19. Love.

2.5K 110 4
                                    

"Ceklek." pintu kamarku terbuka.

"Tuk,tuk,tuk.." suara langkahan dari sepatu hak tinggi berwana merah yang terpasang dengan manis di  sepasang kaki jenjang yang mendekatiku.

"Liona,kau sudah bangun?" tanya seseorang yang saat ini berdiri di dekatku.

Aku menengok ke arahnya,mata cantik dengan bulu mata yang lentik memandangku. Dia adalah kakaku,wanita yang sangat mementingkan penampilan.

"Iya,kepalaku sedikit merasa pening." kataku sambil memegangi pelipisku.

"Apakah kau tidak merasa bersalah?" tanya kakaku yang berdiri di dekat pintu.

Aku tidak merasa bersalah? Apa maksudnya? Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Lagipula aku tidak merasa melakukan sesuatu yang salah,lalu apa salahku?

"Kau tidak tahu seberapa mahalnya gaun dan sepatu yang Kakak belikan untukmu? Kau benar-benar tidak menghargai pemberian kakak. Kenapa gaun itu kau pakai tidur? Seharusnya kau pakai piyamamu. Kau ingin terlihat seperti putri tidur ,ha? .Sepatu hak tinggi itu,kau tidak bisa memakainya? Ck! Percuma sekali memberikannya. Tadi malam kau tidak membantu membereskan pestanya. Dan satu hal lagi,tadi malam kau merepotkan Thomas." Omel kakaku yang sangat malas untuk kudengar.

"Ck! Kak,kepalaku sedang pusing,setidaknya kakak memikirkan keadaanku saat ini. Jangan malah mengomeliku seperti ini." kataku yang tidak mau mendengar omelan Kakak.

"Kau ini sudah 17 tahun,seharusnya pemikiranmu dewasa. Kakak mengomelimu karena peduli padamu." omel Kakku lagi,membuat suasana hatiku menjadi buruk.

"Iya,iya. Sudah,aku mau mandi." kataku berjalan meninggalkan kakaku karena malas mendengar omelannya.

***

Aku duduk di dekat jendela kamarku,mencoret pada embun yang menempel di jendelaku dengan jari telunjukku sehingga membentuk hati. Gambar hatiku untuk Thomas yang ada di seberang rumahku.

"Hahaha.. Apa yang kulakukan saat ini?" kataku tertawa sendiri dengan apa yang kulakukan saat ini.

Aku memandang jendela kamar Thomas yang terbuka. Aku melihat Thomas sedang melamun disana. Aku langsung menghapus coretan gambarku supaya Thomas tidak tahu itu. Kemudian aku kembali menatap Thomas untuk memastikan bahwa Thomas tidak melihat gambar yang baru saja kucoret di embun itu. Hufftt.. Untunglah,dia tidak melihatnya. Thomas baru menyadari bahwa aku sedang menatapnya. Dia menatapku sambil tersenyum dengan senyumannya yang manis.

To be continued.
Thanks for read. Hope you like it.
Don't be a silent reader.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang