Part 8

263 38 4
                                    

Sebuah mobil Ferrari La Ferrari berwarna merah mengkilap memasuki perkarangan rumah besar yang bergaya eropa dengan desain klasik. Mobil itu berhenti tepat perkarangan rumah dan mereka bertiga keluar dari mobil itu. Wu Chun segera melemparkan kunci mobil itu dan langsung ditangkap oleh bodyguardnya. Mereka bertiga segera masuk ke dalam rumah dan bodyguard itu mengambil alih mobil Ferrari La Ferrari itu membawanya ke tempat semula, parkiran khusus yang ada di belakang rumah.

Jiyeon berlari tergesa-gesa masuk ke kamar milik daddy dan maminya. Ia membuka pintu itu secara kasar sehingga menimbulkan bunyi yang kuat diikuti Luhan dan Wu Chun di belakang Jiyeon dengan cemas. Orang yang berada di dalam kamar itu bernapas lega saat melihat Jiyeon dan Luhan yang telah tiba dengan selamat.

"Hiks... mami.... hiks.. hiks..." seketika Jiyeon menangis saat melihat mami kesayangannya yang terkulai lemas, bahkan mami yang sakitpun memaksakan seulas senyuman.

"Jiyeon-ah haojiu bujian (lama tak berjumpa)." Ucap Eun Jin yang berusaha bangkit dari tempat tidur dengan raut menahan sakitnya, Jiyeon masih terdiam di depan pintu sambil menangis tersedu-sedu.

Jiyeon mendekat ke tempat maminya lalu menahan tangannya agar Eun Jin tidak bangkit dari tempat tidur, "Jangan bergerak dulu, mami kan masih sakit." Jiyeon menghapus lelehan air matanya menggunakan telapak tangannya lalu memeluk maminya yang sudah 9 tahun ia tinggalkan.

Wu Chun dan Luhan telah bergabung dengan Yi Fan dan Bryan -daddy- di dekat pojok kamar. Mereka berempat hanya melihat Jiyeon dan Eun Jin yang saling memeluk. Ketiga gege Jiyeon menatap mereka berdua sedih dan terharu namun mereka berusaha untuk tak ikut menangis juga karena mereka terlalu gengsi untuk menangis, yah alasannya laki-laki itu tak boleh menangis atau ia akan dikatai banci.

"Jiyeon-ah, mami rasa sudah waktunya untuk memberi taumu sesuatu." Ucap Eun Jin serius sambil melepaskan pelukan mereka dan menggenggam tangan Jiyeon dengan lembut.

"Jangan sekarang Jin-ah, ia masih terlalu kecil untuk memahami ini semua." Bryan hanya merasa kalau ini bukanlah waktu yang tepat namun Eun Jin hanya menatapnya sedu, "aku yakin ia pasti dapat memahami apa yang kukatakan.", Jiyeon mengerutkan keningnya, "sesuatu apa?" Jiyeon duduk di pinggir kasur tanpa melepas tautan tangan mereka.

"Sebenarnya daddymu itu bukanlah daddy kandungmu dan juga ketiga gege-mu." Ujar Eun Jin yang langsung to the point dengan menatap anaknya sedih.

"What do u mean? Mami pasti sedang bercandakan?" Jiyeon begitu syok dan tegang mendengar perkataan jujur dari mulut Eun Jin sambil melepas tautan tangan mereka.

'Ini pasti bercanda kan? Tapi ini tak lucu mi... tak lucu. Mami pasti bergurau karena tak ingin melihatku sedihkan? Hahah... pasti aku sedang mimpi. Yah sedang mimpi.' Batin Jiyeon dalam hatinya sambil memegang dadanya yang bergemuruh dengan kencang.

"Jiyeon-ah mami tak bercanda. Ayah kandungmu ada di Korea dan kau punya satu gege... ah tidak oppa kandung di Korea. Mereka sekarang telah sukses besar di sana." Jelas Eun Jin menahan tangisnya yang sudah di ujung pelupuknya dan menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Jiyeon makin syok, ia masih tak yakin kalau ia bermimpi saat ini. Ia menolehkan kepalanya ke sudut di mana daddy dan ketiga gege-nya masih setia berdiri disana dengan mata berkaca-kaca. Ia terkejut mendapatkan ketiga gege-nya yang tidak terkejut sepertinya. Kenapa ketiga gegeku tak terkejut seperti diriku? Apa mereka sudah tau tentang hal ini? Jika iya, kenapa mereka begitu kejam yang tak mengatakan kebenarannya padaku? Kenapa? Kenapa?

"Daddy, katakan kalau ini semua hanyalah mimpi. Daddy itu ayah kandungku bukan?" Jiyeon datang menghampiri daddynya dengan raut bingung, sedih, kesal dan tak percaya yang bercampur menjadi satu.

"Sorry Ji-ah, daddy bukanlah ayah kandungmu." Jawab Bryan iba dan sedih melihat keadaan Jiyeon yang berantakan, Jiyeon jatuh terduduk di lantai namun mereka hanya melihatnya tanpa membantunya berdiri.

"Kau asli orang Korea, begitu juga dengan mami." Ujar Eun Jin lemah dengan mata memerahnya.

"Aku bukan orang Korea, akte kelahiranku di tulis aku lahir di Taiwan." Teriak Jiyeon yang masih mengelak dari kenyataan yang ada dengan tubuh kakunya.

"Itu palsu, mami sengaja buat seperti itu agar kau tak mengetahuinya." Jelas Eun Jin.

Jiyeon merasakan kesal, tak terima, sedih, marah, syok dan kecewa dicampur menjadi satu. Itulah perasaannya saat ini. Jiyeon merasa dunia ini berhenti berputar. Ia orang Korea? Mustahil... sedangkan ia saja sangat benci dengan yang namanya Korea, ia juga tak tau mengapa ia benci Korea. Mungkin karena kenyataan ini?

"Nooo! Mami pasti bercandakan? Katakan kalau ini semua hanyalah mimpi! Hiks... hiks..." Ujar Jiyeon yang tak kuasa menahan tangisnya sambil memukul dadanya sendiri.

Ketiga gege-nya dan daddy hanya menatap Jiyeon dengan iba. Mereka tau kalau Jiyeon itu masih remaja labil namun mereka tak bisa katakan apa-apa lagi kalau Eun Jin yang membuka mulut. Ingatkan Eun Jin kalau Jiyeon masihlah berumur 15 tahun.

"No Ji... Noo... mami tak bercanda. Memang keluarga Wu yang telah membesarkanmu sejak bayi tapi ia bukanlah keluarga kandungmu. Mami tak sengaja ketemu dengan Bryan waktu itu dan dia mau menjagamu walaupun kau itu bukanlah anak kandungnya." Jelas Eun Jin yang ikutan menangis, sekujur tubuhnya menjadi makin sakit.

Jiyeon hanya menatap kosong ke depan. Ia masih belum menerima ini semua. Terlalu mendadak baginya sehingga ia tak mempercayai apa yang di katakan maminya.





TBC

02 September 2016/ 06 Juli 2018

Family (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang