada yang boleh ambil dia dari gue.
Cuma ya memang semuanya terkalahkan oleh ego. Back to topic, sekarang gue mulai mengetikan sesuatu di ponsel gue.
To: Angela
Bisa keluar sebentar? Gue didepan rumah lo.Terlihat tidak ada balasan dari Angela, apa sebaiknya gue telponin aja yah?
AUTHOR POV
Ketika Julian hendak menelepon Angela, terlihat pintu besar rumah Angela terbuka dan terlihatlah seorang wanita cantik keluar dari rumah itu dan mulai melangkahkan kakinya kearah Julian berdiri.
Julian langsung mematikan sambungan telepon dan memasukkan ponselnya kekantong celananya.
ANGELA POV
Gue baru aja selesai makan malam. Selesai makan gue langsung kembali ke kamar, gue emang sengaja rencananya sih mau nonton drama korea aja dikamar sampe larut malem. Setelah memasuki kamar, gue menaiki ranjang dan memeriksa ponsel sebelum gue larut dengan drama korea, karena kalo ga sekarang, gue pasti baru main hp lagi besok pagi.
Gue pun menghidupkan ponselku dan mulai terlihat 1 notifikasi baru
From: My Julian
Bisa keluar sebentar? Gue didepan rumah lo.Hah? Apakah gue lagi mimpi sekarang? "Aw!" Teriakku karena tadi gue nyubit diri sendiri buat ngecek apa gue lagi mimpi apa nggak.
Dengan cepat gue berlari kearah jendela dan sedikit mengintip, apa gue ga salah liat? Gue bener-bener shock sekarang karena gue ngeliat Julian disana sambil memegang balon dan sebuket bunga, saking shock nya gue sampe menutup mulut sendiri agar ga teriak.
Dengan cepat gue berganti baju dan memandang diri dicermin dan sedikit merapikan rambut, ketika gue ngerasa sudah oke gue pun sedikit berlari kebawah untuk keluar rumah menghampiri Julian, namun langkahku terhenti karena mendengar suara.
"Kamu mau kemana sayang?"terdengar suara daddy memanggilku.
"Keluar sebentar dad, Tidak akan lama."
Ucapku meyakinkan daddy."Baiklah, jangan pulang malam-malam mengerti?" Ucap daddy mengizinkan dan dibalas anggukan olehku tanda setuju.
Gue pun keluar dari rumah dan berjalan menghampiri Julian.
"Akhirnya lo keluar, gue pikir tadi lo nggak mau ketemu gue. Hampir aja tadi gue mau minta izin sama orangtua lo." ucapnya sedikit terdengar dengan suara yang sedih? Apakah gue nggak salah dengar?
Gue masih aja berdiri dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
"Ini buat lo, gue ga tau lo suka apa nggak tapi please terima ini sebagai permintaan maaf gue ke lo." ucapnya terdengar lirih sambil memberikan sebuket bunga dan beberapa balon kepadaku.
"Buat apa lo ngelakuin semua ini? Lo kan ga suka sama gue. Dan juga, sebenernya gue mau nanya ini dari dulu, kenapa lo nembak gue dan malah deketnya sama Carra? Apa maksudnya?" ucapku sambil menahan tangisku.
"Lo salah paham An. Gue gak ada hubungan apapun dengan Carra. Yang lo lihat itu cuma nggak sengaja. Gue minta maaf banget." Ucapnya menjelaskan.
"Dan sebenarnya gue benar-benar suka sama lo, cuma gue aja yang bego dan ga bisa nunjukkin ke lo perasaan gue." sesalnya.
"Dan satu lagi, gue ga akan pernah nembak cewek kalo gue ga suka sama dia An" lanjutnya.
Gue yang mendengar penjelasannya pun nggak sanggup lagi menahan tangis, dan akhirnya cairan bening itu keluar dengan derasnya. Gue benar-benar senang rasanya karena ternyata Julian juga suka gue selama ini.
JULIAN POV
Akhirnya gue ngomong sebenarnya ke dia, rasanya lega karena gue bisa jujur. Tapi kulihat Angela menangis. Apa dia masih ga percaya sama gue?
Tapi ngeliat dia nangis buat gue jadi ga tega dan akhirnya gue pun langsung memeluknya membuat dia nyaman. Tapi gue terkejut waktu ngerasa dia ngebalas pelukkanku.
"Gue benar-benar seneng, gue pikir selama ini cuma gue yang suka lo Julian" ucapnya sambil melepaskan pelukkan kami kemudian mengambil balon dan sebuket bunga yang tadi gue kasih ke dia.
"Terima kasih Angela sudah maafin gue." Ucapku.
"Hmm.. awas saja kalo lo masih deketin Carra lagi. Gue bakalan benar-benar marah dan gaakan maafin lo" ucapnya.
"Dan mulai sekarang balas chat gue, susah banget kayanya ngebales chat gue ya. Terus kalo bales itu jangan singkat-singkat bisa kan" Ucapnya lagi.
Haha pacarku ini lucu banget.
"Baiklah, janji deh." ucapku mengodanya dan kulihat seburat merah dipipinya tandanya ia malu dan ia membalasku dengan sedikit memukul tanganku. Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
Novela Juvenil'Dingin' itu kata yang cocok untuk menafsirkan seorang Julian George. Tapi siapa sangka laki-laki dingin ini bisa menyatakan cintanya pada seorang Angela Robinson. Gadis ceria, sedikit jahil mungkin. Namun akankah Angela dapat mengubah seorang Juli...