27. Apology

15.6K 1.7K 46
                                    

Audrey menghembuskan napasnya dengan berat sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia benar-benar merasa sangat bosan berada di rumah. Namun, ia tidak tahu harus pergi kemana. Tidak mungkin jika ia pergi ke rumah Riel bukan? Walau bisa saja dia beralasan untuk bertemu dengan Bev, tetap saja ia tidak ingin bertemu dengan Riel. Ia sudah berusaha mati-matian untuk menghindari laki-laki itu belakangan ini.

Ia masih tidak menyangka bahwa Riel lebih membela Lucy dan Claire dibanding dirinya. Ia selama ini mengira bahwa Riel berada di sisinya bukan sebaliknya. Memang tidak ada orang yang bisa dipercaya.

"Non," panggil Bi Eli disertai ketukan pintu.

"Kenapa, Bi?" tanya Audrey tanpa bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Nyonya dateng."

Bagaikan disambar petir di siang hari, Audrey langsung terduduk di tempat tidurnya dengan ekspresi wajah melongo. "Apa, Bi?"

"Mamanya Non dateng. Itu ada di bawah lagi nungguin Non," ucap Bi Eli lagi.

Tidak bisa menahan perasaan yang membuncah di dalam hatinya, ia segera berlari untuk membuka pintu. "Beneran, Bi?" tanyanya lagi pada Bi Eli.

Bi Eli mengangguk. "Turun aja, Non."

Tanpa menunggu lama, Audrey segera berlari menuruni tangga. Begitu ia sampai di ruang tamu, ia melihat seorang wanita yang sudah sangat ia rindukan beberapa bulan belakangan ini. Wanita yang hilang bagai ditelan bumi.

"Mama," gumam Audrey dengan pelan.

Hana menoleh ke arah Audrey dan segera bangkit berdiri. "Hai, Audrey."

Audrey berjalan dengan perlahan menghampiri Hana. Ia masih tidak percaya bahwa mamanya akan datang menjenguknya setelah sekian lama. Ia kira mamanya sudah tidak perduli lagi dengannya.

Hana langsung menarik Audrey ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Ia sudah sangat amat merindukan anak perempuannya ini. Belakangan ini ia sengaja untuk menjauh sejenak karena hubungannya dengan Sofian yang tidak terlalu baik. Namun, kemarin Sofian datang menemuinya dan menceritakan apa yang sudah terjadi. Sofian menceritakan bagaimana ia dan Max yang terlalu sibuk dengan kesedihan mereka yang akhirnya membuat mereka menjaga jarak dari Audrey. Sofian juga menceritakan mengenai kondisi Audrey yang terkena depresi. Hana bisa melihat dengan jelas betapa frustasinya Sofian untuk membuat Audrey kembali lagi seperti dulu. Bahkan, Sofian rela membuang semua egonya dan datang menghampirinya untuk meminta bantuan. Tentu saja Hana tidak akan bisa menolak karena masalah ini menyangkut anaknya juga.

"Mama kemana aja?" tanya Audrey dengan tangis yang sudah pecah. "Apa aku udah bukan anak Mama lagi sampai Mama nggak pernah ngehubungin aku?"

Hana menggelengkan kepalanya sambil menahan perih di hatinya begitu mendengar pertanyaan Audrey. "Bukan gitu, Sayang. Maafin Mama yang baru dateng sekarang. Maafin Mama yang nggak ada di samping kamu waktu kamu lagi sedih. Mama bener-bener minta maaf."

Audrey memeluk mamanya dengan erat dan mengeluarkan semua beban yang ia punya. Rasanya ia sudah kembali ke rumah begitu memeluk mamanya. Rasanya semua sudah kembali seperti biasanya.

"Udah, udah. Jangan nangis lagi. Sini, duduk dulu." Hana melepaskan pelukannya dan menuntun Audrey untuk duduk.

Audrey menghapus air matanya dengan punggung tangannya. "Ini aku nggak lagi mimpi kan?" tanyanya sambil menatap Hana.

Hana menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, Sayang. Ini beneran Mama kok."

Audrey menghembuskan napasnya dengan lega. Setidaknya ini bukanlah mimpi. Karena jika iya, ia tidak ingin bangun dari mimpinya. Ia ingin terus bersama dengan mamanya.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang