Aku berhenti,menengok ke belakang. Kulihat Thomas berdiri tak terlalu jauh di belakangku,badannya telah basah kuyup karena dihujani,sama sepertiku. Dia yang berdiri di sana, berjalan mendekatiku.
Tapi.. Entah kenapa aku benar-benar tak mau berbicara dengannya lagi,apalagi menatapnya,itu akan sungguh terlalu berat untukku. Setiap kali aku melihatnya,selalu saja aku akan merasa bahwa dia adalah milikku.
Aku pun kembali menatap lurus, melanjutkan lariku dengan tangisan di tengah hujan. Sungguh,aku terlihat sangat berantakan sekarang. Kenapa aku jadi seperti ini? Terlihat begitu sangat menyedihkan,bukan? Aku tahu,aku tahu..
Aku lelah,aku pun berhenti berlari. Aku menengok ke belakang,tidak ada Thomas lagi di sana yang mengejarku. Huh? Kenapa aku mencarinya? Bukankah aku baru saja menghindarinya? Dasar aku ini bodoh. Ugh.. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing. Dimanakah aku ini? Aku tak bisa melihat dengan jelas,pandanganku buram. Dan.. Brukk.
***
Aku membuka mataku. Ugh.. Kepalaku sedikit merasa pening. Tanganku mencoba menyentuh dahiku,tapi.. ada kain basah hangat di atas dahiku. Aku mengambil kain itu,kulihat sekelilingku terasa tak asing bagiku. Coba kupikir-pikir lagi.. Ah! Aku ingat,ini kamarnya Reyna. Aku dulu sering datang ke sini,aku agak lupa karena ada beberapa perubahan pada peletakan beberapa barang yang ada.
Ceklek.. Pintu kamar terbuka,dan kulihat Reyna masuk ke dalam. Dia langsung terkejut setelah melihatku,dia senang melihatku telah sadar dari pingsan.
"Oh.. Liona,syukurlah kau sudah sadar. Bagaimana perasaamu sekarang?" kata Reyna yang duduk di sampingku dengan wajah khawatirnya sekarang.
"Uhm.. Agak sedikit pening saja." jawabku yang memegangi pelipis kananku.
"Kalau begitu,minumlah air putih ini dulu." kata Reyna memberikanku segelas air putih,dan aku segera menerimanya dan meminumnya.
"Pergi mandi sana,sudah kusiapkan air hangat,kau bisa ganti pakai bajuku. Aku akan buatkan bubur untukmu." kata Reyna tersenyum hangat sambil menepuk pundakku dengan halus,dia beranjak dari ranjang,pergi meninggalkanku sendirian di kamarnya.
Aku tersenyum,aku senang bisa mempunyai sahabat yang perhatian sepertinya.
...
Aku selesai mandi dan juga berganti baju dengan baju yang ada di lemari milik Reyna. Aku melihat sebuah gitar tersender di dekat jendela,aku tersenyum,sudah lama aku tidak bermain gitar. Aku pun mendekati gitar itu,mengambilnya. Aku duduk di dekat jendela itu,mulai memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu dari Selena Gomez yang berjudul The Way I Loved You.
"Everything's cool, yeah..
It's all gonna be okay, yeah..
And I know,
Maybe I'll even
Laugh about it somedayBut not today, no..
Cause I don't feel so good
I'm tangled up inside
My heart is on my sleeve
Tomorrow is a mystery to meAnd it might be wonderful..
It might be magical..
It might be everything I've waited for,
A miracle..
Oh, and even if I fall in love again
With someone new
It could never be the way I loved youLetting you go is..
Making me feel so cold, yeah..
And I've been trying to make
Believe it doesn't hurtBut that makes it worse, yeah..
See, I'm a wreck inside
My tongue is tied and my
Whole body feels so weak
The future may be all I really need.And it might be wonderful..
It might be magical..
It might be everything I've waited for,
A miracle
Oh, and even if I fall in love again
With someone new
It could never be the way I loved you."Aku berhenti memainkan gitar dan sekaligus berhenti menyanyi. Air mataku menetes begitu saja. Hufftt.. Apakah aku terlihat menyedihkan? Kisah cintaku begitu sangat buruk. Aku harus tidak berada di dekat Thomas ya? Pasti sangat berat untukku,memikirkannya pun sudah terasa berat. Aku menghapus air mataku,mau tidak mau aku harus melupakan Thomas secara perlahan mulai dari sekarang.
Reyna masuk ke dalam,mendekatiku dengan membawa semangkuk bubur di tangannya dengan hati-hati.
"Hey,kau bermain dengan sangat baik. Kau sepertinya begitu sangat mendalami lagu-" Reyna berhenti melanjutkan kata-kata karena baru menyadari mataku yang sembab ini.
"Kau menangis,Liona? Kenapa?" tanyanya dengan sangat khawatir menatapku.
"..." aku tak bisa menjawab sepatah kata pun keluar dari mulutku,bibirku rasanya berat sekali untuk menjawabnya karena aku terlalu sedih.
"Uhmm.. Baiklah..,Liona. Buburnya sudah jadi,mau kusuapi?" Reyna berusaha mengganti topiknya karena dia sangat tahu aku,dia tahu bahwa aku tak mau menjawabnya.
"Tidak usah,terimaksih. Kau pikir aku bayi? Hahaha.." aku berusaha tertawa walaupun memang kenyatannya aku sangat sedih.
Aku pun mulai memakan buburnya,sedikit demi sedikit. Air mataku yang kutahan sedari tadi tergenang di kedua mataku pun terjatuh ke pipi,sial.. aku gagal. Kulihat Reyna sedari tadi menatapku dengan khawatir,aku sangat tahu bahwa dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi dia kesulitan mengatakannya.
"Ada apa,Reyna?" tanyaku menghapus air mataku yang menetes.
"Bukankah aku yang seharusnya menanyakan pertanyaan itu kepadamu,Liona?. Kau tahu? Ceritakan saja,tak baik jika dipendam sendiri. Kau sedang bertengkar dengan Thomas ya?" kata Reyna menepuk-nepuk bahuku dengan halus.
"Tidak,aku tidak bertengkar dengan Thomas. Aku hanya perlu menjauhinya saja,ya begitu." Jawabku yang lagi-lagi tak tahan untuk menahan air mataku,air mataku jatuh begitu saja ke kedua pipiku. Namun,segera kuhapus.
"Kenapa?" tanya Reyna dengan wajahnya yang terkejut sekaligus terlihat bingung.
To be continued.
Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last Love
RomansaAku menyukai dia,dia pria tampan dan menakjubkan,tapi aku hanya gadis kutu buku. Aku berharap suatu hari aku akan menjadi kekasih dia,tetapi harapanku hampir pusnah setelah melihat dia dengan kekasihnya. Akankah aku bisa mendapatkannya? Entah,itu ak...