Part 4

376 61 1
                                    

Tak terasa kini dua minggu telah berlalu, seperti biasa Jiyeon selalu sendirian di kampus itu. Tak satu orangpun yang mau berteman dengannya, bukan maksud mereka untuk menjauhinya melainkan mereka takut pada Luhan yang selalu mengikuti Jiyeon ke manapun di saat Luhan tak ada jadwal. Mereka tak mau berurusan dengan Luhan karena Luhan akan menghajarnya jika mereka berani menyentuh Jiyeon seujung rambutpun. Luhan tak memerdulikan kalau dia telah menghajar anak pemilik kampus ini ataupun orang penting.

Baginya keselamatan Jiyeon yang paling penting. Terdengar sadis dan konyol tapi itulah kenyataannya dan Jiyeon tak suka dengan sikap posesif Luhan padanya. Jiyeon juga merasa bersalah pada teman yang pernah lumayan dekat padanya untuk berkenalan dan Luhan langsung datang untuk memberinya ancaman membuat teman baru Jiyeon merasa takut lalu pergi dan berjanji tidak akan dekat lagi pada Jiyeon. Padahalkan niat teman barunya baik dan Jiyeon merasa sedih akan hal itu.

Luhan masih belum percaya dengan yang namanya teman. Luhan takut seorang teman akan menusuk dirinya dari belakang. Luhan pernah merasakannya dan ia tak mau hal seperti itu terjadi pada Jiyeon maupun kedua adek laki-lakinya. Biarlah Jiyeon tak suka dan risih pada sikapnya yang satu ini asalkan keselamatan Jiyeon terjamin atau kalau bisa Luhan sewa saja bodyguard untuk Jiyeon namun Jiyeon menolak mentah-mentah saat mengetahui rencana gila Luhan dan dengan terpaksa Luhan menyetujui perintah Jiyeon.

Saat ini Jiyeon melangkah ke parkiran. Dia masuk ke dalam mobil Bentley Continental GT yang berwarna putih bersih. Ia menjalankan mesinnya dan pergi meninggalkan kampusnya ke apartement Luhan. Jadwalnya untuk hari ini telah usai dan dia pulang sendirian ke apartement milik Luhan. Biasanya dia pulang bersama Luhan namun karena Luhan masih ada jadwal jadi dia sering pulang sendiri. Kali ini dia sudah punya mobil dengan keluaran terbaru yang di beli oleh Luhan. Luhan yang sudah menduga kalau akhir-akhir ini ia sibuk dengan kampusnya maka ia membelikan mobil itu untuk Jiyeon. Ia merasa kasihan kepada Jiyeon yang selalu menunggunya di taman untuk pulang.

Jiyeon membuka pintu setelah memencet kata sandi dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan juga menghilangkan fikirannya agar jernih. Setelah memakan waktu 15 menit, Jiyeon segera keluar dari kamar mandi dan berkutat di dapur untuk membuatkan makanan. Ceklek... Luhan langsung masuk ke kamarnya lalu membersihkan dirinya. Setelah itu ia keluar dari kamarnya menuju ke dapur di mana Jiyeon telah siap membuat makanan. Luhan segera duduk di kursi yang berhadapan dengan Jiyeon.

"Are you okay?" Tanya Jiyeon khawatir pada gege-nya yang sedari tadi wajahnya begitu kusut dan pucat.

"Yeah... i'm okay." Jawab Luhan sambil memasukkan makanannya ke dalam mulutnya, Jiyeon segera mengambil obat.

"Oh no... Take a medicine and go rest." Perintah Jiyeon sambil menyodori satu kapsul obat dan segelas air putih pada Luhan namun Luhan menolak sambil berucap,"Ji, i'm just tired. Don't be worry okay?" Luhan berusaha meyakinkan Jiyeon.

"Gege please listen to me." Pinta Jiyeon memelas.

"Mm... okay. Fine." Jawab Luhan sambil mengambil obat serta air yang berada di tangan Jiyeon lalu meminumnya sampai air habis kemudian pergi ke kamarnya untuk tidur sesuai dengan perintah Jiyeon.

Keesokan harinya, Luhan sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang ada di meja pribadinya. Ia lebih sering sibuk akhir-akhir ini. Yah ia bekerja di sebuah perusahaan cabang papanya di daerah Cambridge. Di sana ia sebagai CEO, yang akan menggantikan posisi papanya. Luhan tinggal beberapa bulan lagi akan tamat dari Harvard University.

Luhan sengaja memilih jurusan bisnis ini karna ia sungguh tak tega terhadap papanya yang selalu pulang malam dengan keadaan tubuh yang lelah. Papanya sudah tua, jadi jika ia tamat dari Harvard University, ia akan benar-benar menggantikan posisi papanya yang sebagai CEO. Ia ingin papanya menikmati usianya yang tua itu bersama mamanya. Jadi ia berusaha keras untuk belajar mati-matian untuk mewujudkan impiannya agar papanya bisa menikmati masa pesiunnya dengan tenang.

Setiap Luhan kerja, ia selalu mengkhawatirkan adek perempuannya. Ia takut Jiyeon akan jatuh sakit kalau ia tidak mengatur pola makannya dan juga orang yang akan menggangu Jiyeon di kampus sewaktu dia tak ada. Ia tak mau hal itu sampai terjadi. Jika itu terjadi maka ia akan menghabisinya sampai orang itu tak berdaya walaupun orang itu akan memohon padanya. Luhan juga selama kuliah di sana tidak ada satu orangpun yang dekat padanya, takut Luhan yang menjauhi mereka itulah yang dipikirkan oleh teman-temannya dan Luhan masa bodoh dengan itu.





TBC

02 September 2016/ 06 Juli 2018

Family (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang