Siulan pelan terdengar dari mulut seorang perempuan yang memasang ekspresi senang di wajahnya. Jelas dia merasa senang, nanti malam dia ada acara makan malam special dengan pacarnya untuk merayakan satu tahunnya hubungan mereka. Ia sudah tidak sabar untuk pulang dan berdandan cantik untuk malam nanti. Berbagai hal-hal indah yang akan terjadi sudah terputar dalam otaknya seperti kaset rusak sejak ia membuka mata pagi ini.
Saat ia berjalan melewati lapangan indoor sekolah, kakinya terhenti ketika mendengar suara orang berbicara dari dalam sana. Ia mengerutkan keningnya dengan bingung. Siapa yang kemungkinan berada di dalam sana? Apakah itu adalah murid-murid yang bolos pelajaran dan memilih bersembunyi di sana? Karena ia merasa penasaran, ia pun membatalkan niatnya untuk pergi ke toilet dan memilih untuk mengintip melalui celah pintu lapangan indoor yang terbuka.
"Kalau lo emang nggak mau pergi, lo buat alesan aja supaya acara kalian batal," ucap seorang laki-laki yang sedang mendribble bola basketnya.
"Bilang aja kalau lo sakit. Audrey kan cinta mati sama lo, dia pasti bakal percaya kalau lo sakit dan batalin acaranya," tambah perempuan yang sedang duduk di kursi terdekat.
"Masalahnya, dia itu udah semangat banget dari tadi pagi. Gue agak nggak tega gitu deh buat batalin acaranya," ucap laki-laki yang duduk bersandar pada tembok sambil menghembuskan napasnya dengan berat.
Audrey berdiri seperti patung di depan pintu auditorium. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki ataupun tangannya. Ia merasa seperti es. Membeku. Senyuman yang beberapa detik yang lalu menghiasi wajah cantiknya pun sudah sekarang digantikan dengan ekspresi datar.
"Tapi, kamu kan udah janji kalau kamu mau pergi sama aku nanti malem," balas perempuan yang duduk di samping laki-laki yang sedang bersandar tadi.
"Iya, aku tau kok. Tenang aja, nanti aku bakal cari cara buat batalin acara aku sama Audrey."
Audrey masih belum bergerak sedikitpun dari posisi awalnya. Kedua tangannya yang berada di masing-masing sisi tubuhnya pun mulai terkepal. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak berjalan masuk ke dalam auditorium dan membiarkan mereka melihat dirinya yang lemah. Ia tidak mau menjadi bahan tawaan pacarnya, sahabat pacarnya dan kedua sahabatnya yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Ya, kedua perempuan yang berada di dalam sana adalah Claire dan Lucy, yang beralasan bahwa mereka bolos pelajaran fisika karena mereka belum membuat pr. Dan, ya, pacarnya, Marco dan Lucy, ternyata selama ini berselingkuh di belakangnya.
Bagaimana bisa dia sebodoh itu sampai tidak menyadari bahwa ternyata Marco selingkuh di belakangnya? Ia pikir selama ini mereka berdua saling sayang. Ia bahkan berpikir bahwa hubungannya dengan Marco akan bertahan lama. Tapi, sepertinya hanya ia yang berharap terlalu banyak dari hubungannya ini.
"Kapan lo mau putusin dia, bro?" tanya Dennis, sahabat Marco, sebelum melempar bola basket yang sedari tadi ia dribble ke arah ring.
"Iya, emang lo betah gitu kayak gini terus? Kenapa gak jujur aja gitu ke dia? Kan supaya lebih bebas juga," sahut Claire sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Setuju dengan pertanyaan pacarnya sendiri.
Marco mengangkat kedua bahunya dengan pelan. "Gue belom tau kapan waktu yang pas. Tapi, gue bakal putusin dia secepatnya."
"Menurut lo, gimana kalau dia tau soal semua ini?" tanya Dennis sambil melirik mereka bertiga.
"Ya, kalau kita semua gak ada yang bocor mah, Audrey gak akan pernah tau. Dan tetep bersikap kayak biasa aja di depan dia." Kali ini, Lucy yang menjawab.
Cukup sudah. Audrey akhirnya berhasil menggerakkan kakinya dan berjalan meninggalkan auditorium. Ia sudah mendengar lebih dari cukup dan ia memerlukan waktu untuk mencerna semua yang baru ia dengar. Maka, ia melangkahkan kakinya menuju tujuan awal ia meminta izin keluar dari kelas. Untung saja tidak ada orang di toilet sehingga Audrey bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/79142167-288-k50029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Ficțiune adolescenți"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...