Part 10

265 34 2
                                    

Jiyeon's POV

Huft.... aku menghela nafas berat. Lelah, hari ini benar-benar menguras semua tenagaku. Bukan hanya tenaga tapi juga pikiran. Aku tidak habis pikir, kenapa semua ini terjadi padaku. Aku segera duduk di lantai kamarku dan menyandarkan tubuhku di tepi ranjang sambil menengadah menatap langit-langit kamarku. Hahh.... lagi-lagi aku menghela nafas entah sudah yang keberapa kalinya. Kenapa ini sangat berat?

Aku bahkan belum dewasa, umurku belum 17. Aku masih 15 tahun dan kenapa aku malah dapat beban seberat ini? Sebenarnya apa salahku? Kenapa ayah kandungku meninggalkanku dan mamiku? Kenapa aku harus terlahir sebagai orang Korea? Kenapa dan kenapa, terlalu banyak kenapa di dalam kepalaku sampai rasanya ingin pecah kepalaku saat ini karena terlalu banyak memikirkannya. Tanpa kusadari ternyata kedua pipiku sudah basah oleh air mata. Aku menangis dalam diam, sendiri di kamar karena masalah ini.

Aku sayang sama keluargaku saat ini, aku tidak mau meninggalkan mereka. Tapi aku kecewa dengan mereka semua. Bisa-bisanya mereka setega itu padaku. Mereka semua menyembunyikan masalah besar ini dariku. Ingin rasanya aku memberontak dan menolak semua permintaan mami tapi aku gak bisa. Aku tidak akan pernah bisa menolak semua keinginan mami ditambah lagi saat ini mami sedang sakit parah. Harapan hidupnya sangatlah kecil, aku tak ingin jadi anak durhaka tapi ini terlalu berat untukku jalani di umurku yang terbilang masih sangat muda ini. Haahh... lagi aku menghela napas dengan kasar.

Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengikuti semua keinginan mami. Aku akan penuhi semuanya. Aku akan belajar bahasa Korea, aku akan mengenali dan mempelajari apapun yang berbau tentang Korea. Aku akan berangkat ke Korea sendiri dan mencari ayah dan gege eh bukan oppa kandungku di sana. Aku akan membawa mereka untuk bertemu dengan mami karena ini bisa jadi permintaan terakhir mami. Aku ingin mami bahagia di sisa akhir hayatnya. Aku akan berusaha yang terbaik untuk mami.

Hahh... lagi dan lagi aku belajar bahasa Korea. Guru privatku sangat senang mengajarkanku tentang berbau Korea, namun aku hanya malas dan tak terlalu mendengarkan apa yang di ajarkannya. Toh, aku udah mengikuti apa kata mami. Whua.... aku sungguh bosan saat ini. Aku baru saja selesai belajar bahasa Korea. Mau mati aku rasanya. Bagaimana tidak? Bahasa Korea itu terlalu rumit, lebih baik aku mengerjakan soal matematika yang rumit daripada itu.

Hufftt.... apalagi kalau korea itu ada banyak bulatnyalah, garisnyalah, kotaknya lagi. Aduh, ribet amat. Lebih gampang belajar bahasa mandarin. Sumpah.... tak terbayang aku. Macam mana aku mau cepat ngerti bahasa itu kalau bahasa itu aja terlalu aneh dan ribet. Huaaa.... aku sungguh lelah. Ingin rasanya aku menghilang dari dunia ini tapi itu mustahil. Aku masih menyayangi mereka, tak mungkin aku menghilang begitu saja. Huffttt......

Jiyeon's POV end

Tiga bulan telah berlalu kini Jiyeon telah bersiap-siap untuk ke bandara. Saat ini ia duduk di dalam mobil menunggu Luhan yang mengangkat kopernya ke bagasi mobil. Lalu Luhan masuk ke mobil dan menyalakan mesin dengan kecepatan tinggi. Jiyeon dan Luhan telah sampai di bandara. Mereka berdua berdiri di tengah-tengah lobby. Berat rasanya bagi Jiyeon untuk pergi seorang diri.

Sudah waktunya untuk Jiyeon masuk ke gate keberangkatan. Luhan memberikan koper itu ke sebelah Jiyeon dan memeluk Jiyeon dengan kasih sayang lalu melepasnya dan mencium kedua pipi Jiyeon. Jiyeon juga membalas cium Luhan di kedua pipi, lalu Jiyeon menarik koper itu ke gate keberangkatan. Sebelum masuk, Jiyeon membalikkan badannya dan melambaikan tangannya ke Luhan dan masuk.

***

Setelah memakan banyak waktu, kini Jiyeon telah tiba di kampung halamannya, Korea. Ia berdiri seperti patung di tengah-tengah keramaian orang berlalu lalang. Jiyeon terlalu asyik dengan dunianya sendiri sehingga tanpa sengaja ada orang yang menabraknya hingga Jiyeon tersadar. Orang yang menabrak Jiyeon hanya pergi tanpa meminta maaf pada Jiyeon sedangkan Jiyeon hanya mengerutu tidak jelas kepada orang yang menabraknya.

'Dasar kurang ajar. Cih.... apa orang Korea emang selalu seperti itu?' Batin Jiyeon kesal dalam hati.

Jiyeon berkali-kali menghentakkan kakinya kesal sambil menggerutu tidak jelas. Banyak orang berlalu lalang yang menatapnya aneh. Bagaimana tidak? Sedari tadi Jiyeon menatap orang berlalu lalang itu sinis.

Jiyeon menarik kopernya secara kasar dan pergi dari tempat itu. Incheon Airport. Ia menatap nama bandara itu lama. Jiyeon saat ini merasa bingung jadi ia menatap kata Incheon Airport dan setelah puas menatap itu dia berdiri di lobby. Ia saat ini mencari taksi, banyak taksi yang berlalu lalang di tempat bandara. Ada taksi yang berhenti tepat di depannya.




TBC

02 September 2016/ 06 Juli 2018

Family (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang