21. Nightmare.

2.5K 104 4
                                    

"Tuktuktuk.." aku memainkan jari-jariku dengan mengetukkannya ke meja karena aku merasa bosan.

Aku duduk di dekat pintu utama,mataku tidak bisa lepas dari detikkan jarum jam itu. Ini sudah setengah jam,Ibuku sampai saat ini belum pulang. Dan.. Thomas pasti sedang menungguku.

Aku membuka mataku,dimana ini? Aku duduk di jalan raya,dan.. Tunggu,siapa orang yang tergeletak di depanku saat ini? Wajah itu.. Thomas? Wajahnya sangat pucat dan darah mengalir keluar dari tubuhnya mewarnai jalan menjadi berwarna merah.

"Thomas! Thomas,bangun!!!" teriakku memanggil-manggil namanya untuk membangunkannya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya yang sudah sangat melemas.

Tapi.. Mata indah milik Thomas masih saja tertutup. Aku mendekatkan jari di dekat hidung Thomas untuk memastikan apakah dia masih bernafas. Dan.. Hasilnya..

"Dia tak bernafas.." kataku lirih,tak terasa air mata jatuh ke pipiku.

"Tolong!!! Siapapun,TOLONGLAH!!!" teriakku menangis sambil menengok ke segala arah untuk mencari seseorang untuk menolongku,tapi.. Sepi. Tidak satu orang pun disekitar sini.

"Thomas!!! Ini sungguh sangat tidak lucu,jangan bercanda. Ayolah.. bangun. BANGUN,THOMAS!!!" aku masih saja berteriak memanggil Thomas sambil menangis dengan kencang.

Tetasan air mataku yang berjatuhan kini telah deras. Bagaimana rasa jika seseorang kau sangat cintai harus pergi jauh meninggalkanmu? Kini itulah yang kurasakan,rasa teramat perih di bagian dalam dadaku.

"Tok,tok,tok.." suara ketukan pintu membuat mataku terbangun,ternyata tadi hanya sebuah mimpi,untunglah.

Aku merasakan sesuatu mengalir di pipiku,ternyata air mataku sendiri,pasti karena mimpi itu. Aku pun menghapus air mataku,berdiri dari kursi dan kemudian membuka pintunya.

Ibuku berdiri di depanku,bibirnya langsung membentuk senyuman setelah melihatku.

"Ibu.." kataku lirih sambil memeluk tubuh Ibuku dengan erat.

Mimpi buruk itu benar-benar membuat badanku melemas. Tapi setelah memeluk Ibuku.. semuanya terasa lega.

Aku melepaskan pelukanku,tersenyum menatap Ibu. Walaupun Ayah telah pergi dengan tenang di surga,aku senang punya Ibu seperti Ibuku ini.

"Kau kenapa? Wajahmu terlihat lelah.." kata Ibu dengan wajah khawatirnya.

"Tidak apa-apa,ini karena aku baru saja bangun dari tidur." kataku tersenyum menatap Ibu,Ibuku pun tersenyum sambil mengusap puncak kepalaku dengan halus.

"Kakak dimana? Dia menelfon Ibu,saat ponselku mati." tanya Ibu sambil berjalan masuk.

"Kakak harus pergi mendadak ke luar negeri untuk beberapa hari karena ada urusan penting dengan kliennya." jawabku menyampaikan pesan dari kakak sambil berjalan mengikuti Ibuku.

"Bu.." panggilku.

"Iya?" kata Ibuku yang masih meneruskan jalannya.

"Aku mau pergi ke tetangga,boleh?" tanyaku yang membuat langkahan Ibu berhenti.

"Maksudmu ke rumah Thomas?" tanya Ibuku yang membalikkan badannya menghadapku.

Aku hanya tersenyum malu sambil mengangguk-angguk kecil.

"Tumben sekali.. Biasanya jika Ibu menyuruhmu untuk datang ke sana,kau selalu menolak." kata Ibu tersenyum menatapku dengan heran.

Menolak? Tentu,aku memang selalu menolak jika disuruh datang ke sana. Karena ada seseorang yang membuatku sulit untuk bernafas,Thomas.

To be continued.
Thanks for read. Hope you like it.
Don't be a silent reader.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang