Part 11

251 33 1
                                    

"Ingin kemana agashi?" tanya supir itu ramah pada Jiyeon.

Jiyeon menatap supir itu bingung, ia tak mengerti apa yang dikatakan supir itu. Jiyeon melihat ke belakangnya mana tau supir itu berbicara pada orang lain namun Jiyeon makin bingung saat tak ada orang lain selain dirinya. Si supir itu menatap Jiyeon aneh.

"Excuse me sir. Do you speak English?" tanya Jiyeon tak kalah ramah pada supir itu.

"Yes, where do you come from?" Tanya supir itu ramah sambil keluar dari mobil dan mempersilahkan Jiyeon masuk membuat Jiyeon bernapas dengan lega.

'Akhirnya ada juga yang bisa berbahasa inggris. Tak terbayang aku kalau tak ada yang bisa berbahasa inggris.' Batin Jiyeon lega.

"Taiwan." Jawab Jiyeon singkat lalu masuk ke dalam mobil itu lalu supir itu menaruh koper Jiyeon ke bagasi mobil dan mobil melaju meninggalkan Incheon Airport.

"I'll take you go round." Kata supir itu sambil menatap Jiyeon dari kaca spionnya.

"Where are we going?" Tanya supir itu bingung.

"Don't ask me. I don't know." Jawab Jiyeon kesal.

"Ah, sorry. I forget." sesal supir itu sambil menepukkan dahinya pelan.

Pak supir itu membawa Jiyeon berkeliling. Banyak tempat yang sudah di kunjungi oleh mereka. Sore menjelang malam pun tiba, namun pak supir itu masih membawa Jiyeon berkeliling.

"Miss, are you hungry?" Tanya supir itu perhatian sambil menatap arloji di tangan kanannya, Jiyeon hanya menganggukkan kepalanya dan mengelus-elus perutnya.

"I'll bring you to my house." Ujar supir itu tersenyum ramah.

Sesampainya di rumah pak supir yang tidak terlalu besar namun kecil, mereka berdua segera masuk dan supir itu menyuruh Jiyeon untuk duduk. Jiyeon menundukkan kepalanya takut dan duduk di sebelah pak supir.

Suasana di ruang makan itu ramai dan juga hangat. Jiyeon menyukai suasana di rumah ini. Walaupun rumah ini kecil tapi keluarga mereka hangat pikirnya dalam hati. Ohh.. Jiyeon jadi merindukan keluarganya juga.

Jiyeon telah selesai makan dan dia duduk di sofa tak jauh dari ruang makan itu. Ia memasukkan tangannya ke saku celana dan mengeluarkan selembar kertas pemberian maminya dan juga sepucuk surat yang berwarna baby pink. Ia membolak-balikkan kertas dan surat itu dengan bingung.

"Oh, you want to go to that place?" Tanya pak supir itu yang baru saja datang dan duduk di sebelah Jiyeon.

Jiyeon mengerutkan keningnya, pak supir hanya menghela napas melihat Jiyeon yang kebingungan.

"That! The paper you hold." Kata pak supir itu sambil menunjuk ke selembar kertas yang berisi tulisan hangul.

"Eh? What is it?" Tanya Jiyeon bingung sambil menatap lembar kertas itu lama.

"That's the address. Come on, i'll take u to that place." Ajak supir itu ramah sambil menarik tangan Jiyeon.

Jiyeon segera masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt. Pak supir itu segera menancap gasnya meninggalkan tempat itu.

***

Kini mereka telah sampai dan segera keluar dari mobil taksi. Jiyeon ternganga melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. Wah... tempat apa ini? Sungguh besar yah... sudah besar mewah lagi. Batin Jiyeon dalam hati. Bahkan Jiyeon ingin menenteskan air liurnya. Pak supir memegang koper milik Jiyeon dan berdiri di samping Jiyeon. Ia sangat bingung melihat Jiyeon yang ternganga sehingga nampak seperti orang bodoh. Jiyeon yang sadar akan tatapan pak supir itu hanya cegegesan tidak jelas.

Mereka berdua masuk ke gedung itu dan masuk ke dalam lift. Ting pintu lift terbuka dan mereka melangkah namun segera berhenti. Ada segerombolan orang yang berlari-lari di tempat itu sambil berteriak gak jelas, Jiyeon yang takut segera berlindung di belakang pak supir. Pak supir hanya tersenyum maklum saja.

"What is that? Why are so many people here?" Tanya Jiyeon panik.

"Oh, it's common. There are actors and artists." Ujar pak supir itu santai, Jiyeon bingung.

Mereka melanjutkan jalan mereka yang sempat tertunda itu dan melewati jalan yang lain agar tidak berdesak-desakkan melewati segerombolan orang itu. Kini mereka telah tiba di depan pintu yang ingin di tuju Jiyeon lewat kertas itu.

Ting... tong... Pak supir memencet tombol di sebelah pintu itu lalu menunggu orang yang di dalam membuka pintu. Sedangkan Jiyeon masih bersembunyi di belakang tubuh pak supir itu. Takut ada segerombolan orang lagi.

"Nuguseyo?" Tanya orang di dalam itu dengan pelan dan penuh waspada.

Ceklek

Seorang pemuda bertubuh mungil dan pendek yang memakai apron berwarna soft green dengan motif kotak-kotak dengan aksen sedikit bunga di atas kiri dan kanan membuka pintu sedikit dan melihat ke luar dengan takut-takut. Pak supir menatap pemuda di depannya dengan bingung melihat apron yang dikenakannya.

Pemuda itu mengeryitkan keningnya lalu menutupnya dengan segera. 'Siapa itu yang di luar? Apakah hantu? Kenapa tak ada orang di luar? Apa mereka teroris? Atau mata-mata untuk sasaeng fans? Omo.... batin pemuda mungil dan pendek itu yang memeluk dirinya sendiri takut dalam hati.

Lalu dibukanya lagi dengan perlahan dan sontak badan pemuda itu bergetar dan sedikit melompat melihat ada orang di hadapannya yang memakai baju taxi dan juga topi berwarna hitam.

"Apa kau sasaeng fans kami? Ah atau kau suruhan sasaeng fans itu atau teroris atau mata-mata?" Tanya pemuda mungil itu takut-takut sambil melirik kiri kanan takut ada banyak orang di luar sana.

"Aniyo." Jawab pak supir itu datar.

'Enak saja aku dibilang sasaeng fansnya?' batin pak supir dengan sedikit kesal.

"Apa kau orang taxi?" Tanya pemuda mungil itu dengan takut-takut dan juga memerhatikan sekelilingnya.

"Ne." Jawab pak supir itu singkat, padat dan jelas.

Pemuda itu mengeryitkan kedua alisnya lalu menutup pintunya kembali. 'Apa ada yang memesan taxi? Tapi siapa? Apa mungkin hyung? Tapi untuk apa? Hyung yang agak yadong itukan gak ada janjian dengan ceweknya! Terus siapa dong?' Batin pemuda mungil itu sambil mengendikkan kedua bahunya ke atas.

"Nuguseyo?" Teriak orang dari dalam apartement itu.

"Apa kalian ada memesan taekssi (taksi)?" Teriak pemuda mungil itu.

"Aniyo, opsoyo (tidak, tidak ada)."

"Taekssi?"

"Wihae? (Untuk?)"

"Buat apa kita memesan taekssi?" Berbagai macam pertanyaan dari orang yang berada di dalam dengan berteriak agar terdengar satu sama lain.

Pemuda itu hanya mengeryitkan keningnya bingung, 'jika bukan mereka siapa lagi?' Batinnya.





TBC

02 September 2016/ 06 Juli 2018

Family (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang