Keesokan harinya, Audrey berkumpul di kantin bersama Riel dan teman-temannya. Ia sudah mulai terbiasa berbicara dan mengobrol dengan Thea, Levin dan Dodo. Mereka bertiga sudah menganggapnya sebagai teman sehingga tidak ada moment-moment canggung lagi di antara mereka. Terkecuali Rachel tentunya. Rachel masih saja mendiamkannya dan menganggapnya tidak ada. Audrey tidak bodoh untuk tahu bahwa Rachel benar-benar tidak menyukainya. Bayangkan saja, Rachel akan menawarkan makanan ringan yang ia beli pada semua orang yang duduk di meja itu kecuali Audrey. Hanya Audrey seorang yang tidak ditawari.
"Lo orang kemaren pada kemana?" tanya Levin sambil kembali menyomot biskuit yang dibeli oleh Rachel.
"Kemaren gue pergi belanja sama nyokap," jawab Rachel dengan senyum bangga di wajahnya. Yang Audrey tahu, Rachel memang gila belanja. Ia sering bercerita mengenai barang-barang yang baru ia beli.
"Kalau gue sih kemaren pergi nonton sama gebetan gue," ucap Thea dengan nada pamer.
Levin memutar kedua bola matanya dengan malas. "Alah, itu cowok pasti nggak akan bertahan lama deh sama lo. Minggu depan lo pasti ganti lagi."
"Sialan," balas Thea dengan sinis.
"Fakta sih," sahut Dodo dengan tenang. Audrey selalu suka sikap tenang Dodo dalam menghadapi situasi apapun.
Thea menatap Dodo dengan kesal. "Kok lo ikutan sih, Do? Harusnya kan lo belain gue ih."
Sebelum Thea mulai ribut lagi, Bev segera mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan Thea. "Mending dengerin cerita gue aja tentang acara gue kemarin. Gimana?"
Semua mata langsung tertuju pada Bev dengan eskpresi tertarik. Tapi tidak dengan Audrey. Ia tidak ingin teman-temannya tahu bahwa ia kemarin pergi makan siang bersama Riel dan keluarganya. Ia tidak ingin ada yang tahu apapun mengenainya. Hanya saja, belum sempat Audrey mencegah Bev, Bev sudah mulai bercerita.
"Jadi, kemarin itu anaknya om gue ulang tahun cuma bonyoknya konyol deh. Masa ulang tahun anaknya sendiri aja nggak inget. Terus akhirnya bikin acara dadakan buat makan siang bareng-bareng gitu. Sahabatnya bokap gue juga diajak, jadi rame banget. Terus, pas-pasan si Audrey juga lagi di rumah gue. Akhirnya, dia ikut deh makan bareng keluarga gue."
"Hah? Dia ikut lo orang makan keluarga?" tanya Rachel dengan pandangan kaget. Kedua bola matanya seakan hampir keluar.
Bev mengangguk dengan santai, tidak menyadari wajah Rachel yang memerah karena cemburu. "Malah dia udah diledekin pacaran sama Lucas. Iya nggak, Drey?" tanya Bev dengan jahil.
Audrey hanya memberikan senyum kecil pada Bev. Lalu, pandangannya tertuju pada Rachel. Walau Rachel menutupinya dengan baik, ia tahu Rachel cemburu padanya. Akhirnya ia tahu mengapa selama ini Rachel selalu terlihat tidak menyukainya. Ini semua karena Rachel juga menyukai Riel. Maka dari itu, Rachel tidak pernah suka apabila ia dekat-dekat dengan Riel. Sekarang semuanya sudah jelas.
"Woah, udah sampe dikenalin ke keluarga loh," goda Levin sambil memainkan kedua alisnya pada Riel. "Hebat juga, Cas. Gerak cepet ya."
Thea memegang kedua pipinya sambil tersenyum lebar. "Wah, ternyata kalian berdua ada sesuatu toh. Gue udah bisa duga sih dari awal."
"Apaan sih lo orang," balas Riel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan percaya gosip makanya."
"Eh, emang yang tadi gue bilang itu gosip? Itu kan emang kenyataannya kan?" tanya Bev sambil meninggikan dagunya seakan menantang Riel.
"Suka-suka lo lah, Bev," balas Riel dengan cuek.
"Nggak usah salting gitu, Cas." Kali ini, giliran Dodo yang menggoda Riel. Ia bahkan sampai menyikut Riel dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Jugendliteratur"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...