12. Punishment

21.8K 2.2K 95
                                        

"Ma, keju mana ya? Kok nggak ada di kulkas?" tanya Riel pada Bianca yang sedang menonton televisi bersama El dan juga Bev yang asik dengan ponselnya.

Bianca menolehkan kepalanya ke belakang untuk menatap anak laki-lakinya. "Kayaknya abis deh. Coba cek di lemari. Siapa tahu kemarin pas beli nggak dimasukkin ke kulkas."

"Oke." Riel pun kembali menghilang ke dapur untuk mencari keju yang ia inginkan. Begitu ia menemukan keju yang ia mau, ia menaruhnya di atas meja bersama dengan sebungkus roti.

Ia berniat membuatkan sarapan untuk Audrey besok. Perempuan itu benar-benar keras kepala. Sudah hampir dua minggu ia tidak pernah makan di sekolah. Dan hal ini membuat Riel tidak senang. Ia tidak mau melihat Audrey menyiksa dirinya sendiri seperti ini. Ia tahu memang keadaan Audrey saat ini sangat menyedihkan. Tapi, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Satu-satunya cara adalah menjaga Audrey di saat Audrey tidak bisa menjaga kesehatan dirinya sendiri.

"CAS, MAMA NANYA. KETEMU NGGAK KEJUNYA?" teriak Bev dari arah ruang tamu.

Riel menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar teriakan Bev. Ia heran kenapa ia bisa mempunyai saudara kembar yang suka berteriak-teriak seperti di hutan. Semua orang di rumah ini juga masih mempunyai pendengaran yang normal sehingga tidak perlu untuk berteriak.

"LUCAS!"

"Ketemu. Udah ketemu," jawab Riel dengan nada biasa yang ia yakin bisa didengar oleh mereka di ruang tamu.

Setelah menyiapkan semua bahan-bahan untuk membuat sandwich besok pagi, ia pun berjalan menuju ruang tamu untuk berkumpul dengan keluarganya. Mereka baru saja selesai makan malam dan memutuskan untuk menonton televisi sebentar.

"Ngapain kamu nyariin keju malem-malem? Ngidam makan keju?" tanya El saat anak laki-lakinya sudah kembali dari dapur.

Riel menggelengkan kepalanya. "Itu aku siapin bahan sandwich buat besok. Jadi besok pagi nggak buru-buru."

Bianca mengangkat sebelah alisnya. Tidak biasanya Riel hanya membawa sandwich. "Tumben kamu mau bawa sandwich doang buat bekal? Emang nggak bakal kelaperan?"

"Bukan buat aku," jawab Riel singkat.

"Terus buat siapa?" tanya Bianca dengan heran.

"Audrey."

Begitu mendengar nama Audrey, perhatian Bev langsung tertarik ke saudara kembarnya. "Audrey?" tanya Bev dengan penuh minat.

"Iya, Audrey. Audrey yang pas itu pingsan terus aku bawa pulang ke rumah. Papa sama Mama masih inget kan?"

Bianca dan El menganggukkan kepala secara bersamaan. Siapa yang tidak ingat dengan satu-satunya perempuan yang pernah dibawa pulang oleh anaknya itu? Apalagi perempuan itu dalam keadaan pingsan.

"Oh, dia apa kabar sekarang?" tanya Bianca. Ia merasa kasihan pada Audrey mengenai masalah keluarganya. Ia jadi teringat pada masalahnya dulu saat ia masih SMA, dimana Om-nya suka mabuk-mabukan dan menyakiti dia dan juga Tantenya. Bisa dibilang saat itu adalah saat-saat buruk baginya. Jelas ia bisa merasakan betapa tertekannya Audrey sekarang.

"Yah, begitu. Menjauh dari teman-teman di sekolah, selalu terlihat nggak bersemangat dan makin kurus," jelas Riel sambil menghembuskan napasnya dengan berat.

Ada satu hal yang dilupakan Bianca. Anaknya pernah bercerita bahwa Audrey dikhianati oleh kedua sahabatnya dan juga pacarnya. Bianca tidak bisa membayangkan betapa kacaunya hidup Audrey sekarang. Ia yakin Audrey pasti tertekan sekali.

"Dia kok kasian banget ya," gumam Bev yang sudah tidak memainkan ponselnya lagi. "Padahal dia itu baik banget loh orangnya."

"Yah, orang baik nggak selalu akan mendapatkan hal yang baik," ucap Bianca dengan pelan.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang