35. Is it "Date" ?

1.9K 82 6
                                    

Aku membuka pintunya,dan ternyata ada seorang gadis kecil berdiri di sana,Lily. Dia terkejut setelah melihat wajahku.

"Oh.. Lily,kenapa kau begitu sangat terkejut?" tanyaku kepadanya.

"Bagaimana aku tidak terkejut melihat wajahmu yang begitu menyeramkan seperti ini?,apa yang sedang kau lakukan pada wajahmu itu?" kata Lily tertawa kecil menatap wajahku.

"Hufftt.. Benar,aku sedang kesusahan merias wajahku sendiri." kataku juga tertawa kecil.

...

Aku masuk ke dalam kamarku,Lily pun juga mengikutiku masuk ke dalam kamar. Aku langsung menuju ke lemari pakaianku,mencari pakaian yang paling cocok untuk acara makan malam bersama Thomas nanti. Sedangkan Lily duduk di tepi ranjangku,menatapku dengan bingung.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan dengan Thomas?" tanya Lily.

"Maksudmu?" jawabku.

"Dari tadi kulihat Thomas sibuk memilih baju,dan kau juga melakukan hal yang sama." jelas Lily.

Apa? Apa benar Thomas seperti itu juga? Pipiku memerah,entah kenapa aku senang mendengarnya. Aku tak menyangka Thomas juga seperti itu,aku pikir hanya aku saja yang terlalu sibuk bersiap-siap.

Aku pun duduk di depan meja riasku,menatap wajahku sendiri di cermin. Melihat kedua pipiku masih memerah.

"Thomas mengajakku makan malam bersama di Restaurant malam ini." kataku tersipu malu.

Lily beranjak dari ranjangku,dia terdengar terkejut.

"Apa? Kenapa kau baru bilang?" kata Lily berjalan mendekatiku.

"Maksudmu kencan?" tanyanya lagi menatapku.

"Uhmm.. Entahlah,aku kurang yakin." kataku tersenyum menengok ke arah wajah Lily yang berada di dekatku.

Dia terdiam beberapa detik,mengerutkan kedua alisnya menatapku. Oh.. Tatapan apa itu? Apa dia tidak suka gadis sepertiku ini kencan dengan kakaknya?

Dia mengangkat tangan kanannya ke arah pipiku,t-tunggu.. Apa dia akan menamparku?. Aku menutup mataku,tak berani melihatnya menamparku.

T-tapi.. Ternyata dia mengelus pipiku dengan halus. Aku bingung,dia ini kenapa?

"Wah.. Aku berterimakasih kepadamu,Kak." katanya dengan mata yang berbinar-binar mentapku.

"Untuk apa?" tanyaku yang kebingungan.

"Kak Thomas itu tidak pernah dekat dengan gadis-gadis,sifatnya dingin sekali kepada semua gadis. Sampai kupikir dia mempunyai kelainan menyukai sesama jenis. Tapi,setelah dia dekat denganmu,kesan dingin dari dirinya tak terlihat lagi. Yang lebih mengejutkan dia mengajakmu kencan." kata Lily.

Apa benar sifatnya dingin kepada semua gadis,kecuali padaku? Oh ternyata begitu, kenapa para gadis tidak berani mendekatinya,padahal dia lebih tampan dari Albert.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan Caroline? Bukankah mereka berpacaran?" tanyaku kepada Lily.

"Entahlah,setiap aku bertanya pada Thomas tentang hubungannya,dia tak mau menjawab. Lagipula aku tidak menyukai gadis itu,dia begitu menyebalkan. Kau gadis yang lebih baik untuk Thomas,dibandingkan dia. Sudahlah,untuk apa kau menanyakan gadis seperti itu? Ayo,aku akan membantumu." kata Lily.

***

"Lihat,lihat! Kau terlihat lebih baik sekarang." kata Lily mendorongku ke depan kaca besar.

Aku tersenyum. Ternyata benar,ini jauh lebih baik daripada sebelumnya.

"Terimakasih,Lily." kataku memeluk erat Lily.

"Tingtong.." suara bel berbunyi.

Aku segera berjalan menuju ke pintu utama,Lily mengikutiku di belakangku. Aku membuka pintunya,kulihat Thomas berdiri tegap di sana. Dia terlihat tampan sekali.

"Kau terlihat cantik malam ini." katanya.

Aku hanya tersipu malu karenanya.

"Tentu saja,siapa yang membantunya?" kata Lily yang berdiri di sebelahku.

"Lily,kau di sini? Ibu dari tadi mencarimu." kata Thomas menatap Lily.

"Benarkah? Kalau begitu aku pulang,kak Liona. Bye..,aku menyayangimu." kata Lily berjalan pulang.

***

Aku dan Thomas telah sampai di sebuah Restaurant,yang terlihat tulisan Perfect Taste. Tempatnya benar-benar terlihat elegant dan romantis- tunggu,apakah ini benar-benar kencan? Pipiku lagi-lagi memerah.

Aku dan Thomas memasuki Restaurantnya,duduk di kursi kosong yang ada. Thomas mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan,seorang pria dengan seragam pelayan mendekati Thomas.

"Hey,Thomas. Tumben sekali kau ke sini. Mencari Ibumu? Dia tidak ada di sini,dia ada di cabang lain." katanya tersenyum dengan ramah.

"Ah.. Tidak,aku tidak mencari Ibuku. Aku hanya ingin makan malam di sini." kata Thomas tersenyum menatap ke pria itu dan kemudian menengok ke arahku,begitu pula pria itu.

"Wah.. Membawa seorang gadis? Kau beruntung,Thomas. Dia cantik." kata pria itu.

Thomas hanya tersenyum menatapku,aku pun juga tersenyum menatapnya.

"Siapa namanya?" tanya pria itu.

"Liona Brown." jawab Thomas.

"Wah.. Sepertinya kalian begitu dekat sampai Ibumu menamakan resepnya dengan nama Liona." kata pria itu tersenyum lebar.

Kemudian pria itu tersenyum menatapku.

"Hey,Liona. Kau tahu? Kau gadis pertama yang Thomas ajak ke Restaurant ini." kata-kata pria ini membuatku serasa terbang melayang sangat tinggi di atas langit. Aku begitu sangat senang mendengarnya.

"Jadi,Liona. Kau mau pesan apa?." tanya Thomas kepadaku sambil menyodorkan buku menu.

"Uhmm.. Liona Cake saja. Aku ketagihan,ingin selalu mencoba rasanya." kataku tertawa kecil.

"Uhm.. Kalau begitu,bawakan 2 Liona Cake." kata Thomas.

"Kalau begitu,permisi,Tuan Harries,Nyonya Brown. Mohon sebentar,Pesanannya akan segera saya antarkan." kata pria itu tersenyum dengan sopan,kemudian pergi meninggalkan kami.

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang