22. Come in.

2.2K 86 1
                                    

Aku menatap diriku sendiri di cermin,dan menatap bingung kosmetik yang tergeletak di meja rias karena kupikir wajahku malah terlihat aneh setelah memakai kosmetik itu. Entah karena wajahku memang aneh atau karena aku memang tidak pandai memakai kosmetik. Padahal aku sudah cari di internet dan mengikuti tata caranya,biasanya aku mudah memahami sesuatu yang baru,tapi untuk saat ini sepertinya masalah tentang kosmetik bukan bakatku. Apakah memang wajahku saja yang aneh?,tapi.. saat kakaku merias wajahku tidak seaneh ini.
Ah.. sudahlah,aku harus secepatnya datang ke rumah Thomas. Akhirnya pun aku keluar rumahku untuk mendatangi rumah Thomas.

***

"Tok tok tok.." aku mengetuk pintu berwarna lembut yang ada dihadapanku,pintu utama rumah milik Thomas.

"Ceklek.." suara pintu yang kuketuk pun terbuka. Hal yang kupikirkan saat pintu terbuka adalah wajah tampan Thomas dengan badannya yang tegap berdiri di depanku,tapi.. malah seorang gadis kecil berumur sekitar 12 tahun yang membuka pintunya.

"Uhmm.. pasti kau adiknya Thomas,benar kan?" Kataku tersenyum ramah menatapnya.

Gadis kecil itu masih menatapku dengan tatapannya yang sinis,dia terlihat sangat judes sekali. Kenapa dia bertingkah seperti itu? Apakah dia tidak suka kehadiranku?. Uhm.. tapi apa salahnya untuk mencoba untuk berkomunikasi?.

"Uhm.. jadi.. boleh aku tahu namamu?" Tanyaku tersenyum ramah.

"Lily." Jawab gadis itu yang masih dengan tatapan sinisnya.

Satu detik.. dua detik.. tiga detik.. empat detik.. lima detik.. dia masih saja dengan ekspresi tanpa senyuman itu. Dia masih berdiri di sana sampai membuatku bingung,kenapa dia tidak mempersilahkanku masuk atau.. tersenyum sedikit saja pun tidak.

"Uhm.. namaku Liona Brown. Aku tetanggamu,juga teman Thomas. Jadi aku datang ke sini karena Thomas menyuruhku." Kataku berusaha membuat gadis kecil yang ada dihadapanku berbicara dan mempersilahkanku masuk.

Satu detik.. dua detik.. tiga detik.. empat detik.. lima detik.. lagi-lagi dia masih diam saja dengan tatapan sinisnya menatapku.

"Jadi.. boleh kah aku masuk ?" Kataku menekankan kata masuk supaya dia sadar bahwa dari tadi dia membiarkanku berdiri di depan pintu.

Tidak ada jawaban dari mulutnya,hanya saja dia menunjukkan telapak tangan kanannya kepadaku memberiku kode bahwa dia meminta sesuatu dariku.

Apakah dia minta permen? Akupun merogoh semua saku yang ada di baju yang kukenakan saat ini untuk mencari sebuah permen,tetapi tidak ada permen sama sekali.

"Maaf,aku tak punya permen." Kataku dengan wajah bersalah.

"Bodoh,aku tak butuh permen. Kau pikir aku anak-anak? Aku hanya butuh uang." Katanya yang membuatku merasa sedikit sakit hati saat dia bilang 'bodoh' kepadaku.

Lagipula apa salahnya dengan permen? Kenapa dia bilang dia bukan anak-anak? Jelas-jelas dia terlihat seperti anak-anak pada umumnya.

Aku pun membuka dompetku dan memberikannya selembar uang.

"Lagi." Katanya meminta lagi.

Aku pun memberikannya selembar uang lagi.

"Lagi." Dia terus meminta beberapa lembar uang lagi,dan aku terus memberinya beberapa lembar uang sampai baru kusadari bahwa isi uang lembar yang ada di dompet telah terkuras habis. Apa yang terjadi padaku saat ini? Apakah aku baru saja dirampas seorang gadis kecil.

"Ya sudah,terimakasih. Kau benar-benar sangat baik sekali. Dan silahkan kau boleh masuk,anggap saja rumah sendiri." Katanya dengan penuh sangat ramah,terlihat sangat tulus. Tidak.. sebenarnya senyuman itu tidak tulus,senyuman itu muncul karena dia telah menguras habis isi dompetku.

Aku memperhatikan wajah Lily,dia memakai kosmetik. Sejak itu aku baru sadar,mungkin memang umurnya saja yang anak-anak,tapi sifatnya dewasa.

Aku pun berjalan masuk,dan baru beberapa langkah..

"Liona!" Seseorang memanggilku,suara lembut itu tak asing lagi bagiku.

To be continued.

Thanks for read. Hope you like it.
Don't be a silent reader,so.. please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.

My First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang