26. It seems like I was heard it.

2.1K 87 2
                                    

"Tunggu,kau pasti Liona,kan? Anak dari Miranda?" tanya seorang wanita paruh baya yang sekarang berdiri di dekatku dan Thomas,dia adalah Ibunya Thomas,Tante Sharon.

Aku hanya mengenalnya tapi tidak terlalu dekat,dia terkadang datang ke rumahku untuk bertamu dan berbincang-bincang dengan Ibuku.

"Eh.. Ah,iya. Benar,aku Liona,tante." jawabku sedikit canggung.

"Dia baru saja mengajariku untuk ulangan besok,bu." kata Thomas tersenyum menatapku.

"Wah.. Benar. Aku tahu bahwa kau memang sangat pintar. Terimakasih banyak telah membantu Tomy-ku." kata Tante Sharon tersenyum senang sambil memeggenggam kedua tanganku.

Wah.. Senang sekali bisa diperhatikan oleh calon mertua. Haahaha.. Aku ini terlalu berangan-angan. Tapi.. Andai saja suatu hari dia menjadi Ibu mertuaku,dan Thomas.. Suamiku.

Dia membuatku tersipu malu karena memujiku seperti ini,aku hanya tersenyum. Tunggu,Tomy? Itu panggilan yang terdengar imut untuk Thomas.Tapi entah kenapa aku merasa pernah mendengar panggilan itu,tapi dimana? Uhm.. Mungkin di tv atau.. Entahlah.

"Apakah kau sudah makan? Kebetulan masih ada beberapa makanan." Tante Sharon menawariku untuk makan,tetapi aku tak sedang merasa lapar.

"Uhm.. Maaf,tante. Tapi aku harus pulang karena ini sudah malam." aku berusaha menolak dengan halus. Tetapi ada serpihan rasa kekecewaan di wajah Tante Sharon,membuatku tidak enak hati.

"Tapi,mungkin besok kita bisa makan malam bersama. Karena besok aku masih mengajari Thomas." kataku sambil tersenyum meyakinkan Tante Sharon.

"Benarkah? Kalau begitu pasti akan menyenangkan,besok aku akan pulang lebih awal. Uhm.. Bagaimana kalau kau juga mengajak Ibumu dan Kakakmu?" kata Tante Sharon tersenyum lebar menatapku.

"Uhm.. Maaf,tapi seperti biasa kakak sibuk,dia sedang mendesain gaun model terbaru. Ibu juga sibuk untuk mengelola toko baju milik kakak." kataku dengan wajah menyesal.

"Oh.. Jadi begitu,tidak apa-apa. Tapi kau bisa,kan?" tanyanya lagi.

"Tentu,aku pasti bisa." Kataku tersenyum.

"Oh.. Terimakasih,Liona." kata Tante Sharon yang langsung memelukku dengan hangat. Aku tersenyum dan melihat Thomas juga tersenyum kepadaku.

***

Aku berjalan bersama Thomas menuju rumahku. Sampai berhenti di depan gerbang rumahku. Aku menengok menatap Thomas sambil tersenyum.

"Kau tahu Thomas? Sebenarnya rumahku tidak terlalu jauh dari rumahmu,kenapa kau harus mengantarku?" kataku tertawa kecil menatap Thomas. Dan Thomas pun tersenyum.

"Hahaha.. Tidak apa-apa. Sebagai pria sejati,aku tidak boleh membiarkan seorang gadis berjalan sendirian di malam hari." kata Thomas tertawa dengan senyuman manisnya.

"Issh.. Kau ini." kataku tersenyum sambil membuka gerbang,berjalan masuk ke dalam sana.

"Tunggu,Liona." panggil Thomas.

"Ada apa?" tanyaku menengok.

"Terimakasih untuk semuanya." kata Thomas tersenyum lagi.

"Sama-sama." jawabku.

"Bye.." kata Thomas tersenyum dengan melambaikan tangannya ke arahku.

"Bye.." kataku tersenyum sambil menutup gerbangnya.

***

"Grep!" aku menutu pintu rumahku,berjalan keluar rumah menuju rumah Thomas.

Setelah sampai,aku mengetok pintu. Dan tak lama pintu pun terbuka,lagi-lagi Lily. Ekspresinya masih sama saat pertamakali aku melihatnya,judes.

"Masuk saja." kata Lily membukakan pintunya lebar-lebar untukku,dia terlihat sedikit berubah dari sebelumnya,entah dia saat ini sudah bisa menerima keberadaanku atau memang benar-benar sama sekali tidak peduli.

***

Aku sedang membaca beberapa buku milik Thomas yang teratata rapi di rak. Aku tertarik dengan sebuah buku cerita fabel bersampul " Mike & Catty".

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Don't be a silent reader.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang