31. Bullying.

2.1K 86 0
                                    

Albert Giovani adalah pria tampan yang menjadi pusat perhatian para siswi di sekolah. Entah kenapa mereka menyukai dia,padahal mereka sendiri tahu bahwa Albert adalah bad boy. Dia sangat jago dalam mempermainkan para gadis. Hufftt.. Kenapa Reyna harus menyukai pria ini? Ugh.. Sahabatku yang malang.

Dan kudengar ada gosip hangat di sekolah bahwa Albert sedang dekat dengan Caroline,pacar Thomas. Akan terdengar mengejutkan bila seseorang merebut pacar sahabatnya sendiri. Tapi,entahlah.

Aku melepaskan pelukan Thomas dengan pipiku yang memerah. Albert menatapku dari ujung kaki sampai kepalaku.

"Oh.. Ternyata bukan, pacarmu Caroline kan?" kata Albert tersenyum menatap Thomas.

"Hey,kau sangat menyebalkan." kata Thomas menyikut Albert dengan tertawa kecil.

Sepertinya sedang tidak ada masalah. Bagaimana wajah Thomas bisa seperti itu? Apakah dia tidak tahu gosip itu? Atau mungkin dia tidak mempedulikan itu?

***

Aku berada di balkon sekolah,dari sini bisa terlihat halaman sekolah yang luas yang terdapat para murid terlihat sedang asyik mengobrol dengan canda tawanya. Tiba-tiba..

"Dorr!" seseorang mengejutkanku,aku pun secara reflek menengok ke arahnya.

Ternyata seorang gadis cantik yang sudah menjadi sahabatku sejak 6 tahun yang lalu, Reyna. Dia menatapku dengan wajah cerianya seperti biasa.

"Reyna,kau mengagetiku saja." kataku cemberut merasa sebal.

"Maaf.. maaf,sahabatku yang kusayangi." katanya mencubit pipiku beberapa detik dengan tersenyum lebar.

"Tadi kulihat kau berdiri di dekat Thomas dan Albert. Apa yang kalian bicarakan?" tanya Reyna kepadaku.

"Albert pikir Thomas dan aku sedang berpacaran,tapi dia menyadari bahwa pacarnya Thomas adalah Caroline. Sudah itu saja. Tapi ,herannya adalah Thomas dan Albert terlihat masih berhubungan baik padahal bukankah Albert sedang digosipkan sedang dekat dengan Caroline?" kataku menatap Reyna,dan Reyna pun terlihat sedang memikirkan kata-kataku.

"Ada dua kecurigaan diantaranya. Pertama,mungkin saja Thomas tidak mendengar gosip itu. Kedua,mungkin Thomas tidak mempedulikan gosip itu." kata Reyna dengan wajah seriusnya.

Dan benar,pikirannya Reyna seperti dengan apa yang aku pikirkan. Mungkin karena kami sudah jadi sahabat,pemikiran kami jadi sama.

"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi.. Sepertinya tidak mungkin Thomas tidak mendengar gosip itu. Jadi,Thomas tidak mempedulikan gosip itu,mungkin?" kataku yang kebingungan.

"Tidak mempedulikan gosip itu? Wah.. Jangan-jangan Thomas tidak mencintai Caroline lagi? Aww! Liona,sepertinya ini kesempatanmu. Berjuanglah,mungkin dia sudah ada kau di hatinya Thomas." kata Reyna dengan sangat semangatnya menatapku.

Aku langsung tersenyum lebar, pipiku memerah. Apakah yang dikatakan Reyna benar? Entahlah, yang kutahu adalah Reyna selalu mengatakan hal-hal yang membuatku senang.

***
Jam sudah menunjukkan saatnya pulang. Tetapi aku masih sedang berada di depan westafel toilet sekolah. Aku menaruh kacamataku,membasuh wajahku.

Tiba-tiba datang seorang gadis diiringi beberapa gadis di belakangnya. Mereka sepertinya sekelompok geng. Aku pun memakai kacamataku,ternyata Caroline salah satu dari sekelompok geng itu. Dia tersenyum menatapku dan mengambil tas ranselku dengan tarikan kasar.

"Uhm.. Caroline, bisakah kau kembalikan tasku?" tanyaku dengan canggung. Tapi dia malah melemparkannya ke salah satu temannya.

"Ugh.. Tolong tasku.." aku mendekati teman Caroline yang menerima tasku dari Caroline.

Tapi dia melemparkan ke teman yang lainnya,terus seperti itu sampai tas itu kembali ke tangan Caroline. Caroline pun akhirnya menyerahkan tasku,tapi hampir kupegang tasku.. dia malah menjatuhkannya ke lantai. Aku pun mengambil tasku. Tiba-tiba saja Caroline mengambil kacamata yang sedang kupakai dan 'krekk' dia menghancurkan kacamataku dengan sekali injakkannya.

Aku masih dalam posisi jongkok,teman-temannya Caroline melempariku telur busuk dan tepung. Dan aku baru tersadar.. Sepertinya dari tadi aku sedang dibully.

"Kenapa kau melakukan ini,Caroline?" tanyaku dengan mata yang memerah karena menahan air mataku supaya tidak terjatuh.

"Sederhana saja,hanya ingin memberi ucapan selamat." jawab Caroline dengan senyumannya.

"Huh? Tapi hari ini bukanlah hari ulang tahunku." kataku menatapnya dengan bingung.

"Bodoh,kau terlalu percaya diri. Kau pikir aku sepeduli itu padamu? Ini hanya ucapan selamat karena kau berhasil membuatku marah. Akhir-akhir ini kulihat kau dekat dengan Thomas, bukankah kau tahu aku pacarnya?! Jangan dekat-dekat dengan Thomas,karena aku tidak suka kau dekat dengan Thomas. Ingat,Liona. Ini hanya peringatan,lain kali akan lebih parah!" kata Caroline dengan wajahnya yang memerah karena marah. Kemudian pergi bersama gengnya meminggalkanku sendirian di toilet.

Dan.. "Ceklek" suara pintu toliet terkunci. Apa Caroline mengunci pintu toilet? Aku berjalan mendekati pintu,dan berusaha membukanya berkali-kali,tetapi ternyata memang pintunya benar-benar terkunci.

"Tolong!! Siapapun, tolong!" teriakku sambil menarik-tarik pintunya dengan kasar. Aku sangat takut.

Tidak ada yang mendengar teriakanku,sepertinya semua sudah pulang. Aku pun menangis,aku benar-benar sangat takut sendirian di sini. Seseorang,tolonglah aku.

To be continued.
Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang