Pria dengan seragam pelayan yang tadi telah kembali dengan membawa dua buah Liona Cake dengan sangat hati-hati. Dia tersenyum dengan ramah dan meletakannya di meja kami dengan sopan.
"Silahkan menikmati,tuan dan nyonya." kata pria itu.
"Uhm.. Oh ya,kita lupa memesan minuman. Kau mau pesan apa,Liona?" kata Thomas memberikan buku menu minuman kepadaku.
Aku menerima buku itu,membolak-balikkan tiap lembarnya untuk memilih salah satu diantaranya. Aku pun telah memutuskan pilihannya.
"Aku Strawberry Juice saja.." kataku tersenyum sambil mengembalikan buku menu kepada Thomas.
"Uhmm.. Baiklah..,bisakah kau bawakan dua Strawberry Juice?." kata Thomas menatap pelayan yang baru saja datang.
"Tentu,saya akan membawakannya segera." kata pelayan tersebut dengan tersenyum ramah,kemudian pergi meninggalkan kami.
Aku tersenyum-senyum menatap Thomas. Entah kenapa lucu saja melihat Thomas meniru pesananku,padahal kan dia bisa memilih menu lainnya.
"Kau kenapa,Liona?" tanya Thomas kebingungan menyadari bahwa aku tersenyum-senyum menatapnya.
"Tidak,hanya merasa lucu saja karena kau meniru pesananku." kataku tertawa kecil.
Tak lama menunggu,dua Strawberry Juice pun telah datang,dan sekarang telah berada di atas meja makan kami.
"Tunggu apa lagi,Liona? Kenapa kau tidak memakannya?" tanya Thomas yang mulai menyendokan cake yang ada di hadapannya.
Aku mengangguk,mulai menyendokan cake yang di hadapanku. Entah kenapa aku jadi mengingat khayalanku,saat dimana aku menemukan cincin di dalam cake. Mungkin saja itu bisa terjadi,aku sungguh mengharapkannya.
Aku yang terlalu berharap dapat menemukan sebuah cincin ini menghabiskan cake yang ada dihadapanku dengan terburu-buru. Sampai habis.. Tapi..,sialnya aku tak menemukan cincin di sana. Bodoh,aku ini terlalu berharap.
"Uhuk.. uhuk.." aku terbatuk-batuk karena mulutku penuh dengan cake.
"Liona? Kau baik-baik saja?" tanya Thomas memberikan Strawberry Juice kepadaku.
"Terimakasih." kataku menerima minumannya,dan segera meminumnya beberapa teguk kemudian meletakannya kembali ke atas meja.
Aku terdiam beberapa detik,pikiranku kosong. Aku terlihat terlalu menyedihkan. Aku ini mengharapkan apa? Dasar bodoh.
"Aku benar-benar suka Liona." kata Thomas keluar dari mulutnya membuat pandanganku kembali membaik.
"U-uh apa?" kataku karena tidak percaya dengan apa yang kudengar,apakah aku berhalusinasi lagi?
"Aku menyukai Liona. Apakah sudah jelas?" kata Thomas.
Tidak ini bukanlah halusinasiku,ini nyata. Tapi.. Aku menyadari sesuatu,sepertinya Liona yang dia maksud adalah cake yang ada di depannya.
"Uhmm.. Liona Cake? Aku juga sangat suka Liona Cake." kataku tersenyum simpul.
Aku menunduk dengan perasaan kecewa karena Liona yang dia maksud adalah cake yang ada di depannya.
"Brak!" tiba-tiba ada seseorang mendobrak meja makan kami. Aku langsung menatapnya,ternyata Caroline. Dia terlihat sangat marah,terlihat dari raut wajahnya.
"Maksudmu apa tidak mengangkat teleponmu tiga belas kali?! Kau sibuk? Benar,sibuk dengan wanita lain!" teriakan Caroline di depan Thomas sambil menggenggam ponsel di tangannya,ini membuat seisi restaurant heboh.
Caroline sepertinya habis menangis,karena matanya terlihat sembab dan hidungnya merah. Dia menengok ke arahku,tatapannya menakutkan saat menatapku,seakan-akan dia akan membunuhku.
"Kau bukankah,Liona?" katanya menyernyitkan matanya padaku.
"Lihat ini!" katanya menunjukkan layar ponselnya yang tertera bahwa Thomas tidak menjawab telpon darinya sebanyak tiga belas kali.
"Kau tahu kenapa? Kau tahu ini karena apa?! Huh?!! Ini semua karena kau!. Berdiri kau,sini!" kata Caroline dengan amarahnya yang meluap-luap.
Entah apa yang terjadi padaku,aku begitu takut melihat Caroline yang seperti Serigala kelaparan saat ini,dan aku hanyalah seekor Domba. Jadi,aku hanya bisa menuruti ucapannya saja. Aku beranjak dari kursiku,berdiri di hadapan Caroline.
"Thomas mengajakmu ke sini?" tanyanya lirih ,tapi matanya tak menatapku, hanya mengarah ke bawah.
"I-iya.." kataku terbata-bata.
Tiba-tiba.. Bruk! Aku terjatuh ke lantai karena Caroline mendorongku dengan kasar.
"Bukankah aku sudah memperingatimu?! Huh?!" katanya marah dengan mata sembabnya.
"Caroline, hentikan!" teriak Thomas menahan tangan kanan Caroline.
Tapi Caroline tidak menghiraukan Thomas,dia melepaskan tangan Thomas yang menahannya. Dia mengambil segelas jus yang tergeletak di meja,dan..
"Dasar pengganggu!" Byurr.. Dia menyiramkannya ke arahku. Mataku mulai berkaca-kaca hanya menatapnya,tatapannya kepadaku terlihat penuh kebencian.
"Caroline!!" teriak Thomas menahan tangan kanan Caroline lebih kencang.
Aku tak kuat menahan air mataku,aku membiarkannya jatuh ke kedua pipiku. Benar,aku hanya pengganggu,seharusnya aku sadar.
Aku berdiri,aku berusaha tegar dengan diriku yang telah lengket karena jus yang Caroline siram ke arahku dan air mataku yang jatuh di kedua pipiku. Aku hanya terlihat berantakan dan menyedihkan.
"Maafkan aku." aku hanya meminta maaf dan kemudian segera berlari keluar Restaurant.
Aku telah berada di halaman Restaurant,aku ingin sesegera mungkin pergi dari tempat ini,tapi ternyata hujannya sangat deras. Saat ini cuacanya sesuai dengan apa yang terjadi padaku.
Aku tak berdaya,tadi rasanya aku ingin marah tapi aku tak berhak melakukannya karena memang aku yang salah.
Aku melewati hujannya,berlari di tengah-tengah hujan. Sialan,aku tak peduli jika aku harus kehujanan,yang penting aku bisa pergi dari sini.
"Liona.. Liona!" panggil Thomas yang mengejarku di belakang.
To be continued.
Thanks for read. Hope you like it.
Please vote or comment or both.
And don't forget to read the next.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last Love
RomanceAku menyukai dia,dia pria tampan dan menakjubkan,tapi aku hanya gadis kutu buku. Aku berharap suatu hari aku akan menjadi kekasih dia,tetapi harapanku hampir pusnah setelah melihat dia dengan kekasihnya. Akankah aku bisa mendapatkannya? Entah,itu ak...