5. Why?

26.4K 2.6K 194
                                    

Waktu yang ditunggu-tunggu Audrey akhirnya tiba juga. Jam pulang sekolah. Bahkan Audrey membereskan barang-barangnya dengan cepat dan bergegas ke gerbang sekolah. Tapi, sepertinya keberuntungan tidak pernah berpihak kepadanya. Marco sudah menunggunya di depan kelas bersama Dennis.

"Marco," panggil Audrey pelan.

Marco tersenyum dan berjalan menghampiri Audrey. "Nanti malem kamu ada acara nggak? Pergi yuk nonton."

"Aku nggak-"

"Anggap aja ini buat gantiin acara makan malam anniversary yang batal kita waktu itu. Ya, ya, ya?"

Audrey terlihat berpikir sebentar. Apa yang harus ia lakukan? Menolak Marco tentu saja. Tapi, mau bagaimanapun, Marco masih memiliki status sebagai pacarnya. Apa ia putuskan saja Marco malam ini?

"Gimana? Kita kan udah jarang pergi bareng, Drey," lanjut Marco dengan nada memelas. Ia sudah sangat merindukan Audrey. Entah apa yang terjadi, yang jelas belakangan ini, Audrey terlihat menjauhinya.

Audrey menimbang-nimbang permintaan Marco selama beberapa detik sebelum akhirnya mengiyakan. "Yaudah, jam berapa?"

Senyuman langsung tercetak di wajah Marco. "Kayak biasa aja. Nanti aku jemput kamu di rumah."

Audrey menganggukkan kepala. "Oke. Kalau gitu, aku pulang dulu ya."

"Hati-hati. See you tonight," ucap Marco sambil mengelus rambut Audrey dengan lembut.

Audrey mengangguk sekilas pada Dennis sebelum berjalan menuju gerbang sekolah. Ia menghembuskan napasnya dengan berat. Aneh. Ia sama sekali tidak merasa senang seperti dulu. Yang ia rasakan sekarang hanyalah hampa. Apa ia sudah tidak mencintai Marco lagi? Ia selama ini mengira bahwa ia tidak akan bisa hidup tanpa Marco. Tapi rupanya itu tidak benar. Buktinya saja sekarang ia baik-baik saja.

Malamnya, Audrey bersiap-siap seadanya. Ia tidak repot-repot berdandan untuk terlihat cantik di depan Marco seperti yang biasa ia lakukan. Ia hanya memakai crop top hitam dengan celana panjang berwarna putih yang memiliki motif sobek-sobek kecil dari paha sampai tulang keringnya. Wajahnya juga hanya dilapisi bedak tabur dan bibirnya diolesi lipbalm berwarna pink. Setelah itu, ia mengambil tas selempangnya yang berisi dompet dan ponselnya sebelum berjalan menuruni tangga.

"Pa, aku izin pergi ya sama Marco," ucap Audrey pada papanya yang sedang menonton televisi di ruang tamu.

Papanya tidak menjawab, hanya menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Pikirannya entah tertuju kemana. Tapi, Audrey yang tidak menyadari hal itu, hanya bergegas keluar rumah dimana mobil Marco sudah terparkir.

"Hai," sapa Marco dengan senyum manis begitu Audrey masuk ke dalam mobilnya.

Audrey menganggukkan kepala. "Mau kemana? Jadi nonton?"

"Jadi kok. Aku udah beli tiketnya juga," jawab Marco sambil mulai menginjak gas meninggalkan rumah Audrey.

"Oh, yaudah kalau begitu," balas Audrey sambil menatap jalanan di hadapannya.

Marco menatap Audrey sekilas. Dugaannya benar belakangan ini bahwa ada yang tidak beres dengan Audrey. Tidak biasanya Audrey diam seperti ini di dalam mobil. Biasanya, Audrey pasti akan terus berbicara dengannya. Apapun topiknya. Asalkan berbicara, Audrey sudah pasti senang. Tapi, sekarang ini perempuan di sampingnya seperti orang asing. Marco tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi sehingga membuat Audrey berubah menjadi lebih pendiam dan juga cuek.

"Kamu kenapa diem aja? Biasa bawel?" Marco memutuskan untuk bertanya pada Audrey. Siapa tahu Audrey akan memberitahunya alasan di balik perubahan sikap Audrey yang drastis.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang