41. Neckale.

1.9K 78 0
                                    

"Caroline?" kataku menengok menatapnya.

"Kau mengijinkan sahabatmu berpacaran dengan seorang badboy ? Apakah kau tak khawatir jika sahabatmu akan dipermainkan olehnya?" tanya Caroline yang berdiri di sebelahku.

"Tidak,dia bilang dia berhenti untuk menjadi seorang badboy karena dia telah benar-benar menemukan cinta sebenarnya,dia benar-benar mencintai Reyna. Dia juga sudah berjanji bahwa dia takkan menyakiti Reyna. Jadi,aku mendukungnya." jawabku menjelaskan.

"Benarkah? Mendukung? Apakah kau mau mendukungku juga jika aku berhenti menjadi badgirl ?" tanyanya.

"Oh,tentu." jawabku tersenyum menatapnya.

"Kalau begitu,bisakah kau menjauh dari Thomas? Entah Thomas suka denganmu atau tidak,aku tak suka jika melihatmu dekat-dekat dengannya." kata-kata Caroline membuatku hanya bisa menjawabnya dengan sebuah anggukan dan senyuman paksa.

"Jika aku boleh jujur,aku benar-benar mencintai Thomas. Kau pasti sudah tahu alasanku dari orang lain bahwa hubunganku dengan Thomas palsu, karena aku ingin menjauhi mantanku ,itu yang kau dengar 'kan? Sebenarnya itu hanyalah omong kosongku,aku tak begitu takut dengan mantanku itu,aku hanya ingin dekat dengannya. Karena kau sudah mendukungku berhenti menjadi badgirl ,kau harus memenuhi permintaanku." kata Caroline yang kemudian pergi meninggalkanku.

Aku terpatung, gadis evil itu benar-benar licik. Aku sangat sebal,tapi aku hanya bisa berpura-pura tersenyum dan mengangguk-angguk saja.

***

Aku berdiri di dekat pantai,menatap ombak yang bergerak perlahan. Aku melepaskan kalung yang kupakai,kalung pemberian Thomas. Aku benar-benar ingin melupakannya,tapi kenapa rasanya sulit sekali?

Aku menangis menatap kalung yang sekarang ada di genggamanku. Jadi,apakah ini ending cerita cintaku? Sad ending? Aku ini benar-benar menyedihkan bukan?

Aku mengayunkan tanganku,berusaha membuang kalung itu sejauh-jauhnya dariku ke laut itu. Tapi.. Tiba-tiba.. Tep! Tangan seseorang menghentikanku,membuatku menengok ke arahnya. Aku yang dengan mata sembabku menatap orang itu,mengejutkannya adalah dia itu Thomas.

"Kau mau membuang kalung pemberianku?" tanya Thomas heran menatapku.

"T-tid-tidak." jawabku berbohong kepadanya.

Bodoh,kenapa aku harus bohong dan terbata-bata segala?

"Tolong jangan buang kalung itu,itu benda sepeninggal nenekku." kata Thomas dengan mata sedihnya menatapku.

Kata-kata yang baru saja Thomas katakan,membuatku jadi merasa begitu amat bersalah. Kalung sepeninggal neneknya? Kenapa dia harus memberikannya padaku?

"Maaf." kataku menundukkan kepalaku.

Tak ada jawaban dari Thomas,dia hanya berdiri di sana masih menatapku. Tak lama dia berdiam diri,dia menarik tanganku dengan lembut. Membawaku entah kemana.

Kami berhenti di sebuah tempat duduk yang kosong di dekat bunga-bunga yang cantik. Thomas duduk di kursi itu,dan menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Aku pun menurutinya,duduk di sebelahnya.

"Kenapa kau di sini? Kau bilang bahwa kita akan bertemu di taman. Aku sudah menunggumu lama di sana,menyebalkan." kata Thomas menatapku dengan cemberut.

"Maaf. Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku ada di sini?" tanyaku.

"Dari GPS,lihat? " kata Thomas menunjukkan layar ponselnya ke arahku sebentar,kemudian menaruhnya kembali ke saku celananya.

"Uhm.. Apakah aku boleh tahu? Kenapa kau memberikan kalung ini padaku? Bukankah orang yang lebih pantas mendapatkan kalung ini adalah Caroline? Lebih baik,kau berikan saja pada Caroline." kataku memberikan kalung itu pada Thomas.

Thomas malah menyernyitkan kedua alisnya. Dia tak mau menerima kalung itu dariku.

"Kenapa kau mengembalikkannya padaku? Kau tak suka kalungnya?" tanya Thomas.

"Huh? T-ti-tidak,aku sangat suka kalung ini. Hanya saja kalung ini terlalu cantik untukku,aku merasa tak pantas memakainya." kataku menunduk.

"Aku tak menerima pengembalian,aku hanya ingin kalung itu menjadi milikmu." kata Thomas.

"Boleh aku tahu alasannya?" tanyaku kepada Thomas.

Tapi,Thomas hanya menatapku dengan diam. Membuatku juga menatapnya,dan sekaligus membuat pipiku memerah begitu saja karena sudah lama sekali aku tak melihat Thomas sedekat ini.

"Uhmm.. Apakah aku boleh tahu alasan kenapa kau menghindariku selama ini?" Thomas malah menanyai balik.

"Uh.. Sebenarnya.. Caroline merasa terancam akan kehadiranku di dekatmu,karena dia mencintaimu Thomas." kataku menundukan kepalaku.

"Dasar bodoh,jangan pikirkan dia,aku muak dengan gadis seperti dia." Thomas malah memarahiku karena alasanku itu.

Aku hanya menunduk,tapi Thomas yang marah kepadaku mengelus puncak kepalaku dengan halus.

"Tolong,jangan menghindar lagi dariku." kata Thomas.

"Memang kenapa?" tanyaku.

"Aku merasa kehilanganmu." kata Thomas membuat semua sel-sel tubuhku seakan-akan terasa mati rasa.

Jadi,pria pelayan yang bekerja di restaurant Ibunya adalah benar,Thomas merasa kehilanganku. Entah kenapa itu membuat pipiku memerah,nafasku jadi tak beraturan seperti ini. Apakah ini hanya lelucon? Apakah ini anganku saja? Atau ini hanyalah mimpi yang memanipulasiku, seakan-akan ini benar-benar terjadi?

Hening,aku masih diam,lidahku rasanya kelu. Thomas pun juga masih diam setelah mengatakan kalimat barusan. Rasanya canggung sekali. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus aku katakan sekarang?

"Aku juga tak mau jauh darimu,Thomas." kataku dengan pipi yang masih memerah.

Aku langsung menundukan wajahku setelah mengatakan kalimat yang baru saja kukatakan,aku tak mau melihat respon Thomas,aku takut dia memandangku dengan tatapan bahwa aku ini adalah gadis yang begitu sangat bodoh. Apa yang baru saja kukatakan? Bodoh,kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Suasana jadi sangat canggung sekarang.

"Benarkah?" tanya Thomas yang membuatku memberanikan diriku menatap wajahnya.

Kulihat pipinya memerah,dia tersenyum dengan sangat manis menatapku. Ternyata responnya sungguh sangat manis,tidak seperti apa yang kubayangkan. Aku juga tersenyum menatapnya dan mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaannya.

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang