Keesokan harinya, Jiyeon dan Luhan berada di taman untuk menghirup udara segar. Keduanya tampak menikmati suasana taman yang bisa membuat mereka merasa tenang. Tak lama kemudian, Luhan membawa Jiyeon ke sebuah restoran sederhana yang tak jauh dari taman. Mereka segera mencari tempat duduk yang kosong. Restoran ini walaupun sederhana tapi selalu ramai dan bangku kosong yang tersisa hanya tinggal dua, itupun berada di pojok kanan dekat jendela. Sungguh sebuah keberuntungan buat mereka.
Karena hanya itu yang tersisa, dengan terpaksa mereka duduk di situ dan tak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri meja mereka dan menyodorkan buku menu. Mereka berdua mengambil buku menu itu dan melihatnya.
"Xiao mei-ah, ni xiang chi shenme? (Adik kecil, kamu mau makan apa?)" Tanya Luhan lembut yang menggunakan bahasa mandarin sambil menatap Jiyeon yang sedari tadi membolak-balikkan buku menu.
"Wo yao yi ge hanbao, hai you yi bei hongcha (aku mau satu hamburger dan satu cangkir teh)." Ucap Jiyeon berbinar-binar sambil menutup buku menunya.
"Xing (baiklah)." Ucap Luhan lalu Luhan memesan makanannya dan juga Jiyeon pada pelayan yang sedari tadi dengan setia berdiri di samping Jiyeon dengan bahasa inggrisnya.
Setelah mencatat pesanan mereka, pelayan itu segera pergi dan 15 menit kemudian pesanan mereka datang. Luhan dan Jiyeon segera menyantap makanannya.
"Whoa... wo chi bao le.... zhen de hen hao chi.. (whoa... saya sudah kenyang.... benar-benar lezat..)" ucap Jiyeon senang sambil mengelus perutnya yang rata, Jiyeon dengan rakus memakan makanannya.
"Xiao mei-ah, shijian bu zao le, wo men gai zou le. (adik kecil, sudah siang, kita harus pulang)." Ujar Luhan seraya bangkit dari kursi dan Jiyeon hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti Luhan pergi ke luar.
Saat dalam perjalanan pulang, Jiyeon menghentikan jalannya dan otomatis Luhan juga berhenti.
"What up?" Tanya Luhan bingung, Jiyeon hanya menunjuk ke mobil itu yang berada di depan mereka dengan berbinar-binar.
"Not now okay." Ucap Luhan sambil melanjutkan jalannya, namun Jiyeon menahan tangan Luhan agar berhenti jalan dan mengoyang-goyangkan tangannya.
"Please..." rengek Jiyeon memelas, Luhan sungguh tak tega dengan wajah memelas Jiyeon yang memang selalu saja ampuh buatnya.
"Okay." Ucap Luhan pasrah dan membawa Jiyeon ke tempat mobil itu dan memesan satu, cuma satu aja.
Kini Jiyeon sangat senang karena Luhan selalu membelikan apa yang di inginkannya, ice cream. Kini mereka melanjutkan jalannya menuju apartement, Jiyeon memakan ice cream itu dengan lahap dan mulutnya yang penuh belepotan dengan sisa-sisa ice cream itu. Luhan memasukkan satu tangannya ke saku celana dan mengeluarkannya lagi lalu mengelap sisa-sisa ice cream itu dengan sapu tangannya. Luhan hanya tersenyum geli melihat Jiyeon yang tak pernah berubah dalam memakan ice creamnya.
Dua hari kemudian, Jiyeon mengajak Luhan untuk menemaninya pergi ke perpustakaan Universitas Harvard. Di mana perpustakaan itu adalah perpustakaan terbesar nomor dua di dunia setelah perpustakaan Kongres Amerika Serikat. Kini mereka telah tiba di depan sebuah perpustakaan yang besar. Perpustakaan ini memiliki sembilan lantai dengan empat diantaranya adalah lantai basement. Hingga kini mereka masuk ke dalam perpustakaan yang begitu luas sehingga mereka tidak hafal dalam lorong dan jalan di ruangan perpustakaan ini.
Koleksi buku cetak di sini mencapai 15 juta judul, buku digital mencapai 18 juta judul dan jumlah foto ada 8 juta buah. Lengkapkan? Satu hal lagi, di Universitas Harvard menyimpan buku dengan sampul yang terbuat dari kulit manusia yang berjudul Des destinees de l'ame yang banyak membahas tentang kejiwaan. Buku ini di terbit tahun 1880-an. Katanya, buku bersampul kulit manusia itu salah satu langkah untuk mengenang kematian seseorang pada jaman dahulu.
Hanya di perpustakaan Universitas Harvard yang bisa dapatkan buku bersampul kulit manusia dan satu lagi buku bersampul kulit domba. Jiyeon sudah mendapatkan buku apa yang diinginkan dan segera keluar dari perpustakaan bersama Luhan. Kini Luhan mengajak Jiyeon ke Museum untuk sekedar jalan-jalan. Luhan juga merasa bosan kalau berada di apartement terus.
Mereka masuk ke museum seni yang dikhususkan untuk menyimpan benda-benda kesenian kuno atau bersejarah. Setelah berkeliling melihat benda-benda kuno, Luhan mengajak Jiyeon ke kantin untuk mengisi perut yang kosong. Di Universitas Harvard ini memiliki kantin yang sangat megah. Luas kantin ini sangat besar dan di lengkapi dengan desain modern klasik dan juga unik. Setelah makan, mereka berdua pulang ke apartement.
TBC
02 September 2016/ 06 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Family (?)
FanfictionCerita sudah end. Kalian bisa baca cerita ini. . . . Kira-kira keluarga itu seperti apa ya? Saling melengkapi dan berbagi kasih sayang? Apa jadinya jika yeoja remaja itu di suruh mencari keluarga yang sebenarnya? Keluarga itu indah ya? Kasing...