32. Hero.

1.8K 79 2
                                    

Badanku melemas,aku hanya bisa duduk di dekat pintu untuk menunggu seseorang datang menolongku. Tapi sial,tidak ada siapapun,aku hanya bisa menangis.

"Liona?! Liona kau ada di dalam?" teriak seorang pria yang suaranya terdengar dari balik pintu.

"Thomas? Thomas,aku ada di sini!" teriakku sambil memukul-mukul pintu.

"Brak!" suara pintu terbuka,Thomas baru saja mendobraknya dengan menendang pintunya.

"Liona?" Thomas menatapku dengan khawatir. Dia tiba-tiba memelukku dengan erat,dia benar-benar tidak mempedulikan jika dirinya terkena tubuhku yang kotor dan bau ini.

"Thomas,aku takut sekali." kataku menitikkan air mataku dan juga memeluk Thomas. Aku begitu merasa lebih tenang saat berada di pelukannya.

Dia melepaskan pelukannya, menatapku dengan sangat dalam. Dia terlihat begitu khawatir.

"Jangan menangis, ada aku di sini. Ayo,pulang." katanya yang kemudian membawakan tasku,berjalan melewati koridor.

Aku berjalan di belakang Thomas dengan bertele-tele karena aku tidak bisa melihat dengan baik dari kejauhan,pandanganku buram jika tanpa kacamataku. Dan sampai.. "Bruk!" aku merasa telah tersandung sebuah benda sehingga tersungkur ke lantai.

Thomas berjalan mendekatiku,dia menuntunku berdiri. Lalu dia jongkok membelakangiku.

"Naiklah,tunggu apa lagi?" dia menengok ke arahku,menawarkan punggungnya untuk menggendongku.

"Ugh.. Tid-tidak usah,terimakasih. Nanti bajumu kotor." kataku menatapnya dengan canggung.

"Tidak apa-apa,bukankah tadi aku baru memelukmu?" kata Thomas tersenyum hangat kepadaku.

Pipiku memerah,aku pun menangguk,menaiki punggung Thomas. Ini adalah kedua kalinya Thomas menggendongku. Dia benar-benar pria yang sangat perhatian.

"Siapa yang melakukan semua itu kepadamu?" tanya Thomas.

"Aku.. Tak bisa.. melihatnya dengan jelas,dia sudah menghancurkan kacamataku terlebih dulu." jawabku tidak ingin memberitahu pelakunya kepada Thomas.

"Siapapun dia,suatu saat aku akan menemukannya. Dan aku akan membalaskan semua yang dia lakukan kepadamu." kata Thomas dengan mengepalkan tangan kanannya.

"Jangan dendam kepadanya ,lagipula aku tidak apa-apa." kataku kepada Thomas.

"Kau terlalu baik,Liona." kata Thomas dan aku hanya menjawabnya dengan tertawa kecil.

***

"Sial! Terkunci. Pasti kakak pergi dan menguncinya. Dia pikir aku sedang mengerjakan tugas dan akan pulang sore." kataku mengomel di depan pintu rumahku.

Tiba-tiba saja Thomas tertawa terpingkal-pingkal menatapku. Apa yang dia tertawakan sekarang?

"Hey,kau menertawaiku karena aku terkunci diluar? ,jahat sekali." kataku cemberut sambil menatap Thomas dengan sinis.

"Huh? Tidak,bukan itu. Hanya terdengar lucu saja seorang goodgirl seperti kau ini bisa berkata 'sial!'. Haha.." kata Thomas di sela tawanya.

Aku hanya tersenyum melihat Thomas menertawakan hal kecil itu. Sungguh,senyumannya begitu manis ,aku akan menikmatinya sampai puas.

"Apakah kau tidak membawa kunci cadangan?" tanya Thomas yang sudah berhenti tertawa.

"Tidak,ada di dalam kamarku. Aku lupa membawanya." kataku cemberut.

"Ya sudah,ikuti aku saja." kata Thomas tersenyum menatapku.

***

Aku melihat ke sekelilingku,walau pandanganku buram,aku berusaha mengenal tempat ini, aku dan Thomas berada di.. Kamar Thomas.

"Thomas,aku ada di kamarmu?" tanyaku kepada Thomas yang berada di hadapanku.

"Iya,benar." kata Thomas sambil mengambil sesuatu di lemarinya.

"Thomas, jangan macam-macam ya." kataku dengan pipi memerah.

Thomas berjalan mendekatiku sambil tersenyum. Memberiku sebuah handuk dan pakaian miliknya.

"Hahaha.. Maksudmu apa 'jangan macam-macam' ? Kau lucu sekali,Liona. Sudah,sana mandi di kamar mandiku,aku tidak ingin melihatmu menderita karena menahan keadaanmu yang seperti ini." kata Thomas tersenyum menatapku.

***

Aku menatap diriku di depan kaca,pipiku memerah. Mimpi apa aku tadi malam? Senang sekali rasanya bisa memakai baju Thomas.

"Tok tok.."

"Liona,ayo." suara orang yang tadi mengetuk pintu.

Aku membuka pintunya,melihat Thomas berdiri tegap di depanku sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku.

"Kemana?" tanyaku menatap Thomas dengan bingung.

...

Ternyata Thomas mengajakku ke dapur,dia menyuruhku untuk duduk di kursi meja makan. Aku pun duduk,tapi dia sibuk mengutak-atik sebuah panci di atas kompor. Sampai akhirnya dia mengeluarkan isi dari panci itu ke dalam sebuah mangkuk dan menaruhnya di depanku.

"Silahkan dinikmati,ini sup daging sapi buatanku." kata Thomas duduk di sebelahku dan tersenyum menatapku dengan hangat.

Aku mengangguk serta membalas senyumanya. Aku pun mulai menyendok masakan itu ke dalam mulutku,dan.. Wow,sungguh sangat lezat masakanya. Daging sapinya begitu sangat empuk ,bumbunya pas,kuahnya sungguh segar. Dia.. memang pintar memasak.

"This is so delicious,Thomas." kataku tersenyum sambil mengarahkan sendok untuk menyuapi Thomas.

"Tidak apa,untukmu saja." kata Thomas tersenyum,menolak suapanku. Tapi aku memaksanya sehingga dia akhirnya kusuapi.

"Sangat nikmat,terimakasih." kata Thomas menjulurkan lidahnya untuk membersihkan sisa makanan di sekitar bibirnya. Pipinya memerah,aku merasa ada yang aneh.

T-tu-tunggu.. Kenapa dia berterimakasih? Ini 'kan darinya.  Ugh.. Lupakan saja.

***

Aku pulang ke rumah,gerbangnya sudah terbuka,pasti kakak sudah pulang. Aku pun mengetuk pintunya,dan tak lama kakak langsung membukakan pintu untukku. Entah kenapa dia menatapku dengan heran,kemudian tersenyum-senyum menatapku.

"Hey,aku kenal baju ini. Wah.. Sudah sejauh mana kalian berdua?" tanya kakak meledekku membuat pipiku memerah.

"Bahkan kau meninggalkan kacamatamu.." kata kakak tertawa kecil membuatku juga tertawa kecil dengan sedikit mendorong kakak karena aku malu. Dia tidak tahu kacamataku hancur,dia pikir aku sengaja meninggalkannya di rumah Thomas.

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang