34. Choice.

1.8K 76 1
                                    

"Kau ini kenapa tiba-tiba datang dan memukul wajahku? Kau marah? Apa yang membuatmu marah?" tanya Albert dengan ekspresi wajah yang tenang dengan tersenyum.

"Apa yang sedang kau lakukan ini? Huh?! Ingin memulai masalah lagi?! Berhentilah,dan sadarlah. Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau akan mempermainkan perasaannya seperti pacar-pacarmu sebelumnya? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk berhenti? Tetapi kenapa kau mulai lagi?!" Thomas meneriaki Albert dengan amarahnya yang menjadi-jadi.

Pemandangan ini membuatku terheran,aku belum pernah melihat Thomas semarah ini,apalagi di depan sahabatnya sendiri. Tetapi,mendengar kata-kata Thomas membuatku tersadar,benar kata Thomas bahwa dia adalah seorang pria yang hanya suka main-main.

"Hahaha.. Kau ini kenapa,Thomas? Kenapa bisa semarah itu? Saat aku bersama gadis-gadis lainnya kau tidak marah,tapi kenapa kau sebegitu marahnya karena aku mencoba mengungkapkan perasaanku kepada gadis ini? Lagipula,bagaimana kau bisa tahu bahwa aku sedang main-main? Bagaimana jika aku ini sungguh-sungguh? Memang kau bisa membaca pikiranku? Huh?!" kata-kata Albert membuat Thomas terdiam beberapa detik.

"Hey,kau tidak bisa mendengarku? Aku bertanya padamu." teriak Albert membuat Thomas tersadar dari lamunannya.

"K-k-ka-karena.. Ak-aku.. Aku.." Thomas yang tadinya bisa mengungkapkan amarahnya dengan begitu lancar, jadi terbata-bata tidak jelas.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Albert hanya tersenyum-senyum menatap Thomas seperti itu.

"Aku..aku.. apa? Huh?! Kau suka padanya 'kan? Katakan saja! Kenapa kau tak mau mengatakannya? Dasar pengecut." kata Albert membuat amarah Thomas kembali meledak.

Thomas mengepalkan tangan kanannya,bergerak mengarah ke wajah Albert. Tapi aku langsung menghalanginya.

"Berhentilah, Thomas. Tenangkan dirimu. Apakah kau tidak sadar siapa yang baru saja kau pukul? Dia sahabatmu sendiri, Thomas." kataku membuat Thomas hanya bisa diam sekarang.

Aku menuntun Albert duduk,mengeluarkan tisu dan menyumbatkannya ke lubang hidung Albert yang dari tadi mengeluarkan darah.

"Jadi,Liona. Apa jawabannya?" tanya Albert lagi.

Aku baru saja mau menolaknya,tetapi karena Thomas memukul wajahnya membuatku jadi tidak tega.

"Uhmm.. Albert, kita tidak begitu saling mengenal. Jadi, maaf,aku tidak bisa menjadi pacarmu." akhirnya aku menolaknya.

Kenapa aku menolaknya? Karena.. Setelah kupikir-pikir,aku tidak ingin melukai hati sahabatku,Reyna. Lagipula dia bukanlah tipeku,dan aku tidak mencintainya. Sebuah hubungan tanpa cinta akan seperti sebuah kue tanpa gula. Aku masih mencintai Thomas.

"Oh.. Jadi begitu. Tidak apa-apa,aku tidak memaksamu." kata Albert tersenyum.

Thomas berjalan mendekati Albert, dia mengulurkan tangannya.

"Maafkan aku karena telah memukulmu,Albert. Apakah kita masih bersahabat?" kata Thomas menatap Albert dengan penuh penyesalan.

Albert pun menerima uluran tangannya Thomas,dia tersenyum menatap Thomas dan menangguk.

"Tentu,kita akan selalu menjadi sahabat." kata Albert tersenyum lebar,dan Thomas pun juga tersenyum.

"Kalau begitu,kami pulang dulu ya,Albert." kataku yang menggandeng Thomas.

Albert pun mengangguk sambil tersemyum.

"Ayo." ajak Thomas tersenyum dan menarikku dengan lembut berjalan meninggalkan Albert.

Aku menengok kebelakang,kulihat kerumunan para gadis tadi mendekati Albert dan mengobatinya.

***

Seperti biasanya,aku sedang membaca buku di meja belajarku yang ada di kamar. Tiba-tiba ada pesan masuk. Aku membuka isi pesan itu.

Jangan lupa malam ini.
By: Thomas.

Aku menutup bukuku,menggenggam dengan erat sambil berteriak. "Aaaaa..!" aku benar-benar begitu sangat senang,bayangkan saja apa yang kau rasakan jika orang yang kau cintai mengajakmu makan malam bersama,dan senangnya lagi hanya beberdua.

Aku duduk di berhadapan dengan Thomas. Thomas terlihat sangat tampan saat ini. Dia mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan sehingga seorang pelayan pun datang mendekati kami berdua dengan membawa makanan dan minuman,sepertinya Thomas sudah mempersiapkan semuanya.

"Ayo,makanlah." kata Thomas menyuruhku untuk mulai memakan makanan yang telah disiapkan di meja.

Aku menyendok bolu ke mulutku dan mengunyahnya beberapa kali sampai sesuatu.. 'krek',aku merasakan sesuatu yang keras dan tak bisa dihancurkan oleh gigiku. Aku mengambilnya dengan tisu,ternyata itu adalah sebuah cincin.

"Liona,apakah kau mau menjadi tunanganku?" kata Thomas.

"🎵Time slows down whenever you're around. But can you feel this magic in the air? It must have been the way you kissed me. Feel in love when I saw you standing there. It must have been the way. Today was a fairytale 🎵. (Taylor Swift-Today was a fairytale)" suara alaram di ponselku membuyarkan lamunan gilaku. Aku tersenyum,saatnya untuk siap-siap.

Dari tadi aku berusaha merias wajahku,tapi malah jadinya aneh. Aku ingin minta bantuan kakak,tapi dia sedang sangat sibuk. Sial! Bagaimana ini? Daritadi aku hanya membuang waktuku saja.

"Tingtong.." suara bel berbunyi,pasti ada tamu di depan pintu rumah.

Siapakah tamunya? Sial,aku belum selesai berdandan. Semoga saja bukan Thomas.

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang