"Ma, hari ini pergi belanja, yuk! Aku bosen di rumah," rengek Bev saat mereka sedang menikmati sarapan di hari Sabtu yang cerah.
"Idih, belanja mulu kamu, Bev," komentar El sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Perasaan baju kamu itu udah banyak banget deh sampe nggak muat itu lemari."
"Kan namanya shopping buat refreshing, El. Nggak harus shopping baju juga," bela Bianca sambil tertawa pelan.
El menghembuskan napasnya dengan berat. "Yasudah, sana pergi belanja. Supaya kalian berdua nggak stress. Biar aku sama Lucas yang jaga rumah."
"Siaplah kalau begitu. Thankyou, Pa! Ganteng deh," puji Bev dengan cengiran lebar.
"Lucas nggak ada acara kemana-mana hari ini?" tanya Bianca pada anak laki-lakinya yang tidak mengeluarkan satu patah kata pun.
Yang ditanya menggelengkan kepala. "Aku mau coba bikin kue hari ini," jawabnya dengan singkat.
"Wah, mau bikin apa lo? Yang enak ya!" pesan Bev dengan semangat. Ia selalu semangat jika Riel memasak sesuatu karena ia juga bisa ikut menikmati makanan tersebut. Plus, makanan yang dibuat oleh Riel selalu enak rasanya.
Riel mendengus. "Nggak usah. Gue mau kasih Papa aja yang nemenin gue di rumah."
"Ish, pelit!"
"Biarin."
"Sama kembaran sendiri kok jahat."
"Bodo amat."
"Das-"
"Udah, udah. Kalian ini, masih pagi aja udah ribut. Merusak suasana aja," tegur El yang sudah tidak tahan melihat kedua anaknya yang ribut.
"Tau tuh Bev berisik," sahut Riel dengan santai sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Bev hanya mendumel pelan pada dirinya sendiri. "Yaudah, Ma. Kita mau kemana nanti? Jam berapa?"
"Ke mall biasa aja ya. Jam dua belas boleh. Eh iya, kamu ajak Audrey gih," ucap Bianca yang seketika membuat Riel berhenti mengunyah.
"Nggak usah. Ngapain ajak dia?" tanya Riel dengan heran. Ia merasa bahwa Audrey tidak cukup akrab dengan mamanya sampai harus pergi berbelanja bersama.
"Ah, nggak papa. Siapa tahu dia bosen di rumah. Udah lama juga Mama nggak ketemu dia," ucap Bianca dengan senyum lebar.
"Iya, kalian ajak dia aja biar nggak cuma berdua," ucap El sambil menyeruput kopi hitamnya.
Bev mengangguk dengan penuh antusias. "Nanti abis makan, aku bakal telepon dia deh buat tanya. Semoga aja dia bisa ikut."
Riel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain membiarkan mereka mengajak Audrey pergi. Lagipula jika dipikir-pikir, tidak ada salahnya Audrey ikut. Mungkin saja Audrey bosan di rumah dan ingin pergi jalan-jalan. Karena membicarakan Audrey, ia jadi teringat pesan yang dikirim Audrey semalam. Ia merasa penasaran dengan isi pesan Audrey sehingga ia langsung menelepon perempuan itu. Dari cara Audrey menjawab teleponnya, ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Dan hal itu pasti berhubungan dengan nomor telepon yang ditanyakan oleh Audrey. Ia harus mencari tahu siapa pemilik nomor telepon. Sepertinya itu penting sekali untuk Audrey.
Maka dari itu, setelah sarapan ia masuk ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Lalu, ia langsung berjalan menuju kamar Bev yang hanya terletak di sebelah kamarnya. Saat ia membuka pintu kamar Bev, perempuan itu masih asik berbicara di telepon. Riel yakin sekali orang di sebrang sana pasti Audrey. Bev yang melihat kedatangan Riel pun memberikan isyarat kepadanya untuk menunggu sesaat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Novela Juvenil"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...