Saat Audrey baru saja keluar dari toilet, ia melihat Marco dan Dennis sedang berjalan ke arahnya sambil asik mengobrol. Audrey segera berbalik badan dan berniat untuk pergi menghindari Marco. Tapi sialnya Marco sudah keburu meneriaki namanya. Karena tidak ingin berurusan dengan Marco, Audrey berpura-pura tidak mendengar dan berjalan cepat menuju perpustakaan. Dalam hati ia berharap bahwa Marco tidak mengikutinya sampai ke perpustakaan.
Jelas nggak. Dia kan pasti mau ketemu Lucy di kantin. Batin Audrey menjawab.
Audrey menengokkan kepalanya ke belakang untuk mengecek apakah Marco mengikutinya atau tidak. Tapi karena kakinya terus melangkah, ia malah menabrak seseorang di depan pintu masuk perpustakaan.
"Aduh! Sorry-sorry," ucap Audrey dengan cepat. "Riel?"
Riel menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "lo jalan itu kenapa kepalanya ke belakang sih? Emang di belakang kepala lo ada mata gitu?"
"Aish, galak banget sih, yaampun. Gue minta maaf, oke?" ucap Audrey sambil memutar kedua bola matanya.
"Lagian ngapain sih jalan sambil ngeliat ke belakang mulu?" tanya Riel sambil berjalan masuk ke dalam perpustakaan dengan sekotak makanan di tangannya.
Audrey berjalan mengikuti Riel sampai mereka duduk di tempat yang kosong. "Abis tadi gue ketemu Marco kan. Terus dia manggil gue. Jadi gue kabur," jelas Audrey.
Riel mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa lo kabur?"
"Nggak mau ketemu dia." Audrey menopang dagunya dengan kedua tangannya di atas meja.
"Emang kenapa kalau ketemu dia?" tanya Riel lagi. Sebenarnya ia tidak ingin tahu, ia hanya ingin basa-basi saja.
Audrey mengangkat kedua bahunya. "Males aja ketemu dia. Palingan juga lagi di kantin sama Lucy sama Claire."
"Kenapa nggak lo putusin aja?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Riel dengan refleks.
Jeda sejenak. Audrey terlihat sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Riel barusan. "Nggak ada waktu yang pas."
"Emang kapan waktu yang pas?"
"Nggak tau juga," balas Audrey dengan lemah. Ia memang harus memutuskan Marco cepat atau lambat. Karena hubungan mereka sudah tidak ada artinya lagi. Untuk apa mereka menjalin hubungan tanpa ada cinta di dalamnya? Untuk apa mereka menjalin hubungan tanpa saling menyayangi satu sama lain?
Lalu, tiba-tiba saja Riel menepuk pundak Audrey. "Semoga ketemu waktu yang pas ya."
Audrey tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Thankyou. Udah, mending cepet dimakan," ucap Audrey sambil melirik makanan yang ada di hadapan Riel. "Keburu dingin."
Riel menatap Audrey yang tidak membawa bekalnya hari ini. Tanpa berpikir dua kali, mulutnya sudah terlebih dahulu mengeluarkan pertanyaan. "Lo nggak makan?"
Audrey menggeleng sambil memainkan rambutnya. "Nggak ah. Nggak niat makan gue."
Sebenarnya Riel ingin menasehati Audrey untuk makan tepat waktu. Tapi siapa dia? Untuk apa dia menasehati Audrey? Audrey kan bukan siapa-siapanya. Mereka hanya kebetulan bertemu di perpustakaan dan mengobrol saja. Diluar itu? Mereka hanya dua orang asing.
"Yeh dia malah bengong," sindir Audrey sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Riel tersadar dari lamunannya. "Siapa yang bengong?" elaknya.
Audrey tertawa. "Lo lah. Buktinya tadi gue ajak ngomong, lo nggak jawab."
"Emang lo ngomong apa tadi?" tanya Riel dengan penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Novela Juvenil"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...