3. Broken Trust

27.3K 2.8K 43
                                        

Hari berlalu dengan lambat di saat kita menginginkannya berlalu dengan cepat. Itulah yang dirasakan oleh Audrey sekarang. Ia baru berada di sekolah selama dua jam dan dia sudah ingin cepat-cepat pulang. Semangatnya sama sekali tidak ada akibat kurangnya tidur yang ia dapat semalam. Dan juga karena Lucy dan Claire yang terus mengajaknya berbicara hampir setiap saat. Padahal Audrey sudah berkata dia sedang tidak ingin diganggu tapi kedua sahabatnya itu tidak pernah mendengarkannya.

Audrey sengaja membeli roti dan susu di kantin agar bisa pergi secepatnya sebelum kedua sahabatnya sadar bahwa ia tidak ada. Tapi sialnya, saat ia sudah hampir keluar dari kantin, ia berpas-pasan dengan Marco dan Dennis.

"Hai. Kamu mau kemana?" tanya Marco dengan bingung.

"Mau ke kelas. Ada tugas yang belum selesai," jawab Audrey asal. Yang dia inginkan sekarang adalah berada sejauh-jauhnya dari orang-orang munafik ini.

"Oh gitu. Yaudah, nanti selesai makan, aku samperin kamu ke kelas." Marco mengelus rambut Audrey dengan lembut.

Tanpa menjawab perkataan Marco, Audrey langsung pergi begitu saja. Ia sudah tidak perduli jika dianggap tidak sopan atau apapun. Ia menghabiskan roti dan susunya di koridor dengan cepat. Setelah itu, ia pergi ke perpustakaan. Ia yakin seratus persen bahwa Marco dan kedua sahabatnya tidak akan mencarinya ke sana karena selama ini mereka selalu berpikiran bahwa perpustakaan hanya untuk orang-orang culun. Walau Audrey memang berteman dengan mereka, Audrey tidak pernah berpikir demikian. Ia memang jarang ke perpustakaan, tapi bukan berarti dia bisa meremehkan orang-orang yang suka datang ke perpustakaan. Malah Audrey merasa kagum dengan orang-orang yang sanggup membaca novel yang tebalnya bukan main. Jika ia yang baca, ia sudah pasti tertidur terlebih dahulu.

Di dalam perpustakaan tidak terlalu banyak orang, hanya ada beberapa murid yang sedang duduk membaca. Audrey berjalan menuju rak-rak buku dan melihat-lihat. Siapa tahu ada buku yang menarik perhatiannya. Audrey mengambil asal satu novel di rak dan membaca sinopsisnya di bagian belakang buku.

Bagaimana rasanya jika kamu ternyata dikhianati oleh orang terdekatmu?

"Sakit," jawab Audrey pelan.

Bagaimana rasanya dikecewakan oleh orang yang sangat kamu percayai?

"Ngenes sih," jawab Audrey lagi.

Saat itu juga, Audrey merasa ada yang sedang memperhatikannya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang laki-laki berdiri tidak jauh darinya, sepertinya laki-laki itu hanya sedang berjalan melewati rak novel dan tidak sengaja mendengarnya berbicara sendiri.

"Ada masalah?" tanya Audrey dengan sinis pada laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut menggeleng cepat dan berjalan meninggalkan Audrey. Tiba-tiba saja, Audrey merasa ia tadi berbicara dengan nada sedikit kasar pada laki-laki itu. Padahal laki-laki itu tidak melakukan kesalahan apa-apa. Ia hanya sedang emosi karena membaca sinopsis novel tersebut. Ia pun menaruh kembali novel itu ke tempat semula dan berjalan mencari laki-laki tadi untuk meminta maaf atas perkataannya tadi. Saat ia menemukannya, laki-laki itu sedang duduk sambil membaca buku yang kelihatannya membosankan.

Tapi, belum tentu juga. Pengkhianatan yang dilakukan oleh pacar dan sahabatnya mengajarkannya bahwa jangan pernah melihat apapun hanya dari luarnya saja. Ia pun melangkah mendekati laki-laki tersebut.

"Hm, halo," sapa Audrey dengan pelan.

Laki-laki tersebut mengangkat kepalanya untuk menatap Audrey. Cewek yang tadi ngomong sendiri dan marah-marah karena kepergok gue.

"Gue mau minta maaf soal tadi. Gue nggak maksud kasar ngomongnya," ucap Audrey sambil menggigit bagian bawah bibirnya.

"Nggak papa," balas laki-laki tersebut dengan nada biasa. Ia memang tidak marah pada perempuan itu. Hanya merasa simpati karena perempuan itu sepertinya sudah hampir tidak waras.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang