18. Her Smile

18.3K 2K 69
                                        

Audrey memeluk Riel sambil menumpahkan semua rasa sakit yang ada dihatinya. Ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Riel. Sekarang ia benar-benar sendiri. Ia sudah tidak memiliki keluarga lagi. Hidupnya yang dulu sempurna sudah berubah menjadi mimpi buruk.

"Gue-gue udah nggak punya siapa-siapa lagi, Riel," ucap Audrey dengan suara bergetar.

Riel mengelus punggung Audrey dengan pelan. "Lah, terus, lo anggep gue apa?"

Audrey melepaskan pelukannya pada Riel untuk menatap Riel. "Lo satu-satunya temen yang gue punya."

"Nah, berarti lo nggak sendirian," ucap Riel lagi. "Lagipula, lo itu masih punya Bev, Thea, Levin, Dodo sama Rachel. Mereka tulus kok berteman sama lo."

Audrey terdiam sejenak. Apakah mereka akan terus berteman dengannya jika tahu betapa kacaunya hidupnya? Sejauh ini, hanya Bev dan Riel yang tahu apa yang terjadi dalam hidupnya. Walaupun mereka berdua masih tetap berada di sampingnya, belum tentu yang lain akan melakukan hal yang sama bukan?

"Udahan lah nangisnya. Mata lo bengkak tuh," ucap Riel lagi sambil mengambil tisu di tempat duduk belakang dan menyerahkannya pada Audrey.

Audrey mengambil tisu tersebut lalu mengelap air matanya. "Thankyou ya."

"Buat?" Alis Riel terangkat sebelah.

"Buat ada di samping gue di saat-saat kayak gini. Sorry juga baju lo jadi basah," ucap Audrey sambil menundukkan kepalanya.

"Nggak papa. Ntar bisa kering juga. Gue mau ajak lo ke suatu tempat nih. Masih mau pergi nggak?"

Audrey menatap Riel dengan bingung. "Mau kemana?"

"Gue tetep nggak mau kasih tahu. Mau ikut atau nggak?"

Audrey mengangguk. Lagipula, ia tidak tahu harus pergi kemana jika tidak pergi bersama Riel. Tidak mungkin ia akan kembali ke rumah secepat itu dan bertemu dengan papa dan kakaknya. Lebih baik ia menghabiskan waktu bersama Riel saja.

Perjalanan ke tempat yang dimaksud Riel tidaklah jauh. Hanya memakan waktu sekitar lima belas menit. Dan saat Audrey melihat poster yang terpampang di depan tempat itu, ia tahu kemana Riel membawanya.

"Lomba kostum anjing!" pekik Audrey dengan senang. Ia ingat dua minggu lalu mereka tidak jadi pergi karena Riel yang mendadak dipukuli sampai babak belur.

"Iya, kan pas itu kita nggak jadi ke sini," ucap Riel sambil mematikan mesin mobil begitu sudah selesai memarkir mobil.

"Bukannya cuma ada pas minggu itu aja ya? Kok bisa ada lagi?" tanya Audrey dengan bingung sambil keluar dari mobil Riel.

Riel mengangguk. "Ini yang punya event beda sama yang kemaren."

Audrey tersenyum lebar begitu mereka berjalan masuk ke dalam tempat tersebut. Ada banyak sekali anjing-anjing lucu yang sedang berjalan ke sana kemari bersama pemiliknya. Ia bahkan menghampiri salah satu anjing pomeranian husky yang masih kecil dan bermain dengannya. Sudah lama ia ingin memelihara anjing, hanya saja Mamanya tidak menyukai anjing.

Riel tersenyum melihat betapa bersemangatnya Audrey berada di sini. Setidaknya usahanya tidak sia-sia membawa Audrey ke sini. Ia bisa melihat jelas bahwa pikiran Audrey sudah teralihkan dari masalahnya tadi. Audrey bahkan tidak berhenti tersenyum sejak mereka sampai.

"Riel, fotoin!" ucap Audrey sambil menggendong anjing tersebut.

Riel menurut dengan mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya dan membuka kamera. Ia memotret Audrey yang memeluk anjing itu dengan senyuman lebar di wajahnya. Saat Audrey sedang mengucapkan terima kasih pada pemilik anjing itu untuk membiarkannya foto, Riel melihat hasil jepretannya. Ekspresi Audrey terlihat sangat bahagia. Senyumnya terlihat natural, tidak dipaksa seperti biasanya. Inilah yang ia inginkan untuk Audrey. Ia akan berusaha sebisanya untuk menjaga senyum itu di wajah Audrey.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang